News
Loading...

Mungkinkah Paus Baru Berasal dari Afrika?

Kardinal Ghana Peter Kodwo Appiah Turkson dianggap menjadi salah satu kandidat kuat pengganti Paus Benediktus XVI.

KOMPAS.com — Pernyataan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri dari jabatannya akhir bulan ini kembali memunculkan seruan agar paus baru nanti datang dari Afrika.
Apalagi, Afrika adalah kawasan dengan pertumbuhan penduduk tercepat di dunia dan garis depan berbagai masalah yang dihadapi Gereja Katolik Roma.

Sekitar 15 persen dari 1,2 miliar penganut Katolik Roma ada di Afrika dan jumlah itu secara signifikan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini dibandingkan kawasan lain di dunia.

Sebagian besar pertumbuhan umat Katolik dunia belakangan ini berasal dari negara-negara berkembang, khususnya Afrika dan Asia Tenggara.

Nama-nama pemimpin umat Katolik Afrika seperti Peter Turkson dari Ghana atau John Onaiyekan dari Nigeria disebut-sebut menjadi calon potensial penerus takhta Benediktus XVI. Nama lain dari Afrika adalah Franciz Arinze juga dari Nigeria, yang juga menjadi kandidat saat Paus Benediktus XVI terpilih pada 2005 lalu.

Sejumlah analis mengatakan, menjadi sebuah keadilan jika paus berikutnya berasal dari Afrika karena benua ini menyumbang sangat besar untuk perkembangan Gereja Katolik dunia.

"Saya kira, dengan besarnya jumlah komunitas kulit hitam di dunia Katolik, sangat adil jika kita memiliki seorang paus dari Afrika," kata Kepala Liga Hak Asasi Manusia Pantai Gading, Rene Legre Hokou.

"Seorang paus dari Afrika akan memberi Gereja Katolik vitalitas lebih khususnya di Afrika. Seorang paus berkulit hitam akan merepresentasikan karakter universal dari agama ini," tambah Rene.

Namun, sejumlah Gereja Katolik Afrika memiliki pandangan beragam soal kemungkinan paus berkulit hitam. Mereka ingin melihat seorang imam Afrika terpilih menjadi paus, tetapi sosok yang memenuhi persyaratan jauh lebih penting, dari mana pun dia berasal.

Pat Utomi, seorang tokoh Katolik ternama Nigeria yang juga pernah menjadi kandidat presiden, mengatakan, dia akan sangat bangga jika paus berikutnya berasal dari Afrika.

"Namun, saya kira yang terpenting saat ini adalah orang yang tepat dan memiliki visi ke depan," ujar Utomi.

Afrika, kata Utomi, dalam beberapa hal mewakili tantangan besar yang harus dihadapi Gereja Katolik, terutama hubungan dengan gerakan evangelis yang berkembang sangat pesat serta hubungan dengan Islam.

"Saya kira dalam sejumlah hal Johanes Paulus II merupakan respons Vatikan terhadap Uni Soviet," kata Utomi.

"Kini tantangan Gereja Katolik adalah mencapai kesepahaman dengan Islam dan gerakan evangelis," tambah Utomi.

Belakangan, banyak warga Afrika yang memilih bergabung dengan gereja-gereja evangelis karena mereka menganggap ajarannya lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari. Inilah yang menjadi tantangan Gereja Katolik di Afrika.

Selain itu, di beberapa negara seperti Nigeria, yang terpecah antara wilayah Muslim dan Kristen, berulang kali ketegangan terkait etnis dan agama berujung kekerasan berdarah.

John Onaiyekan, yang menjadi kardinal sekaligus Uskup Agung Abuja pada Oktober lalu, telah melakukan sejumlah langkah untuk menyatukan umat Islam dan Kristen di Nigeria.

"Tindakan seperti ini membutuhkan pemimpin gereja yang kuat. Sama halnya ketika Johanes Paulus II merangkul Eropa Timur dan Gereja Ortodoks," tambah Utomi.

Sejumlah pengamat Vatikan memperkirakan sidang konklaf untuk memilih paus baru kemungkinan akan mempertimbangkan paus baru yang berasal dari Amerika Latin, Afrika, atau Asia.

Sumber :
AFP
Editor :
Ervan Hardoko

Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment