News
Loading...

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK WONDAMA PERLU BERKACA KEPADA BUPATI DAN DPRD KABUPATEN TELUK BINTUNI.

Jakarta-Pemerintahan Kabupaten Teluk Wondama mestinya belajar banyak dari saudara mudanya Kabupaten Teluk Bintuni. Hal ini wajar disampaikan , sebab apa yang terjadi di Teluk Wondama, itu karena pemimpinnya baik di eksekutif, legislatif, dan yudikatifnya, tidak serius untuk menata dan membangun Teluk Wondama berdasarkan PANCASILA dan UUD 1945. Artinya pembangunan yang berkeadilan sosial guna mensejahterakan rakyatnya. 

Fakta dilapangan bahwa Pembangunan di Kabupaten Teluk Bintuni sangat berubah pesat, Listrik, Jalan, Pasar, Perkantoran, Pajak, Pelayanan Keagamaan, Pelayanan sosial, pelayanan kesehatan dan pendidikan, serta moralitas pemimpinnya memang baik. Kabupaten Teluk Bintuni dibawah Nakhoda seorang dokter gigi, sangat jauh berbeda dengan Kabupaten Teluk Wondama yang dipimpin oleh seorang Bupati dari Pamong Pemerintahan, tetapi tidak mampu menata-kelola pemerintahan dengan baik, sebaliknya warga korban banjir ditelantarkan. Bupati lebih senang mengkonsumsi narkoba dan berpoligami, sementara korupsi terus meningkat tanpa ada kendali hukum. Kabupaten Teluk Bintuni jelas-jelas menatakelola pemerintahannya dengan APBD Murni yang sama juga dengan Pemerintahan Teluk Wondama, kenapa Bintuni Bisa sementara Wondama tidak.

KAMPAK Papua mencatat ada 16 pejabat pemerintahan mulai dari bagian pemerintahan di Setda, Kepala Dinas, sampai kepada kepala Distrik juga turut berpoligami. Akibat dari berpoligami, tindakan korupsi lebih terbuka lebar ketimbang melayani warga korban banjir. KAMPAK Papua juga menilai bahwa Program Unggulan Polres Teluk Wondama yakni “ Pemberatasan MIRAS “, seharusnya digantikan dengan Perintah Kapolri dan Kapolda yakni Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebab KAMPAK Papua Region Teluk Wondama sudah melapor di Polres Teluk Wondama sebanyak 3 kasus Tindak Pidana Korupsi, diantaranya kasus dugaan tindak pidana korupsi Multy Kampus senilai Rp. 8 miliar, kasus Bantuan Sosial senilai Rp.5,3 miliar dan kasus Wisata Rohani ke Yerusalem senilai Rp. 3 Milyar, termasuk kasus-kasus korupsi kecil lainnya. 

Perlu diketahui bahwa sampai saat ini Multy Kampus tidak dikelola oleh Pengelola yang profesional tetapi dikelola oleh Mahasiswa apalagi menyangkut pendanaan dan proses belajar mengajar, sebagai contoh Istri pertama Bupati Alberth H Torey, yakni Ny. Jeane Naomi Karubaboi tanpa ada proses tatap muka atau kuliah tiba-tiba saja bisa maju meja untuk ujian skripsi. Hal ini sangat memalukan termasuk pihak Uncen Jayapura juga melacurkan Pendidikan di Papua, sebab bukan hanya di Teluk Wondama saja tetapi ada beberapa wilayah pemekaran baru yang dijadikan sasaran empuk Uncen Jayapura untuk melacurkan ilmu. Sementara itu Unipa yang dekat dengan Teluk Wondama tidak berani untuk melacurkan ilmu dengan membentuk Kampus-kampus yang tidak berbobot, sebab tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa bukan membodohi anak bangsa.

Selanjutnya perlu diketahui juga bahwa Bupati Drs. Alberth H Torey,MM sampai saat ini masih terus menggunakan NARKOBA, termasuk istri keduanya. Hal ini dapat terus menggangu jalannya roda pemerintahan, untuk itu KAMPAK Papua akan bertemu dengan Mendagri, BNN, dan Kementerian Hukum dan HAM guna melaporkan kondisi ini agar Kasus NARKOBA, POLIGAMI, dan KORUPSI Bupati Drs. Alberth H Torey,MM, segera diperiksa oleh pihak terkait, baik Mabes Polri, Kejaksaan Agung dan KPK. Mengapa demikian ? sebab sejak 2003-20013, Bupati Drs. Alberth H Torey,MM tidak pernah mempertanggungjawabkan LKPJ setiap tahunnya. Inilah masalahnya sehingga Kabupaten Teluk Wondama terus masuk dalam lingkaran Disclaimer oleh BPK-RI Perwakilan Papua Barat.

Pimpinan dan Anggota DPRD Teluk Wondama juga dituding warga korban banjir bandang atas ketidak seriusan mereka dalam memperhatikan berbagai masalah yang menimpah warga korban banjir bandang yang hingga saat ini sudah 3 tahun (2010-2013)ini masih hidup bagaikan burung yang tak bersarang. Pimpinan DPRD lebih tunduk kepada Bupati, sementara Anggota DPRD lebih sibuk jadi kontraktor, semuanya lebih memikirkan diri dan perut sendiri ketimbang memikirkan rumitnya kehidupan warga korban banjir bandang. Lebih baik studi banding ke Bintuni dari pada keluar daerah yang hanya menghambur-hamburkan uang rakyat.

Berdasarkan mekanisme, Susduk DPR,DPD,DPRP, dan DPRD, serta UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,  bahwa Pimpinan dan Anggota DPRD teluk Wondama itu sama posisinya dengan Bupati, sehingga bukan tunduk dibawah Bupati karena Uang, seharusnya dengan fungsi kewenangan DPRD, Bupati dan SKPDnya wajib dipanggil oleh DPRD dan didengar pertanggungjawabannya, kenapa sampai masalah warga korban banjir bandang tidak diperhatikan, dan kenapa sampai berbulan-bulan Bupati berada di Luar Daerah. Diduga Bupati Drs. Alberth H Torey,MM berada di Surabaya selama satu bulan dua minggu karena Istri keduanya Ny. Vivin Mulyono Torey tertangkap karena mengkonsumsi Shabu-Shabu, sehingga Bupati sibuk mengurus Istri keduanya.

Inilah wajah sesungguhnya Penyelenggara pemerintahan daerah , Bupati yang adalah Kader Partai Golkar yang juga ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Teluk Wondama. Kehadiran Menkokesra di Teluk Wondama 8 Februari 2013 lalu sesungguhnya tidak hanya melihat kondisi warga korban banjir bandang tetapi juga melihat secara langsung anak buahnya yang adalah Kader Partai Golkar, sebab Menkokesra juga adalah salah satu Dewan Pertimbangan Partai Golkar Pusat.

Semoga Bupati Drs. Alberth H Torey, MM mau bertobat dan menghentikan tindakan Narkoba dan Berpoligami yang melahirkan tindakan Korupsi dan membuat warga korban banjir bandang dan masyarakat teluk wondama menderita sejak 2003-2013.

Belajarlah dari seorang dokter gigi yang memimpin Kabupaten Teluk Bintuni yang mampu melakukan perubahan, dari pada meyandang gelar Pamong Pemerintahan tetapi watak Narkoba,Poligami, dan Korupsi dan menghancurkan daerah tanpa melakukan perubahan demi pelayanan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, secara khusus penduduk di Kabupaten Teluk Wondama yang hingga saat ini masih hidup dibawa garis kemiskinan.
Bintuni, 25 februari 2013.
LSM. KAMPAK Papua
Penanggungjawab



Dorus Wakum,S.Pd
Koordinator Umum Nasional



 
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment