(BAYI KURANG GIZI DI PAPUA) |
Star-papua, Jayapura-Angka
kematian bayi di Papua meningkat drastis enam tahun terakhir. Tingkat kesehatan
ibu hamil yang rendah dan belum cakapnya perawat yang membantu proses
persalinan turut menjadi penyebab.
Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Provinsi Papua, angka kematian bayi (AKB) pada 2007 adalah
24 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu meningkat jadi 115 per 1.000 kelahiran
hidup pada 2013.
"Angka itu sangat memprihatinkan. Kami sangat perihatin dengan
meningkatnya angka kematian bayi kurangnya peningkat kesehatan ibu dan anak terus
berkelanjutan akhirnya banyak bayi dan ibu maninggal," kata Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Papua Aloysius Giay, Sabtu (05/4), di Jayapura, Papua.
Aloysius mengatakan, faktor penyebab meningkatnya AKB adalah gizi buruk, penanganan persalinan
yang- kurang cakap, kesehatan lingkungan buruk, serta kurangnya wawasan
masyarakat tentang kesehatan.
Aloysius menuturkan, pihaknya akan meluncurkan 15 program prioritas
untuk menurunkan AKB, antara lain pelatihan petugas puskesmas, survei gizi di
29
kabupaten, bantuan program jaminan kesehatan pada ibu hamil.
"Selama ini, banyak ibu hamil tidak memeriksakan diri ke puskesmas. Sebab,
tidak punya biaya dan alat medis yang sangat terbatas. Akibatnya, ketika
terjangkit penyakit ibu hanya berdiam diri di rumah hingga meninggal,"
kata Aloysius.
Sejak otonomi daerah tahun 2001 di Papua, koordinasi survei data masalah
kesehatan antara provinsi dan kabupaten tidak berjalan hinggah masuk tahun 2014
ini . "Dinas kesehatan di kabupaten hanya mau diperintah pimpinan daerah
itupun tidak ada aspek di lapangan. Akibatnya, program-program kesehatan yang
kami keluarkan tak efektif hanya sebuah symbol saja," ujarnya
Yunike Howay, dokter anak di Kabupaten Kerom, yang ditemui di Jayapura,
menuturkan, kondisi geografi Papua membuat tenaga medis sulit untuk memberikan
pelayanan kesehatan di daerah pedalaman bahkan dana oprasional pun kami belum
perna sampai di daerah sehinggah kami kewalahan bahwa pemerintahan ini sangat
meragukan. Selain itu, minimnya sarana yang menunjang kesehatan bayi menjadi
penyebab tingginya AKB.
"Belum ada alat khusus di puskesmas seperti inkubator. Bayi yang
sakit harus dirujuk ke rumah sakit dengan digendong. Akibatnya, banyak bayi
meninggal karena hipotermi dan berbagai macam penyakit menular," katanya.
(FLO)
Sumber:The Largest &
Most Respected Newspaper
Blogger Comment
Facebook Comment