News
Loading...

LAPORAN KNPB LAPORAN KNPB KASUS PENEMBAKAN TERHADAP WARGA DI DESA WANAMPOMPI PADA TANGGAL 1 DESEMBER 2015





LAPORAN KNPB LAPORAN KNPB KASUS PENEMBAKAN TERHADAP WARGA DI DESA WANAMPOMPI PADA TANGGAL 1 DESEMBER 2015
A. Bagian Pertama
1. Peringatan Upacara Bendera 1 Desember 2015 oleh Warga Papua
Menjalang 1 Desember hampir seluruh warga Papua menghentikan aktifitasnya untuk mengheningkan cipta atas hari yang bersejarah bagi mereka.1 Desember merupakan hari di mana Bangsa Papua pernah menorah kemerdekaan pada 1961.Hari ini menjadi hari yang begitu penting karena satu setengah tahun Bangsa Papua menikmati kemerdekaannya dan kemudian ciplokkan kedalam wilayah NKRI pada 1963.
1 Desember 1961 – 1993 benar merupakan momen bersejarah bagi Bangsa Papua.Sejarah West Papua berubah arah ketika Indonesia meminta Belanda untuk menyerahkan Papua kedalam NKRI. Wilayah Papua kemudian dicaplok kedalam NKRI pada tahun 1963 melalui PEPERA dengan cara yang tidak manusiawi. Indonesia dinilai tidak manusiawi karena para wakil rakyat yang dating waktu itu diintimidasi, diteror dan diberi uang dan wanita cantik. Sehingga mereka jadi lupa tujuan mereka diutus.
Fenomena 1 Desember bukan suatu wacana saja tapi lebih pada gerakan keras Masyarakat Papua ingin pisahkan diri dari NKRI.Maka selalu masyarakat Papua merayakan HUT West Papua pada 1 Desember.
Banyak cara yang dilakukan untuk mengenang hari bersejarah tersebut. Ada yang berdoa kepada Tuhan Pencipta, ada yang melakukan siarah ke makam para pahlawan west Papua, dan ada pula yang melakukan aksi pengibaran Bendera Bintang Kejora.
Maka dalam rangka itu, Herman Manitori dan pasukannya bersama masyarakat merayakan Upcara pengibaran Bendera Bintang kejora.Upacara pengibaran Bendera Bintang Kejora yang dimaksud dilaksanakan di Wanapompi tepat pada pukul 06:00 WIT, pagi.Upacara selesai pukul 06:15 WIT.
2. Pengambilan Sikap Herman Manitori
Sebelumnya Herman selaku Komandan KODAP II Saireri meminta kepada Masyarakat dan Pasukannya untuk:
a. Pada 1 Desember 2015 bersama-sama merayakan Upacara pengibaran Bendera Bintang Kejora.
b. Berdoa dan Beribadat
c. Menjaga Bendera tetap berkibar hingga menjelang sore.
d. Melaksanakan upacara penurunan Bendera Bintang Kejora
e. Tidak membawa peralatan perang, seperti: Panah, Tombak, Kapak dan Parang.
f. Meminta kepada Masyarakat terutama Ibu-ibu dan anak-anak untuk mengungsi jauh hari sebelum tanggal 1 Desember 2015. Hal ini untuk menjaga dan mengantisipasi serangan mendadak dari angkatan Militer Indonesia
B. Bagian Kedua
1. Kronologi
a. Upacara Bendera
Tepat Selasa,1 Desember 2015 pukul 06:00 WIT,ada sebagian Warga Papua yang ada di wilayah gerejawi keuskupan Timika sedang merayakan HUT West Papua yang Ke – 54, pada 1 Desember 2015 di Kampung Wanampompi, Distrik Angkaisera, Kabupaten Yapen. Banyak masyarakat sipil yang berkumpul untuk merayakan hari bersejarah tersebut, bersama TPN-OPM di bawah garis komando Erik Manitori yang bernama lengkap Herman Manitori, pimpinan TPN-OPM Wilayah Timur KODAP II Saireri.
Sehabis upacara pukul 06:15 WIT, sebagian masyarakkat bubarkan diri pulang ke kampungnya masing-masing.Selain itu Herman Manitori juga meminta kepada masyarakat kampung untuk mengungsi ke hutan, untuk antisipasi serangan mendadak dari anggkatan bersenjata Republik Indonesia.Akhirnya sebagian masyarakat kampung Wanapompi pun mengungsikan diri ke hutan.
Sedangkan Herman Manitori dan Pasukannya serta juga beberapa warga sipil yang ikut ambil bagian dalam hari bersejarah itu, berjanji akan menurunkan bendera Bintang Kejora pada sore harinya. Berdasarkan keputusan itu mereka duduk melingkar dibawah tiang Bendera Bintang Kejora.Mereka duduk melingkari tiang dimana bendera Bintang Kejora dikibarkan.
b. Penembakan terhadap Warga
Namun, sekitar Pukul 06:22 pagi, terjadi penembakan terhadap Warga sipil di Wanapompi pada 1 Desember 2015.
Seperti yang sudah disepakati bersama, Herman Manitori dan anak buahnya duduk mengintari tiang dimana bendera Bintang Kejora dikibarkan.Namun ditengah berlansungnya penjagaan tersebut pasukan Brimob Porles Seruidibawah pimpinan Kabagops Polres Yapen AKP Yunus Ratu dan Kasat Intelkam AKP Imam Komari datang dan secara brutal menembak ke arah warga yang berjaga dibawah tiang bendera tersebut.
Pasukan Brimop Porles Yapen menyerang dan menembak warga secara brutal dalam keadaan sadar. Diketahui bahwa aparat tersebut telah mengetahui dan mendapatkan informasi tentang kegitan dimaksud.
Mereka (Pasukan Brimob dan Intelijen)datang dibawah pimpinan Kabagops Polres Yapen AKP Yunus Ratu dan Kasat Intelkam AKP Imam Komari dengan 25 personel Pasukan dengan 3 unit mobil dan satu unit Truk Dalmas Polres Yapen.
Melihat adanya penyerangan dan penembakan brutal oleh pasukan terhadap warga yang sedang melakukan penjagaan dibawah tiang bendera tersebut, Herman Manitori mengambil sikap hendak mendekati pasukan Brimob yang brutal itu untuk melakukan Dialog Damai.Sempat Herman Manitori berdialog dengan pimpinan pasukan yang datang itu.“Pak kenapa anak buahmu menembak secara brutal, kata Herman.Tidak kami hanya patroli, kata Pemimpin Pasukan.Kalau begitu perintahkan anak buahmu untuk tidak menembak warga, ucap Herman Manitori.”Namun seusai ucap demikian, dia akhirnya ditembak di kedua lututnya dan terjatuh seketika itu.
Yonas Manitori Melihat adiknya Herman Manitori tertembak dan terjatuh.Dia segera berlari hendak menolong adiknya,kemudian dia ditembak di dada dan perut.Yonas Manitori jatuh dan meninggal di tempat kejadian.
Yulianus Robaha, melihat kedua kakak beradik itu jatuh. Yulianus dengan cepat berlari menuju kedua kakak beradik yang terkapar di jalan dengan maksud menolong keduanya.Namun, dia juga ditembak di kedua kakinya hingga terjatuh dan tak mampu lagi untuk bangkit berdiri.
Darius Anderibi yang saat itu berada juga dalam lingkaran melihat tiga orang sudah terkapar.Darius mencoba berlari ke arah Herman Manitoriuntuk menolongnya.Namun dia akhirnya tertembak di paha dan pahanya putus.Darius akhirnya kehabisan darah dan meninggal dunia saat itu juga.
Masyarakat yang melihat peristiwa penembakan tanpa perlawanan itu memberi keterangan sekitar 10 menit penembakan itu terjadi.
Agus Manitori ketika itu melihat komandannnya (Herman Manitori) terjatuh dan masih hidup.Dia segera lari menuju komandannya dan bersandar didepan mobil polisi.Di saat ada peluang menolong Herman Manitori, dia segera lari dan menarik Herman ke punggungnya dan mencoba berlari menuju hutan, tapi kemudian di tembak di Paha tembus sebelah.Dia terjatuh dan bangkit kembali mendukun Herman dan mencoba lagi berlari, dia kembali mendapat tembakan di pergelangan kaki kiri dua kali tapi tidak jatuh, dan terus berlari semampunya.Dia kemudian ditembak lagi di pergelangan kaki kanan dan terjatuh, sementara Herman Manitori ditembak lagi di belakannya.Akhirnya Herman Manitori meminta Agus untuk pergi meninggalkan dia. Agus Manitori tidak mau tetapi kata Herman ini perintah, cepat pergi tinggalkan saya.Agus Manitori akhirnya lari ke hutan dan meninggalkan Herman sendirian.
Namun saat lari masuk hutan anggota Brimob kejar Agus dan sempat menembaknya di lengan kirinya tembus sebelah.Mereka hendak menembak mati Agus Manitori tapi kemudian datang Yance Manitori sahabat Agus dengan Senapan Angin mencoba menakuti anggota Brimob.Melihat Yance membawa Senapan Angin, anggota Brimob mengundurkan diri sambil menembak sembarang arah Yance,kemudian terkena tembakan di pergelangan kaki kiri dan kanan serta juga di pahanya kirinya.
Di saat pasukan Brimob undur diri itu mereka mengangkat Herman manitori dan Yulianus Robaha ke dalam truk Polisi. Mereka lantasmenyiksa Herman Manitori dan Yulianus Robaha tanpa mengenal belas kasihan.Mereka menyuruh keduanya teriak “Papua Merdeka” sambil menyiksa keduanya. Herman Manitori dan Yulianus Robaha dengan lantang berseru: “Papua Merdeka !!! Papua Merdeka !!!” sambil berseru keduanya terus disiksa.
Herman dipukul kepalanya hingga hancur dan dikeluarkan isi otaknya serta biji mata kanannya dicungkil.Di bela dari pangkal dada dekat leher hingga pada perut berbatasan dengan pinggang dan dari dada kanan menurun menyamping ke bawah perut sebelah kiri.Jantungnya dicopot dan dicincang.Seketika itu Herman Manitori meninggal dalam truk yang masih dalam perjalanan.Demikian juga dengan Yulianus Robaha.Dia dipotong kedua kakinya tepat di paha hingga putus dan akhirnya juga mati.Keduanya meninggal dalam perjalanan antara kampung Wanapompi dan Wadapi.
Masyarakat dan kelompokTPN-OPM yang dipimpin oleh Herman Manitori ini sama sekali tidak melakukan perlawanan. Mereka kelompok TPN-OPM yang tidak dilengkapi dengan senjata api atau sejenisnya. Sementara pasukan Brimop PorlesKepulauan Yapen datang lengkap dengan senjatanya dan peralatan perang lainnya.
Dalam Peristiwa penembakan itu diketahui ada sekitar 12 warga sipil yang menjadi korban terkena tembakan.Dua orang meninggal di tempat, Dua orang lagi disiksa dan dibunuh dalamtruk polisi dan 8 lainya dirawat di RSUD Serui.
Herman Manitori dan Yulianus Robaha kemudian di atnar ke RSUD Serui untuk dijahit luka bekas sobekan sangkur. Keduanya dipulangkan ke Kampung Asalnya.Herman Manitori dipulangkan ke kampung Wanapompi dan dimakamkan di bawah tiang bendera bersama kakaknya Yonas Manitori.Yulianus Robaha dipulangkan ke kampung asalnya di Yapen Barat.Tercatat ada 4 orang korban meninggal akibatpenembakan brutal Brimob dari kesatuan Porles Yapen pada 1 Desember 2015.
2. Pelaku Penembakan
Pelaku penembakan terhadap warga sipil di kampong Wanampompi dilakukan olehangkatan bersenjata kepolisian Porles Yapen.Pasukan Brimob atau angkatan bersenjata kepolisian Porles Yapen ini dipimpin oleh AKP.Yunus Ratudan pimpinan Intelijen AKP. Imam Komari.
3. Korban Penembakan oleh aparat
a. Korban Meninggal:
1. Herman Erik Manitori
Herman Manitori biasanya Disebut Erik Manitori (33 tahun (1982),tertembak pukul 06:26 WIT, di kedua kaki dan patah, tertembak di belakan dekat pinggang,kemudian dipakai sangkur bela dari pangkal dada dekat leher sampai batas perut dengan pinggang, dibela lagi dari dada kanan atas menurun dan menyamping ke kiri bawah perut. Kepala dipukul dengan popor Senjata sampai hacur sehingga isi otaknya keluar, dan mata kanan dicungkil.Dia meninggal dalam truk Brimob akibat penyiksaan sadis yang diterimanya.
Catatan: Semasa kepemimpinan Herman Manitori sebagai komandan TPN-OPM Wilayah Timur KODAP II Saireri, beliau tidak pernah membuat keonaran. Beliau tidak pernah membunuh satu anggota TNI-POLRI atau menyatakan sikap perang melawan anggkatan bersenjata.Herman selalu merespon positif dan mendukung upaya pemerintah membagun kampung-kampung di Wilayah Timur distrik Angkaisera.Dia selalu menasehati kaum muda untuk menerima dan mengikuti perkembangan modern sebagai pintu menuju kemerdekaan West Papua.Masyarakat dan beberapa tokoh ternama mengaku mengenal benar Herman Sebagai pemimpin TPN-OPM yang bijak dan toleran.
2. Yonas Manitori
Yonas Manitori (38 Tahun, (1977) Wakil Komandan TPN-OPM, Yonas adalah kakak kandung dari Herman Manitori.Yonas Manitori tertembak di perut tembus belakan dan dada tembus belakan.Seketika itu juga Yonas meninggal di tempatkejadian.Sekitar pukul 06:28, Yonas ditembak mati paska terjatuhnya Herman Mamnitori dan Yulianus Robaha.
3. Darius Anderibi
Darius Anderibi (45 tahun) perwira TPN-OPM.Tertembak, sekitar pukul 06:28 bersamaan dengan Yonas Manitori, di paha kiri sehingga paha putus dan hanya kulit sebagian yang tahan.Darius Meninggal karena kehabisan darah.Dia diperkirakan ditembak Pakai senjata Beramunisi Besar.
4. Yulianus Robaha
Yulianus Robaha (50Tahun) ajudan Komandan, Herman Manitori, Tertembak pukul 06:27 paska terjatuhnya komandannya Herman Manitori.Yulianus Robaha tertembak di kedua lutut dan tak mampu bangkit lagi untuk berdiri.
Dia kemudian dinaikan dalam truk Brimob dan disiksa dalam truk, dipotong kedua kaki persis di lutut dan pangkal pahanya hingga putus.Bahkan kaki sebelah kirinya dibuang entah di mana dan hanya ada pahanya.Perutnya disobek dari arah kanan pinggang menuju kea rah kiri pinggangnya, hingga tali perutnya terbuang keluar.
Yulianus Juga meninggal dalam truk Brimob akibat disiksa begitu sadis.Mayatnya dibawa oleh Brimob ke RSUD serui untuk dijahit kembali.Hanya kaki kiri yang tidak ada karena dipotong dan dibuang oleh Brimob Polres Yapen.
b. Korban-KorbanLuka BeratYang Tertembak:
Waktu selebihnya sekitar pukul 06:29 – 06:40 korban lain berjatuhan, akibat kebrutalan Brimob polres Yapen. Berikut nama-nama korban luka-luka berat yang mengakibatkan cacat fisik:
1. Agus Manitori
Agus Manitori (23 Tahun) perwira TPN-OPM. Tertembak karena berlari hendak menolong Herman Manitori. Ketika itu anggota Brimob secara brutal menenbak ke arahnya, namun dia berlari menuju depan mobil polisi untuk berlindung. Di saat berlari hendak berlindung dia tertembak di kaki kirinya dan peluru bersarang didalam.
Ketika Brimob hentikan tembakan dia segera berlari mendukung Herman dan hendak masuk hutan namun dia ditembak lagi di kaki kiri dan tembus.Dia masih berlari sehingga dia kembali tertembak di Paha tembus sebelah sedangkan Herman Manitori kembali terkena amunisi di belakannya.
Agus terjatuh bersama Herman namun kembali bangkit berdiri dan membawa lari Herman tapi kemudian dia ditembak lagi di pergelangan kaki kanan dan peluru bersarang didalam.
Ketika itu Agus tidak kuat lagi dan terjatuh bersama Herman, sehingga Herman sebagai Komantan memerintahkan Agus untuk pergi meninggalkan dia agar Agus tetap hidup. Agus tidak menerima permintaan itu dan hendak mendukung Herman tapi Herman dengan tegas menyuruh Agus pergi. Kata Herman, “ini perintah” akhirnya agus Manitori lari masuk Hutan meninggalkan Herman sendirian.
Disaat lari masuk hutan Agus tertembak lagi di lengan atas kirinya dan peluru bersarang di dalamnya/tidak tembus sebelah.Dia juga tertembak di perut tapi hanya diluar kulit sehingga meninggalkan luka cukup besar di perut samping kiri dekat pinggang.
Agus mengalami luka serius, namun menolak rujukan berobat lanjut ke Biak. Menurut Agus Manitori para tenaga medis yang melakukan pelayanan pengobatan sangat lambat. Mereka tidak melakukan pelayanan pengobatan.Pengobatan pertama yang para korban semuanya terima adalah dari Rumah Sakit Randawaya. Sedangkan RSUD Serui hanya pasang cairan tapi obat yang dimasukan kedalam Tubuh sama kejamnya seperti militer Indonesia yang bunuh banyak orang Papua. Hal ini nampak dari pelayanan medis yang diberikan, kami tidak dilayani dengan rutin dan baik.
2. Yance Manitori
Yance Manitori (26 tahun) komandan logistik tertembak di pergelangan kaki kiri dan kanan serta juga di lutut kiri.Yance Tertembak saat hendak menolong Agus Manitori dan Korban Termbak lainnya.Peluru bersarang dalam kaki kiri dan kanan.
Walaupun kritis, Yance menolak dirujuk ke RSUD Biak untuk mendapat perawatan medis. Menurut Yance para tenaga medis yang bertugas/melakukan pelayanan pengobatan dan obat yang dimasukan kedalam Tubuh sama kejamnya seperti militer Indonesia yang bunuh banyak orang Papua. Hal ini nampak dari pelayanan medis yang diberikan, kami tidak dilayani dengan rutin dan baik.
3. Paulinus Wororowai
Paulinus Wororowai (26 Tahun) ajudankomandan logistik II.Dia tertembak dari rusuk belakan tembus pinggang. Penembakan ini mengakibatkan satu tulang rusuk patah dan peluru yang lain bersarang dalam tubuh. Paulinus kritis dan sedang dikirim ke RSUD Biak untuk mendapatkan perawatan yang serius.
4. Anton Toni Runaweri
Toni Runaweri (43 tahun) perwira TPN-OPM yang tertembak di samping batang leher belakan tembus rahang dan mulut.Tulang rahang kiri dan kanan Patah.Mulut tidak dapat digerakkan sehingga, Toni Runaweri sementara diberi makan melalui bantuan selang.Toni dalam keadaan kritis dan sedang dirujuk ke Surabaya untuk mendapatkan penanganan medis secara serius.
5. Sakarias Torobi
Sakarias Torobi (35 tahun) komandan logistik II, tertembak di kaki kiri dan patah. Tulang kaki hancur dan peluru yang lain bersarang dalam kaki, namun kemudian pada tanggal 6 menjalani operasi dan sudah dikeluarkan di rumah sakit biak.
6. Alius Karimati
Alius Karimati (45 Tahun) masyarakat sipil yang juga menjadi korban penembakan oleh aparat Brimop polres serui.Saat itu penembakan dilakukan secara brutal sehingga dia hendak lari masuk hutan, namun akhirnya tertembak peluru nyasar di telapak tangan belakang tembus depan. Kondisi Alius menderita sakit dan teriak kesakitan.Alius Karimati juga Menolak rujukan berobat di Biak.
7. Daud Luther Ayomi
Daud Ayomi (53 Tahun) perwira TPN-OPM.Tertembak di tangan dan bahu. Tulang tangan patah dan peluru lain yang terkena di bahu bersanrang jauh kedalam. Luka serius dan dirujuk ke RSUD Biak untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut.
8. Pilemon Ayomi
Pilemon Ayomi (49 tahun) perwira TPN-OPM.Pilemon tertembak di tangan dan tulang tangan patah. Luka serius dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Umun Dareah Biak.
c. Korban Yang Lari Ke Hutan:
Banyak masyarakat yang lari ke hutan untuk bersembunyi.Sejak 1 Desember 2015 sampai tanggal 6 Desember 2015 hingga data ini diambil, masih ada masyarakat kampung yang belum keluar dari hutan di mana mereka lari bersembunyi.
4. Tempat Penembakan
Peristiwa penyerangan terhadap warga saat sedang melakukan upacara bendera Bintang Kejora terjadi di kampung Wanapompi Distrik Angkaisera, Kabupaten Yapen, pada 1 Desember 2015.
5. Motif Penembakan
Penembakan yang dilakukan oleh Brimop Porles Yapen terhadap para warga tersebut karena dinilai oleh aparat sebagai kelompok separatis dan kelompok pengacau keamanan.Pada hal masyarakat mengaku tidak pernah Gerakan TPN-OPM membuat kekacauan dan membunuh anggota militer di Serui.Hal ini menjadi Jelas bahwa istitusi Militer dan Keamanan Indonesia sedang menciptakan lahan konflik di Papua dan Serui khususnya.
Demikian Laporan penembakan kebrutalan aparat Kepolisian di Serui Papua.
Demikian laporan singkat tentang keburutalan aparat Kepolisian kololian Indonesia di Serui Papua Barat.
Hormat Kami
ONES SUHUNIAP
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar