Grassberg dikeruk di antara salju dan gunung, sebuah bukti keindahan dan kekayaan alam orang-orang di tanah New Guinea.(SUCENKO) |
Jayapura, (6/1)—Demam emas pertama kali di
dataran tanah orang New Guinea terjadi di Ibukota negara Papua New
Guinea(PNG) pada 1878. Pemerintah kolonial Inggris dan Australia
melakukan eksplorasi yang cukup ekstensip sehingga pertambangan di sana
sudah berlangsung lama. Sedangkan di sebelah barat tanah orang New
Guinea, Provinsi Papua baru dieksplorasi oleh PT Freeport Indonesia, di
Kabupaten Mimika pada 1967 sampai sekarang ini.
Papua New Guinea (PNG) sendiri baru merdeka 16 September 1975 dan
sejak awal sangat mengandalkan potensi sumber daya alam terutama
tembaga, emas dan perak. Negara yang punya penduduk mencapai tujuh juta
ini memiliki 20 Provinsi mulai dari Pulau Manus di Samudera Pasisfik
hingga Central Provinsi atau Daerah Pusat Ibukota Port Moresby.
Belakangan PNG juga punya potensi kopi, hingga masyarakat di sana
menyebut, kopi adalah green gold atau emas hijau.
Saat krisis moneter melanda Indonesia, 1998-1999 muncullah penambang
emas dadakan di Kota Jayapura, Nabire dan Paniai. Masyarakat hanya
bermodal sekop, pacul dan kuali mulai menambang emas di Kali Agas ,
Buper di Kota Jayapura dan Topo, Kabupaten Nabire. Belakangan kasus
emas Kabupaten Dogiyai muncul dan menimbulkan dampak sosial, lingkungan
bagi kehidupan masyarakat di sana.
Potensi alam yang melimpah telah membuat masyarakat di Topo,
Kabupaten Paniai mulai mendulang emas. Begitupula masyarakat di Wasegi
Indah, Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat.
Mantan Dirjen Pertambangan Umum, Departemen Pertambangan dan Energi,
Dr Ir Soetaryo Sigit menyebutkan seluruh cadangan dan sumber daya
tembaga yang sebagian besar di Indonesia dari jenis porfir (porphyry)
ditaksir berjumlah 32 juta ton. Cadangan terbesar terdapat di Grasberg.
Papua yang mungkin adalah cadangan tembagi profir terkaya di dunia.
Jika ditinjau dari total jumlah kandungan logamnya, cadangan terbukti
tambang Grasberg merupakan tambang nomor 3 (tiga) terbesar di dunia
dari total kandungan tembaganya (Cu) dan nomor 1 (satu) di dunia dari
total kandungan emasnya(Au).Saat ini kegiatan eksplorasi di bawah tanah
terus berlanjut dengan tujuan untuk memperluas cadangan terbukti yang
ada dan penemuan cadangan baru di wilayah tambang Grasberg-Ertsberg.
Kompleks Grasberg saat ini merupakan satu-satunya endapan emas
terbesar yang sudah terbukti dan dapat menghasilkan lebih dari 55 juta
ons serta meliputi tambang tembaga ketiga terbesar yang endapannya
diperkirakan berjumlah sekitar 22 miliar kg. (Dari Grasberg sampai Amamapare Proses Tembaga dan Emas, Mulai Hulu Hingga Hilir, Armando Mahler dan Nurhadi Sabirin).
Tak heran kalau George A Mealy ahli tambang asal Amerika Serikat dalam bukunya berjudul Grasberg menulis, “Grasberg
is one of the most important mineral finds of the century: a copper
gold porphyry so large and rich that it will take as last half a century
to mine.”
Lalu bagaimana dengan penambangan di Papua New Guinea (PNG) ?
Penambangan di sana sudah lebih lama jauh sebelum kemerdekaan. Sejak
demam emas di Port Moresby hingga sekarang di Provinsi Otonomi
Bouganville dan Ok Tedi Mining yang berbatasan langsung dengan
Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Indonesia.
Wilayah penambangan di Papua New Guinea adalah Morobe, Gold Field
Bulolo, Watut, Markham dan Upper Ramu River. Semua cadangan ini sudah
habis dan ditutup sejak lama.Kegiatan penambangan di sana berlangsung
sejak 1878 dan booming pada 1925 (The New Guinea Handbook, 1943).
Tambang-tambang di PNG yang baru dibuka setelah Perang Dunia Kedua
adalah Bouganville(1972); Misima di Kepulauan Lousiane(1989), Porgera di
daerah Provinsi Engga, Ok Tedi Mining di daerah Star Mountain(1981);
Central Highland(1990), dan tambang Lihir di Kepulauan Bismarck (1994).
Belum lagi sejumlah proyek yang masih dalam tahapan eksplorasi namun
sudah menunjukan adanya mineralisasi yang kaya seperti Fried Mt Kare,
dan Lakikamu di Central Highlands.
Tak heran menurut Post Courier edisi Desember, 2012
menyebutkan sektor Sumber Daya PNG dalam ekspor emas pada 2011
berjumlah K5.97 miliar yang mewakili 36 persen dari total ekspor dan
ekspor tembaga menuai K2.78 miliar besar sementara pendapatan ekspor
minyak mentah K2 .43 miliar. (catatan 1 Kina mata uang PNG setara
dengan Rp 2500 atau Rp 3000,-)
Perdana Menteri PNG, Peter O’Neill telah menegaskan kembali komitmen
pemerintah kepada investor dengan memastikan investasi mereka aman dan
sukses. Terutama proyek Nikel Ramu di Basamuk, Madang Province.
“Kami akan bekerja sama dengan pemilik tanah dan warga negara ini untuk memastikan bahwa proyek ini sukses.”kata O’Neil kepada Post Courier.
Dia menambahkan ini adalah investasi besar pertama oleh China di PNG.
Keberhasilannya akan memberikan contoh yang jelas tentang bagaimana
kemitraan antara dua negara dapat bekerja sama.
.
Selama 36 tahun terakhir, PNG telah menikmati hubungan diplomatik dan bilateral yang baik dengan China. Pemerintah China melakukan investasi di Ramu Nikel proyek ini menelan dana sebesar 1,6 milliar dolar Amerika Serikat. Tambang ini dirancang untuk menghasilkan lebih dari 33.000 ton nikel dan 2300 ton kobalt sehingga menempatkan PNG sebagai penghasil tambang nikel terbesar ke-5( lima) di dunia. (Sucenko)/Dominggus A Mampioper)
Selama 36 tahun terakhir, PNG telah menikmati hubungan diplomatik dan bilateral yang baik dengan China. Pemerintah China melakukan investasi di Ramu Nikel proyek ini menelan dana sebesar 1,6 milliar dolar Amerika Serikat. Tambang ini dirancang untuk menghasilkan lebih dari 33.000 ton nikel dan 2300 ton kobalt sehingga menempatkan PNG sebagai penghasil tambang nikel terbesar ke-5( lima) di dunia. (Sucenko)/Dominggus A Mampioper)
Sember : http://tabloidjubi.com/?p=8472
Blogger Comment
Facebook Comment