Mahasiswa Intan Jaya menolak pergantian nama Puncak Cartenz (suarapapua.com)
Jayapura, 29/4 (Jubi) – Kami Mahasiswa dan Pemuda asal Kabupaten
Intan Jaya cukup terkejut, ketika membaca sebuah berita di Tabloid Jubi
Online (www.tabloidjubi.com),
yang diterbitkan pada tanggal 22 April 2014, dengan judul “NAMA KAPOLDA
PAPUA DIABADIKAN JADI NAMA PUNCAK CARTENZ”. Tidak menyangka, Maximus
Tipagau – seseorang yang dari dulu sangat kami ragukan integritas dan
kepribadiannya – bisa melahirkan ide dan gagasan yang begitu jahat dan
liar, sehingga mengatakan akan mengganti nama Puncak Bale-Bale Gelapa
atau Puncak Cartenz Pyramid dengan nama Tito Karnavian, Kepala
Kepolisian Daerah Papua (Kapolda) saat ini.
Mengulas sedikit sejarah dari Puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak
Caartenz; Puncak ini berada di ketiggian 4.884 Meter, dan merupakan
salah satu dari tujuh puncak tertinggi di dunia yang diselimuti salju
abadi. Yang menjadi “keanehan” dari Puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak
Cartenz ini adalah walaupun wilayah Indonesia (Papua) berada pada iklim
tropis, namun ditemukan salju abadi. Terkait nama “Cartenz”, ini
diberikan untuk menghargai jasa penemunya, yakni Jhon Cartenz, pelaut
asal Eropa, Belanda, yang di abad ke-18 berlayar ke Indonesia, Papua,
dan menemukan puncak tersebut. Ia yang pertama kali mengabarkan kepada
dunia internasional, bahwa di Indonesia (Papua) terdapat sebuah puncak
yang diselimuti salju abadi menyerupai Puncak Everest, dan sempat
membuat detak kagum masyarakat dunia; benar kata Jhon Cartenz, bahwa
terdapat salju abadi di ketinggian puncak tersebut sampai saat ini.
Letak Puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak Cartenz sendiri berada di
beberapa wilayah Kabupaten di Prvinsi Papua, namun sebagian besar
wilayah ini ada di Kabupaten Intan Jaya. Melalui Intan Jaya ditemui
banyak jalur pendakian yang memudahkan para turis dan wisatawan untuk
sampai ke Puncak tertinggi Puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak Cartenz.
Salah satu desa yang dekat langsung atau puncak ini berada di desa
tersebut adalah desa Ugimba, Kabupaten Intan Jaya. Ada masyarakat yang
menyebut dengan istilah “Mbai Gele Tua” untuk nama Puncak tersebut, yang
artinya “batu besar dan terlarang yang tidak boleh disentuh oleh
siapapun”.
Areal Puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak Cartenz dianggap sangat
sakral atau sebagai tempat keramat oleh marga atau fam asli masyarakat
Ugimba, seperti marga Kum, Maisini, Joani, Duwitau, Sondegau dan
Wandagau. Doa adat adalah salah satu cara terbaik yang harus ditempuh
oleh para turis atau wisatawan jika ingin mendaki dan sampai di puncak
tertinggi gunung ini. Dengan sedikit paparan diatas, kami sebenarnya
ingin memberitahu arti sebuah nama, dan saat ini kami merasa heran, dan
tidak habis pikir dengan jalan pikiran Maximus Tipagau; Yang perlu
dijawab ialah, apakah pergantian nama tersebut sudah mendapat restu atau
ijin dari masyarakat adat Intan Jaya, khususnya beberapa marga yang
telah disebutkan diatas?
Dibawah ini beberapa point yang menjadi pernyataan sikap kami;
1. MENOLAK TEGAS PERGANTIAN NAMA PUNCAK BALE-BALE GELAPA ATAU PUNCAK
CARTENZ SEBAGAI PUNCAK TITO KARENA INI TELAH MELECEHKAN MASYARAKAT ADAT.
Kunjungan Kapolda Papua pada 20 April 2014, tidak bisa dijadikan alasan mendasar untuk mengubah nama Puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak Cartenz menjadi Puncak Tito, sebab karena nama Bale-Bale Gelapa dan Puncak Cartenz merupakan nama yang sangat bersejarah bagi masyarakat adat Kabupaten Intan Jaya. Nama yang sudah mencerminkan jati diri, harga diri dan wibawa masyarakat adat Intan Jaya. Kami menilai bahwa pemberian nama secara sepihak yang dilakukan oleh Maximus Tipagau, yang mengatasnamakan masyarakat setempat itu terlalu dangkal atau tidak masuk akal, dan murahan, alasanya karena kunjungan seorang Kapolda entah ke daerah mana saja di wilayah seluruh tanah Papua, itu bagian dari tugasnya, sehingga kunjungan–kunjungan tersebut tidak bisa dinilai luar biasa (biasa-biasa saja ). Jika dilakukan pergantian, ini tentu telah melecehkan masyarakat adat Intan Jaya, secara khusus masyarakat Desa Ugimba.
Kunjungan Kapolda Papua pada 20 April 2014, tidak bisa dijadikan alasan mendasar untuk mengubah nama Puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak Cartenz menjadi Puncak Tito, sebab karena nama Bale-Bale Gelapa dan Puncak Cartenz merupakan nama yang sangat bersejarah bagi masyarakat adat Kabupaten Intan Jaya. Nama yang sudah mencerminkan jati diri, harga diri dan wibawa masyarakat adat Intan Jaya. Kami menilai bahwa pemberian nama secara sepihak yang dilakukan oleh Maximus Tipagau, yang mengatasnamakan masyarakat setempat itu terlalu dangkal atau tidak masuk akal, dan murahan, alasanya karena kunjungan seorang Kapolda entah ke daerah mana saja di wilayah seluruh tanah Papua, itu bagian dari tugasnya, sehingga kunjungan–kunjungan tersebut tidak bisa dinilai luar biasa (biasa-biasa saja ). Jika dilakukan pergantian, ini tentu telah melecehkan masyarakat adat Intan Jaya, secara khusus masyarakat Desa Ugimba.
2. MAXIMUS TIPAGAU MELALUKAN PEMBOHONGAN PUBLIK TERKAIT DUKUNGAN
MASYARAKAT ADAT UNTUK PERUBAHAN NAMA PUNCAK BALE-BALE GELAPA ATAU PUNCAK
CARTENZ MENJADI PUNCAK TITO; MASYARAKAT ADAT YANG MANA DAN SIAPA
ORANGNYA???
Kalau memang dikatakan bahwa pemberian nama tersebut atas kehendak pemilik hak ulayat, serta mendapat dukungan dari masyarakat Ugimba, maka pertanyaannya adalah siapa saja orang-orang itu??? Sampai saat ini kami tidak menemukan komentar dari masyarakat, kepala desa, atau dari kepala suku setempat. Kami justru mendapatkan informasih bahwa pemilik hak ulayat tidak mengambil bagian dan tidak diberitahu dalam hal pemberian nama tersebut. Dan kami menilai bahwa pemberian nama tersebut bersifat subjektif dari saudara Maximus Tipagau sendiri.
Kalau memang dikatakan bahwa pemberian nama tersebut atas kehendak pemilik hak ulayat, serta mendapat dukungan dari masyarakat Ugimba, maka pertanyaannya adalah siapa saja orang-orang itu??? Sampai saat ini kami tidak menemukan komentar dari masyarakat, kepala desa, atau dari kepala suku setempat. Kami justru mendapatkan informasih bahwa pemilik hak ulayat tidak mengambil bagian dan tidak diberitahu dalam hal pemberian nama tersebut. Dan kami menilai bahwa pemberian nama tersebut bersifat subjektif dari saudara Maximus Tipagau sendiri.
3. KAPOLDA PAPUA, TITO KARNAVIAN TIDAK PUNYA JASA APAPUN BAGI
MASYARAKAT ADAT KABUPATEN INTAN JAYA, DAN SECARA KHUSUS MASYARAKAT DI
SEKITAR AREAL PUNCAK BALE-BALE GELAPA ATAU PUNCAK CARTENZ.
Tidak ada satupun pengorbanan, perjuangan, atau perbuataan baik dari Kapolda Papua, Tito Karnavian untuk masyarakat adat Intan Jaya, dan secara khusus masyarakat desa Ugimba yang bisa disebut dengan “berjasa bagi masyarakat setempat” atau, sama sekali tidak ada, dan tidak kami temukan. Bisa disebut berjasa, apabila dia mengabdikan seluruh jiwa raganya di suatu tempat untuk kepentingan masyarakat setempat, sehingga orang tersebut pantas dikatakan berjasa. Kalau kedatangan Kapolda di Wilayah puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak Cartenz hanya semata-mata kunjungan atau perjalanan tugas; juga untuk berfoto ria, juga menambah pengalaman wisata beliau secara pribadi; dan karena itu, kunjungan tersebut tidak bisa dinilai berjasa besar bagi masyarakat adat Intan Jaya, atau secara khusus di desa Ugimba.
Tidak ada satupun pengorbanan, perjuangan, atau perbuataan baik dari Kapolda Papua, Tito Karnavian untuk masyarakat adat Intan Jaya, dan secara khusus masyarakat desa Ugimba yang bisa disebut dengan “berjasa bagi masyarakat setempat” atau, sama sekali tidak ada, dan tidak kami temukan. Bisa disebut berjasa, apabila dia mengabdikan seluruh jiwa raganya di suatu tempat untuk kepentingan masyarakat setempat, sehingga orang tersebut pantas dikatakan berjasa. Kalau kedatangan Kapolda di Wilayah puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak Cartenz hanya semata-mata kunjungan atau perjalanan tugas; juga untuk berfoto ria, juga menambah pengalaman wisata beliau secara pribadi; dan karena itu, kunjungan tersebut tidak bisa dinilai berjasa besar bagi masyarakat adat Intan Jaya, atau secara khusus di desa Ugimba.
4. HARUS MENCABUT KEMBALI PEMBERIAAN NAMA PUNCAK BALE-BALE GELAPA ATAU PUNCAK CARTENZ SEBAGAI PUNCAK TITO KARNAVIAN.
Kami pemuda dan mahasiswa Intan Jaya secara terbuka melalui media massa menuntut Maximus Tipagau untuk mencabut kembali pemberian nama Puncak Bale-Bale Gelapa atau Puncak Cartenz sebagai Puncak Tito. Dan ini harus dilakukan dalam waktu dekat, agar tidak terus berkembang isu-isu negatif dikalangan masyarakat Intan Jaya; Ini penting, untuk menyelamatkan generasi Intan Jaya yang akan datag, dan yang sudah lahir dan masih hidup; agar mereka tahu diri, tahu budaya, tahu adat istiadat, dan tahu nama gunung tempat mereka keluar dan menjadi orang “besar” hingga saat ini.
Demikian pernyataan sikap kami; atas perhatian dan kerja sama semua pihak, kami ucapkan banyak terima kasih.
Mewakili Pemuda dan Mahasiswa Intan Jaya di Jayapura
• Melianus Duwitau (Mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Papua)
• Frt. Kleopas Sondegau (Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Fajar Timur, Abepura, Papua)
• Melianus Duwitau (Mahasiswa Universitas Sains dan Teknologi Jayapura, Papua)
• Frt. Kleopas Sondegau (Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Fajar Timur, Abepura, Papua)
Pemuda dan Mahasiswa Kabupaten Intan Jaya
Sekretariat: Asrama Intan Jaya, Jln. Bumi Perkemahan, Waena, Jayapura, Papua
Sekretariat: Asrama Intan Jaya, Jln. Bumi Perkemahan, Waena, Jayapura, Papua
Simber : http://tabloidjubi.com/2014/04/30/pemuda-dan-mahasiswa-intan-jaya-tolak-nama-puncak-cartenz-diganti-puncak-tito/
Blogger Comment
Facebook Comment