Jayapura, Jubi – Insiden penyanderaan dua Warga Negara Indonesia
oleh kelompok tak dikenal di Papua Nugini (PNG), menyeret nama Jeffrey
Pagawak sebagai orang yang bertanggungjawab atas penyanderaan ini.
“Mereka OPM dari kelompok Gerakan Separatis Papua Bersenjata, kelompoknya Jeffry Pagawak,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Endang Sodik kepada wartawan di Jakarta, Senin (14/9/2015).
Jeffrey Pagawak, membantah tuduhan ini. Saat dihubungi Jubi, Selasa (15/09/2015) Jeffrey Pagawak berada di Port Moresby. Ia sudah dua tahun lebih berada di Port Moresby untuk menkonsolidasikan perjuangan diplomasi Papua Barat di Pacific Islands Forum (PIF) yang baru saja berakhir pekan lalu. “Saya tidak tahu menahu soal penyanderaan itu. Saya bukan anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Pembebasan Papua Barat (TPN-OPM). Sejak saya berdomisili di Papua Nugini, saya bekerja di Port Moresby, mengadvokasi masalah pelanggaran HAM di Papua Barat dan melakukan lobby di PIF.
Perjuangan kami sekarang adalah perjuangan melalui lobby dan advokasi. Kami berjuang dengan cara damai,” kata Pagawak melalui sambungan telepon.
Ia menduga, berita-berita penyanderaan yang menyebutkan namanya sebagai orang yang bertanggungjawab dalam penyanderaan Sudirman (28) dan Badar (30) pada Rabu pekan lalu berkaitan erat dengan hasil yang dicapai rakyat Papua Barat dalam PIF pekan lalu. Pagawak mengaku menghadiri pertemuan masyarakat sipil dengan para pemimpin PIF dan mendorong dikirimkannya misi pencari fakta negara-negara Pasifik ke Papua Barat.
“Tujuannya merusak kredibilitas perjuangan kami yang dicapai di PIF. Yang ditulis media-media itu juga sangat keliru. Misalnya mengatakan KNPB terlibat dalam insiden Abepura Berdarah tahun 2006. Padahal KNPB lahir tahun 2008,” ujar Pagawak.
Kepala Kepolisian Daerah Papua, Irjenpol Paulus Waterpauw, kepada wartawan di Jayapura, Senin (14/9/2015) mengatakan informasi tentang kedua warga yang disandera itu masih simpang siur. “Memang ada yang menyatakan disandera oleh kelompok bersenjata dibawah pimpinan Jeffry Pagawak. Namun pihak kepolisian Polda Papua sendiri belum bisa mengatakan, kalau keduanya disandera oleh kelompok tertentu, karena tidak ada data dan fakta,” kata Waterpauw.
Jeffrey Pagawak, bersama beberapa aktivis Papua lainnya menjadi DPO sejak Tragedi Abepura Berdarah yang menewaskan empat orang anggota Polisi. Bersama Hans Gebze, Arnold Omba dan Henny Lani ia dituduh sebagai penaggungjawab aksi protes damai yang berakhir rusuh itu. Sejak menjadi DPO, Jeffrey Pagawak meninggalkan Papua dan berdomisili di PNG. (Victor Mambor)
http://tabloidjubi.com/2015/09/15/jeffrey-pagawak-saya-tidak-tahu-menahu-soal-penyanderaan/
“Mereka OPM dari kelompok Gerakan Separatis Papua Bersenjata, kelompoknya Jeffry Pagawak,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Endang Sodik kepada wartawan di Jakarta, Senin (14/9/2015).
Jeffrey Pagawak, membantah tuduhan ini. Saat dihubungi Jubi, Selasa (15/09/2015) Jeffrey Pagawak berada di Port Moresby. Ia sudah dua tahun lebih berada di Port Moresby untuk menkonsolidasikan perjuangan diplomasi Papua Barat di Pacific Islands Forum (PIF) yang baru saja berakhir pekan lalu. “Saya tidak tahu menahu soal penyanderaan itu. Saya bukan anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Pembebasan Papua Barat (TPN-OPM). Sejak saya berdomisili di Papua Nugini, saya bekerja di Port Moresby, mengadvokasi masalah pelanggaran HAM di Papua Barat dan melakukan lobby di PIF.
Perjuangan kami sekarang adalah perjuangan melalui lobby dan advokasi. Kami berjuang dengan cara damai,” kata Pagawak melalui sambungan telepon.
Ia menduga, berita-berita penyanderaan yang menyebutkan namanya sebagai orang yang bertanggungjawab dalam penyanderaan Sudirman (28) dan Badar (30) pada Rabu pekan lalu berkaitan erat dengan hasil yang dicapai rakyat Papua Barat dalam PIF pekan lalu. Pagawak mengaku menghadiri pertemuan masyarakat sipil dengan para pemimpin PIF dan mendorong dikirimkannya misi pencari fakta negara-negara Pasifik ke Papua Barat.
“Tujuannya merusak kredibilitas perjuangan kami yang dicapai di PIF. Yang ditulis media-media itu juga sangat keliru. Misalnya mengatakan KNPB terlibat dalam insiden Abepura Berdarah tahun 2006. Padahal KNPB lahir tahun 2008,” ujar Pagawak.
Kepala Kepolisian Daerah Papua, Irjenpol Paulus Waterpauw, kepada wartawan di Jayapura, Senin (14/9/2015) mengatakan informasi tentang kedua warga yang disandera itu masih simpang siur. “Memang ada yang menyatakan disandera oleh kelompok bersenjata dibawah pimpinan Jeffry Pagawak. Namun pihak kepolisian Polda Papua sendiri belum bisa mengatakan, kalau keduanya disandera oleh kelompok tertentu, karena tidak ada data dan fakta,” kata Waterpauw.
Jeffrey Pagawak, bersama beberapa aktivis Papua lainnya menjadi DPO sejak Tragedi Abepura Berdarah yang menewaskan empat orang anggota Polisi. Bersama Hans Gebze, Arnold Omba dan Henny Lani ia dituduh sebagai penaggungjawab aksi protes damai yang berakhir rusuh itu. Sejak menjadi DPO, Jeffrey Pagawak meninggalkan Papua dan berdomisili di PNG. (Victor Mambor)
http://tabloidjubi.com/2015/09/15/jeffrey-pagawak-saya-tidak-tahu-menahu-soal-penyanderaan/
Blogger Comment
Facebook Comment