Warga Dogiyai seusai Mubes di Aula Egaidimi-Bomomani-Dogiya/Ernest-Jubi |
Urbanus Tebay mengatakan, sejumlah gedung sekolah terlihat bagus, tetapi guru dan peserta didiknya kosong. Kegiatan belajar mengajar (KBM) tidak berjalan secara normal.
“Seperti SD Inpres Diyeugi yang tidak aktif mengajar selama tiga tahun setelah Guru tuanya, F. Tebay pensiun tiga tahun lalu itu. Prestasi baik anak-anak Diyeugi pernah tercatat dalam sejarah hanya manjadi abu selama tiga tahun ini,” ujar Tebay dari Dogiyai kepada Jubi, Kamis, (11/02/2016)..
Ini contoh yang dapat menjadi gambaran yang besar untuk melihat betapa buruknya pelayanan pendidikan di Dogiyai secara umum.
Menurutnya, hal itu terjadi karena tidak ada kesungguhan pemerintah maupun masyarakat membentuk manusia Dogiyai berpendidikan.
Di tempat berbeda, Ketua Adat Tota Mapiha di Dogiyai Marthen Petenet Iyai mengatakan saat ini anak-anak Dogiyai belum mendapatkan pembinaan iman, moral dan hukum adat secara penuh dari pemerintah maupun gereja.
“Sampai sekarang, kepada para peserta didik, belum pernah diberikan upaya-upaya yang signifikan, berguna dan penting. Mereka hanya dibiarkan begitu saja sehingga anak-anak itu melibatkan dan dilibatkan oleh pihak berkuasa ke dalam penyakit zaman seperti Aibon,” ujarnya.
Ditambahkan seorang guru SMP Negeri 1 Mapia, Phlipus Magai, pemerintah Kabupaten Dogiyai masih tetap mengutamakan pembangunan fisik daripada nonfisik.
“Perlu diketahui bersama, para peserta didik itu sebenarnya memiliki potensi yang sangat luar biasa. Potensi alam setempat juga telah turut menentukan. Setidaknya kondisi ini bisa diatasi bersama dengan mengutamakan pendidikan sebagai jantung dan pusat kehidupan bersama,” ujarnya. (Ernest Pugiye).
http://tabloidjubi.com/2016/02/11/pendidikan-dogiyai-hadapi-masalah-serius/
0 komentar :
Posting Komentar