Peti Jenazah Yenas Wandikbo Yang Disemayamkan di Asrama Nayak I Kamkey, Jayapura (Jubi/Aprila) |
Jayapura, 5/7 (Jubi) – Salah satu keluarga korban yang ikut
memandikan jenasah Yenas Wandikbo di RS Bhayangkara pada Jumat (4/7)
mengatakan, ia melihat ada pembengkakan di kepala belakang korban.
“Saya tidak mengerti secara medis tetapi yang saya lihat, pada bagian
belakang kepala almarhum bengkak dan terus mengeluarkan darah,” ungkap
saksi ini kepada tabloidjubi.com di Asrama Nayak I, Kamkey, Jayapura,
Jumat (4/7) malam.
Keluarga korban yang enggan disebutkan namanya ini juga tidak ingin
menduga-duga kondisi jenazah ini karena pihak keluarga memang tidak
menginginkan visum dari pihak medis di RS Bhayangkara sehingga tidak
ingin menimbulkan dugaan dari pihak lain.
Sementara itu, dalam penelusuran tabloidjubi.com, Yenas Wandikbo yang
diduga sebagai korban sebenarnya tidak berada di tempat kejadian
perkara konflik judi togel seperti yang diberitakan berbagai media
massa. Saksi mata (yang tak ingin disebutkan namanya) mengaku melihat
Yenas ditangkap bersama beberapa temannya yang berasal dari pegunungan
di depan Bar Horison, tepatnya di jalan keluar Pasar Youtefa ke arah
jalan baru.
“Saya kebetulan lewat dengan motor di tempat kejadian. Karena lihat
teman-teman ditangkap tanpa sebab, saya langsung tancap gas,” tutur
saksi mata ini kepada tabloidjubi.com di Abepura, Jayapura.
Dalam pengakuannya, saksi sempat melihat satu orang telah ditangkap, dilempar masuk seperti barang ke dalam sebuah mobil polisi
tapi tidak seperti mobil polisi biasa, modelnya mobil box dengan nomor
polisi. Mobil itu tidak menggunakan DS seperti mobil-mobil di Papua
tetapi menggunakan huruf F.
“Setelah orang pertama, saya tidak bisa mengenali dengan jelas, baru
Yenas. Jadi Yenas ditangkap polisi, bukan korban konflik Youtefa.
Kejadian Youtefa sudah lewat dua jam. Penangkapan masyarakat gunung pada
saat itu adalah rentetan kejadian di Pasar Youtefa, Rabu (2/7),” kata
saksi ini lagi.
Terkait duka ini, Alius Asso, tokoh pemuda Jayawijaya meminta pihak
kepolisian bertanggung jawab atas rentetan kasus ini. Penangkapan paksa
orang tanpa prosedur jelas, merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Toh, judi togel selama ini juga menjadi lahan bisnis aparat kepolisian,
kenapa baru kemarin ada upaya memberantas tetapi mengorbankan nyawa
orang tak berdosa, sesal Alius.
“Segera bentuk tim independen untuk melakukan investigasi pembunuhan Orang Papua yang dilakukan aparat kepolisian di Tanah Papua ini. Komnas HAM juga harus melihat persoalan ini, tidak boleh tinggal diam,” pinta Alius Asso. (Jubi/Aprila)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Blogger Comment
Facebook Comment