Ketua I KNPB, Mako Musa Tabuni
mati
ditembak aparat Densus 88
Antiteror,
Polda Papua (Foto: Ist)
|
Jayapura — Forum Kerja Pemimpin Gereja
Papua (FKPGP) yang diwakili oleh Ketua Sinode Persekutuan Gereja Baptis
Papua (PGBP) Pdt. Socratez Sofyan Yoman, dan Ketua Sinode Gereja Kingmi
Papua, Pdt. Benny Giay, menyatakan ada banyak kejahatan Negara secara
sistematis dan terstruktur yang dilakukan terhadap orang asli Papua.
“Kasus-kasus kejahatan Negara tersebut mencerminkan kebijakan degenerative politic
yang sangat melumpuhkan umat Tuhan di tanah Papua,” ujar Pdt. Benny
Giay, saat memberikan keterangan pers, siang tadi, Rabu (6/3/2013), di
Toko Buku Yoman Ninom, jalan Tabi Tobati, Jayapura, Papua.
Beberapa kejahatan negara yang dimaksud, seperti, pada 2 Maret 2013
seorang pendeta Yunus Gobay (laki-laki/55), disiksa dan dibebaskan
setelah keluarga korban menyerahkan uang tebusan ke Polisi di Polsek
Enarotali, Paniai, Papua.
Kemudian, kasus penembakan di Sinak, Kabupaten Puncak, dan di
Tiginambut, Kabupaten Puncak Jaya, pada 21 Februari 2013, dan kasus
penembakan di Udaugi, perbatasan Kabupaten Deiyai, pada tanggal 31
Januari 2013, yang menewaskan sejumlah warga sipil dan aparat yang
terjadi karena pembiaraan terhadap penjualan senjata secara illegal.
Berikutnya, pada 15 Februari 2013, Dago Ronald Gobay (laki-laki/30)
ditangkap di Depapre, Kabupaten Jayapura, oleh Polisi dan dalam proses
interogasi, ia disiksa di ruangan kerja Intelkam Polres Jayapura, Papua.
Selain itu, upaya pembubaran paksa kegiatan ibadah di HUT ke IV
Komite Nasional Papua Barat (KNPB), tanggal 19 November 2012, di Aula
Stakin, Sentani, oleh pemerintah dan aparat keamanan yang dipimpin oleh
Kapolres Jayapura AKBP Roycke Harry Langgiie, dan Wakil Bupati Kabupaten
Jayapura, Roberth Djoenson.
Selanjutnya, pembunuhan Mako Musa Tabuni, Ketua I KNPB tanpa berdasar
dan diluar prosedur hokum, pada 14 Juli 2012 di Perumnas III, Waena.
Kemudian, pembunuhan Jenderal TPN/OPM Kelly Kwalik oleh Polisi Densus
88 dan TNI pada tanggal 16 Desember 2009, di Kota Timika, dan pada
tanggal dan bulan yang sama tahun 2012.
Selain itu, Ferdinand Pakage disiksa oleh petugas LP Abepura,
Hubertus Mabel oleh Polisi Densus 88 di Kurulu, Kota Wamena, Papua.
Selanjutnya, penyiksaan dan pembunuhan yawan Wayeni pada tanggal 13 Agustus 2009, oleh Kapolres Serui AKBP Imam Setiawan.
Terakhir, dua kasus pelanggaran HAM berat Wasior pada tahun 2001, dan
Wamena 4 April 2003, kasus pembobolan gudan senjata yang sudah di
seleidik oleh Komnas HAM tapi kejaksaan belum menyerahkanke pengadilan
HAM untuk di putuskan.
“Kami sebagai pimpinan gereja di tanah Papua prihatin bahwa kekerasan
negara terus terjadi di tanah leluhur kami. Kenyataan ini membuktikan
pemerintah dan aparat keamanan Indonesia di tanah Papua telah gagal
melindungi penduduk asli Papua,” kata Yoman.
Menurut Yoman, keprihatinan gereja sudah pernah disampaikan melalui
11 rekomendasi musyawarah Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Masyarakat asli
Papua pada 9-10 Juni 2010 lalu, kemudian dikeluarkan juga melalui
komunike bersama pimpinan gereja pada 10 Januari 2011 lalu.
“Keprihatinan yang sama juga disampaikan oleh beberapa negara anggota
PBB dalam sidang HAM PBB, pada 23 Mei 2012 lalu di Genewa, Swiss,” ujar
Yoman, yang berencana akan meluncurkan buku karyanya “Saya Bukan Bangsa Budak”, pada 09 Maret 2012 mendatang, di Jayapura, Papua.
Dalam kesempatan tersebut, Yoman dan Giay juga menegaskan bahwa
pemerintah Indonesia di tanah Papua adalah bagian dari masalah
kekerasan, sebab sama sekali tidak pernah punya inisiatif untuk
menyelesaikan persoalan di tanah Papua.
OKTOVIANUS POGAU
Blogger Comment
Facebook Comment