Wamena, Jubi – Forum Masyarakat Jayawijaya se-Pegunungan Tengah
Papua (FMJ-PTP) dengan tegas menolak wacana pembangunan mako brimob di
Waena.
Penolakan itu disebutkan JMJPTP oleh karena berbagai alasan. “Memori masa lalu bahwa kehadiran brimob di pegunungan ini akan membuat masyarakat menjadi ketakutan dan merasa tidak bebas,” kata Juru Bicara FMJPTP, Laurens Elosak kepada wartawan di Wamena, Rabu (17/2/2016).
Menurut dia brimob selalu identik dengan kekerasan sehingga menimbulkan trauma atau ingatan akan penderitaan (memori passionis)
Selain itu, kehadiran mako brimob di Wamena bukan jaminan untuk meminimalisir tindakan kekerasan dan pencurian kendaraan bermotor.
“Kami bandingkan dengan Kota Jayapura yang pusatnya markas brimob saja, curanmor masih tinggi sehingga kami rasa ini bukan jaminan soal keamanan. Untuk itu, kami rasa tidak penting lakukan lah pendekatan lain atau lakukan penambahan pasukan kepolisian biasa,” katanya.
Keputusan DPRD Jayaiwjaya tanggal 4 Agustus 2015 bahwa keputusan itu (ihwal mako brimob) tidak akan dibuka kembali dan tidak ada perubahan, sehingga DPRD tidak perlu lagi membahas mako brimob.
Disebutkan bahwa membangun mako brimob justru menambah beban APBD terutama untuk operasionalnya. Maka sebaiknya dana tersebut dialokasikan untuk perbaikan mutu pendidikan, kesehatan dan ekonomi rakyat.
Sebelumnya, salah satu aktivis pemuda dan mahasiswa asal Jayawijaya mengingatkan kepala daerah Kabupaten Jayawijaya agar tidak bertindak semena-mena, militerisasi wilayah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat atas kesehatan dan pendidikan dengan mendatangkan guru dan dokter di Kabupaten Jayawijaya.
“Pembangunan Mako Brimob di Wamena bukan kebutuhan yang mendesak bagi rakyat,”kata Julianus Mawel, Koordinator Forum Peduli Pembangunan Masyarakat Jayawijaya kepada jurnalist Jubi di Abepura, kota Jayapura, Papua, Selasa (16/2/2016).
Mawel menanggapi berita yang dirilis Jubi, Senin (15/2/2016), tentang kebijakan bupati Jayawijaya, John Wempi Wetipo membangun mako brimob di Wamena. Kata Wetipo, kebijakan itu atas kesepakatan dengan seluruh lapisan masyarakat Jayawijaya.
“Suka tidak suka, mau tidak mau anggota Brimob harus kita tempatkan di sini paling lambat Mei. Brimob ini datang untuk menjamin keamanan masyarakat,” kata bupati. (Islami)
http://tabloidjubi.com/2016/02/17/kehadiran-mako-brimob-di-wamena-menambah-memoria-passionis/
Penolakan itu disebutkan JMJPTP oleh karena berbagai alasan. “Memori masa lalu bahwa kehadiran brimob di pegunungan ini akan membuat masyarakat menjadi ketakutan dan merasa tidak bebas,” kata Juru Bicara FMJPTP, Laurens Elosak kepada wartawan di Wamena, Rabu (17/2/2016).
Menurut dia brimob selalu identik dengan kekerasan sehingga menimbulkan trauma atau ingatan akan penderitaan (memori passionis)
Selain itu, kehadiran mako brimob di Wamena bukan jaminan untuk meminimalisir tindakan kekerasan dan pencurian kendaraan bermotor.
“Kami bandingkan dengan Kota Jayapura yang pusatnya markas brimob saja, curanmor masih tinggi sehingga kami rasa ini bukan jaminan soal keamanan. Untuk itu, kami rasa tidak penting lakukan lah pendekatan lain atau lakukan penambahan pasukan kepolisian biasa,” katanya.
Keputusan DPRD Jayaiwjaya tanggal 4 Agustus 2015 bahwa keputusan itu (ihwal mako brimob) tidak akan dibuka kembali dan tidak ada perubahan, sehingga DPRD tidak perlu lagi membahas mako brimob.
Disebutkan bahwa membangun mako brimob justru menambah beban APBD terutama untuk operasionalnya. Maka sebaiknya dana tersebut dialokasikan untuk perbaikan mutu pendidikan, kesehatan dan ekonomi rakyat.
Sebelumnya, salah satu aktivis pemuda dan mahasiswa asal Jayawijaya mengingatkan kepala daerah Kabupaten Jayawijaya agar tidak bertindak semena-mena, militerisasi wilayah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat atas kesehatan dan pendidikan dengan mendatangkan guru dan dokter di Kabupaten Jayawijaya.
“Pembangunan Mako Brimob di Wamena bukan kebutuhan yang mendesak bagi rakyat,”kata Julianus Mawel, Koordinator Forum Peduli Pembangunan Masyarakat Jayawijaya kepada jurnalist Jubi di Abepura, kota Jayapura, Papua, Selasa (16/2/2016).
Mawel menanggapi berita yang dirilis Jubi, Senin (15/2/2016), tentang kebijakan bupati Jayawijaya, John Wempi Wetipo membangun mako brimob di Wamena. Kata Wetipo, kebijakan itu atas kesepakatan dengan seluruh lapisan masyarakat Jayawijaya.
“Suka tidak suka, mau tidak mau anggota Brimob harus kita tempatkan di sini paling lambat Mei. Brimob ini datang untuk menjamin keamanan masyarakat,” kata bupati. (Islami)
http://tabloidjubi.com/2016/02/17/kehadiran-mako-brimob-di-wamena-menambah-memoria-passionis/
0 komentar :
Posting Komentar