Socratez Sofyan Yoman. Foto: Ist. |
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Di sela-sela acara peletakan batu
pertama pembangunan sekretariat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua
(PGGBP), Pendeta Socratez Sofyan Yoman mengatakan, dalam waktu yang
dekat akan meluncurkan sebuah buku baru tentang Konflik Kekerasan di
Puncak Jaya.
Kata dia, dalam buku tersebut lebih banyak ditulis soal kelakuan busuk orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam rentetan persoalan di Puncak Jaya.
Dikatakan, dunia internasional dan kita tahu bahwa di Papua ada masalah besar dan perlu penyelesaian dengan cara elegan dan damai.
"Sekarang harus hentikan kekerasan di Puncak Jaya dan di Papua. Bagaimana sudah dalam era terbuka seperti ini masih kita bersandiwara?," ujar Yoman di Jayapura, Senin (21/07/2014).
"Ya, jujur saja, lahan proyek di Timor Timur (sekarang Timor Leste) dan Aceh sudah tidak ada. Sementara ini lahan subur hanya di Papua. Memang Papua sejak dulu dikelola sebagai daerah bermasalah," tambah pria yang menulis lebih dari 5 buku ini.
Ia harap pihak-pihak yang terus bersandiwara ini harus berhenti dan bertobat. "Jangan Anda menjamin istri dan anak-anak serta keluargamu dengan uang yang diperoleh dengan cara-cara terkutuk dan jahat itu," pintanya.
Solusi penyelesaian menurut Yoman adalah duduk satu meja antara rakyat Papua dan Jakarta dimediasi pihak ketiga yang netral.
"Sudah waktunya kita duduk di satu meja untuk menyelesaikan masalah Papua, karena Otonomi Khusus telah gagal total. UP4B, dan Otsus Plusnya makin tidak jelas," beber Yoman. (Hendrikus Yeimo/MS)
Kata dia, dalam buku tersebut lebih banyak ditulis soal kelakuan busuk orang-orang yang tidak bertanggung jawab dalam rentetan persoalan di Puncak Jaya.
Dikatakan, dunia internasional dan kita tahu bahwa di Papua ada masalah besar dan perlu penyelesaian dengan cara elegan dan damai.
"Sekarang harus hentikan kekerasan di Puncak Jaya dan di Papua. Bagaimana sudah dalam era terbuka seperti ini masih kita bersandiwara?," ujar Yoman di Jayapura, Senin (21/07/2014).
"Ya, jujur saja, lahan proyek di Timor Timur (sekarang Timor Leste) dan Aceh sudah tidak ada. Sementara ini lahan subur hanya di Papua. Memang Papua sejak dulu dikelola sebagai daerah bermasalah," tambah pria yang menulis lebih dari 5 buku ini.
Ia harap pihak-pihak yang terus bersandiwara ini harus berhenti dan bertobat. "Jangan Anda menjamin istri dan anak-anak serta keluargamu dengan uang yang diperoleh dengan cara-cara terkutuk dan jahat itu," pintanya.
Solusi penyelesaian menurut Yoman adalah duduk satu meja antara rakyat Papua dan Jakarta dimediasi pihak ketiga yang netral.
"Sudah waktunya kita duduk di satu meja untuk menyelesaikan masalah Papua, karena Otonomi Khusus telah gagal total. UP4B, dan Otsus Plusnya makin tidak jelas," beber Yoman. (Hendrikus Yeimo/MS)
Sumber : www.majalahselangkah.com
Blogger Comment
Facebook Comment