Yali Wenda dan Alvares Kapissa (Jubi/Aprila) |
Jayapura, 5/4 (Jubi) – Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pendeta
Phil Erari mengecam tindakan brutal aparat kepolisian terhadap dua
mahasiswa Universitas Cenderawasih, Alvares Kapissa dan Yali Wenda dalam
Aksi Demonstrasi Pembebasan Tahanan Politik Papua pada Rabu, 2/4 lalu
di Kampus Uncen, Perumnas III, Waena, Jayapura.
“Polisi telah
melanggar ketentuan penahanan orang yang terlibat dalam unjuk rasa.
Seharusnya para mahasiswa itu diperlakukan dengan baik dan didampingi
pengacara,” kata Phil kepadatabloidjubi.com di Waena, Jayapura, Jumat (4/2) malam.
Menurut Phil,
apa yang dilakukan aparat penegak hukum ini telah mencederai penegakan
hukum di Papua dan melanggar HAM di era reformasi Indonesia.
Phil meminta
Kapolda Papua, Irjen Pol Tito Karnavian untuk memperhatikan sikap anak
buah di lapangan. Menurut Phil, polisi sebagai aparat penegak hukum
tidak pantas melakukan tindakan brutal tersebut. Sebab, seharusnya
mereka menjadi pengayom yang melindungi masyarakat, bukan malah
melakukan kekerasan terhadap warga negaranya dengan cara seperti itu.
“Ini
pelanggaran yang dilakukan alat negara dalam memperlakukan warga
negaranya. Reformasi bidang keamanan tidak berarti apa-apa di Papua
kalau tindakan aparat seperti ini,” ungkap Phil lagi.
Menurut Phil,
dalam melakasanakan personel Polri seharusnya menekankan pada
penghormatan kepada HAM dan demokratisasi yang tengah berjalan dalam
reformasi di sektor keamanan.
Terkait
kondisi kesehatan kedua mahasiswa ini, masih dalam proses pemulihan dan
masih mengkonsumsi obat untuk proses penyembuhan. Rasa sakit masih
mendera sekujur tubuh kedua mahasiswa.
“Bagian
pinggang saya sakit sekali, rasanya seperti ada tulang rusuk yang patah.
Untuk duduk dan berdiri, saya masih susah, batuk saja sakit sekali,”
kata Alvares kepada tabloidjubi.com di Waena, Jayapura, Jumat (4/4)
malam. (Jubi/Aprila)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Blogger Comment
Facebook Comment