News
Loading...

YASON NGELIA : PERSATUAN TANPA BATAS

Para pemimpin West Papua foto bersama dengan Dewan-dewan Adat Vanuatu, Dewan Gereja Vanuatu, Konferensi Gereja-gereja Pasific, dan Perdana Menteri Vanuatu usai menandatangani Deklarasi Saralana. Foto: Ist.
Persatuan tanpa Batas
Salam Hormat kepada para pejuang Kemerdekaan Papua Barat. Terimakasih untuk totalitas hidup anda sekalian demi cita-cita luhur Bangsa Melensia Papua Barat yaitu bebas dan berdaulat penuh terhadap tanah air Papua barat. Sikap hidup andalah telah membakar roh perlawanan kepada generasi muda di Papua Barat setiap masa sampai hari ini.

Kesempatan ini juga kusanjung kawan se angkatan, para patriot mudah mahasiswa Papua Barat, ditanah kolonial (luar Papua), dan Patriot mudah mahasiswa di tanah air Papua barat, yang secara sadar dan bermartabat memilih jalur perlawanan sebagai panggilan hidup untuk mengakhiri penjajahan ini. Tanpa pernah berfikir serta bertindak untuk memperlambat perjuangan dengan masuk menjadi bagian kedalam system penjajahan Indonesia.

Saya menaikan catatan ini untuk diketahui oleh kita semua, baik oleh, aktivis pemuda, mahasiswa, simpatisan pendukung, bahkan mereka tidak percaya akan keberhasilan perjuangan ini. Bagi saya mereka yang meragukan pencapaian perjuangan Kemerdekaan Papua Barat, adalah manusia yang memiliki mental sebagai seorang budak sejatih. Sebab seorang budak hanya mengetahui masa depan seorang budak, tidak pernah akan lebih dari pemikiran seperti ini.

Saya tidak menuliskan sejarah perjuangan Papua Barat, atau meninnggikan salah satu kelompok faksi perjuangan, atau oknum pejuang Papua Barat. Catatan pendek ini bukan juga bertujuan menjelekan salah satunya. Namun saya memberikan penghormatan kepada semua oknum dan organisasi perjuangan Papua Barat yang konsisten dengan perlawanannya.

Tujuan catatan ini utama adalah mengapresiasi pertemuan di Port villa Vanuatu awal Desember 2014 yang berhasil melahirkan badan kordinatif perjuangan Papua Barat yaitu, United Liberation Movement West Papua (ULMWP), atau akan lebih dikenal dengan deklarasi Saralana (lokasi dan letak rumah adat yang diadakan pertemuan). Walaupun mengalami sediktit hambatan para delegasi Pimpinan faksi dari dalam negri Papua barat harus tiba di Port Villa Vanuatu pada hari terakhir, atau tepatnya tanggal 5 Desember 2014 atau lebih tepatnya mengikuti Proses terakhir dari lima hari kegiatan tersebut. 

Memenuhi undangan Panitia mewakili Gerakan Mahasiswa Pemuda dan Rakyat Papua (GempaR) saya sendiri mengikuti proses bersejarah itu, juga dihari terakhir kegiatan tersebut. Sehingga saya sampaikaan hanya sesuai dengan yang saya amati.

Kegiatan sudah seminggu dilaksanakan sesuai dengan jadwal yaitu sejak tanggal 30 September hingga 6 desember 2014, namun para pimpinan faksi besar yang diundang yaitu Parlement Nasional West Papua (PNWP) Tn Buctar Tabuni, Negara Republik Federal Papua Barat (NRFB)Tn Edison Waromi (Perdanan Mentri) bersama staf, Komite Nasiona Papua Barat (KNPB) Tn Viktor Yeimo baru tiba di Port Villa pada tanggal 5 Desember dan langsung mengikuti kegiatan pada tanggal 6 Desember dari pukul 08.00-17.00.

West Papua National Coalition Liberation (WPNCL) tidak menghadirkan pimpinan dalam negri Tn R Yoweni, namun telah diwakilkan, Tn Rex Rumakewik, Tn Andi Ayemseba, Ny Paula Makobori, dll, yang selama ini berdomisii di Vanuatu dan Australia

Sudah tidak ada agenda pembahasan hari itu, karena panitia setelah membuka kegiatan mengatakan “agenda hari itu adalah penentuan nama deklarasi, pengeditan naskah, dan penandatangan deklarasi yang dilakukan dengan prosesi adat masyarakat Vanuatu, forum tidak lagi membahas agenda seminggu itu. 

Secara otomatis Para pimpinan Papua Barat dari Dalam negri yang hadir harus menyesuaikan dengan kesepakatan yang ada walaupun mungkin sedikit merasa resa dengan hasil yang tidak melibatkan mereka (materi atau konsep persatuan yang mungkin sudah mereka siapkan). Kekuatiran para pimpinan Papua Barat dalam negri tentu saja beralasan karena peristiwa seperti ini pernah dibahas dalam pertemuan dengan agenda yang sama pada tahun 2007 di Port Villa Vanuatu, namun WPNCL yang dilahirkan belum efekktif hingga saat Simposium ini (2014) namun menjadi salah satu kubu yang berseteru.
Para pimpinan Papua barat dari dalam negri terlihat memahami kebutuhan mendasar perjuangan Papua Barat hari ini, juga menghormati pemerintah Vanuatu, Dewan adat Vanuatu,dan Dewan gereja pasifik yang mendukung dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan penting tersebut. 

 
Konsep persatuan atau gagasan para pejuang Papua Barat dari dalam negri ini tentu saja bukan pikiran individu namun organisasi sehingga mungkin saja telah di realise dan disampaikan kepada panitai via email, atau melalui perwakilan mereka, Semisal NRFB ada mentri Luar Negrinya Tn Jackob Rumbiak, atau faksi perlawanan yang ber afiliasi ke NRFB, yaitu West Papua National Autority (WPNA) sudah hadir lebih dahulu mengikuti proses tersebut. PNWP, WPNCL,KNPB, mungkin saja melakukan hal yang sama dengan perwakilan mereka yang di percaya.

Hal tersebut bukan tidak diduga oleh para pimpinan Papua Barat dari dalam negri, namun mengetahui persis bahwa agenda tersebut sudah melewati proses panjang selama empat hari 2-5 Desember 2014, kehadiran mereka sehari itu, baik mewakili organisasi atau pribadi adalah melegeitimasi agenda ini, para pimpinan Papua Barat menyadari peran mereka tersebut, sehingga perselisihan selama ini tentang konsep perjuangan, harus di tinggalkan dibawah kaki. Persatuan dalam wadah kordinasi inilah yang di utamakan saat itu.

Proses sehari itu berjalan sesuai dengan yang diharapkan semua pihak, bukan saja para elit pejuang, namun seluruh rakyat Papua Barat dalam negri yang selama ini terpecah-pecah oleh perselisihan faksi-faksi ini. 

Maaf saya harus katakan, kemunculan istilah “gunung dan pantai” dikalangan masyarakat akar rumput bukan semata-mata diciptakan oleh pemerintah Indonesia melalui operasi intelejennya, namun salah factor penting dari munculnya istilah itu adalah konflik internal orang Papua melalui oknum pejuang dan organisasi perjuangannya. Pengaruh Indonesia tidak begitu besar disini, justru konflik internal orang Papua inilah yang berdampak pada munculnya perpecahan dan istilah gunung pantai semakin mengakar.

Sehingga Deklarasi Saralana adalah Keputusan yang tepat diwaktu yang tepat, menurut saya.


Saya lihat ini bukan Persatuan karena keterpaksaan namun yang benar-benar disadari oleh para pimpinan faksi dalam negri bahwa individu dan organisasi mereka masing-masing saling membutuhkan satu dengan yang lain. Papua merdeka milik nasional rakyat Papua Barat, semua pimpinan merindukan kemerdekaan Papua Barat, tidak ada yang mengharapkan ketidak pastian dengan perbedaan selama ini. 

Bukti dari itu adalah pernyataan Tn Edison Waromi atas nama pribadi maupun organisasi yang sangat tegas tentang persatuan (tidak saya masukan), Tn Jackob Rumbiak terus menerus mendesak panitia memberikan waktu bicara kepada pimpinan organ dari dalam negri yang baru tiba, Tn Viktor Yeimo sangat mendukung ULMWP baik secara pibadi maupun organisasi, hingga juga memberikan pandangan masukan kepada semua diplomat yang tergabung dalam ULMWP, Tn Ricard Yoweni dalam pernyataan kepada semua pimpinan terkait ULMWP walaupun sedikit menyampaikan kekesalan namun intinya medukung proses itu, dan tidak melakukan penolakan di media, Tn Buctar Tabuni dalam akun facebooknya mengakui persatuan ULMWP, dan beberapa kesempatan menaikan foto bersamanya dengan pimpinan faksi Papua Barat yang lain. Masih banyak bentuk dukungan oknum atau organisasi yang mendukung yang tidak saya catat.

ULMWP telah dibentuk dan disepakati bersama, Tn Okto Motte telah dipilih menjadi Sekjen dan Tn Beni Wenda sebagai juru bicara, anggota Tn Jackob Rumbiak, Rex Rumakewik, Leoni tanggama. Tinggal dilengkapi dengan beberapa peraturan yang mengikat badan ini sehingga benar-benar memaikan peran yaitu diplomasi luar negri dan juga memiliki peran kordinatif dengan faksi-faksi didalam negri.

Rakyat Papua Barat saya percaya akan akan mengikuti keputusaan ini, sebab evoria rakyat dengan moment ini sudah ada sejak setahun silam, karena sudah beberapa kali ditunda (bentuk dukungan belum terlihat karena pembungkaman ruang demokrasi).

Dalam penandatangan deklarasi oleh para pimpinan faksi ini dilakukan dengan diawali ritual adat disaksikan oleh Perdana Mnetri Vanuatu dan pimpinan dewan adat vanuatu, selesai prosesi ini secara simbolis acara dilaksanakan dengan pertukaran bahan makanan dan kain. 

Proses-proses ini dilewati dengan hening yang secara tidak langsung telah mengikat para pimpinan faksi ini secara moril bukan saja kepada pemerinta dan dewan adat Vanuatu namun kepada masing-masing dari pimpinan faksi dalam negri ini. Saya kira itu maksud dari prosesi adat yang dilaksanakan dewan adat Vanuatu ini, sehingga diharapkan tidak ada saling siku dalam proses perjuangan kedepan. Itu juga yang secara pribadi doakan.

Terlepas dari salah-satu tujuan utama, yaitu Persatuan faksi, juga mendorong Papua menjadi anggota Melanesia Sperhead Grup (MSG) pertengahan tahun 2015 nanti. Namun hal itu tidak perlu kita bahas disini, karena terpenting adalah, kita semua meihat, siapa yang serius memperjuangkan Papua Merdeka sehingga meninggalkan kepentingan pribadi dan kelompok, dan sangat berjiwa besar saling mengakui satu sama lain pada Deklarasi Saralana itu. Sebab disana kita melihat bahwa perjuangan ini benar perjuangan nasional, yang hadir mewakili organisasi maupun individu, yang tidak hadirpun dengan jiwa besar memberikan dukungan dari dalam negri, karena itu inti dari agenda ini.

Oleh sebab itu mari kita bekerja masing-masing sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan rakyat Papua Barat.

Seperti itu saja, kita tetap dapat berdiskusi lebih lanjut ditempat dan waktu yang kita sepakati. Tidak perlu panjang lebar di dunia maya, nanti lawan baca.


Salam penuh kasih, Yason Ngelia..


Holandia Binen, 07 Januari 2015, pukul 10.59
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment