Era transmisi antara politik kemerdekaan papua barat dan politik
penjajahan negara colonial Indonesia semakin ricuh bungkam kambing
hitamkan di era pro actions teknologi liberal.
Hal ini suatu problema yang perlu memecahkan masalah antar sesama bangsa dan antar sesama negara; karena mempunyai sejarah yang bungkam tumpah tindih politik ke politik adu domba berlanjut.
Namun Rakyat papua Eksis dengan politik kepartaian kampanye negara colonial Indonesia mencalonkan diri DPRI, DPRPRO, DPRD, PILPRES semakin rame kompanye di pelosok pulau papua yang begitu membawa atribut sesuai 34 partaian Indonesia. Adalah tawaran projek politik oleh negara Indonesia ke rakyat papua barat sistem “siapa berani siapa bisa” dalam pemilihan dan lobi. Sebagai bagian dari projector politik adu domba antar politik perjuangan kemerdekaan dan politik penjajah, diartikan politik antar negara mempunyai sejarah tahun kemerdekaan 1961 Nieu Guinea papua barat lawan 1945 indonesia.
“Semua politik partai rebutan dewan sebagai bagian dari persiapan diri menjadi perwakilan rakyat yang memenuhi syarat pada pemekaran-pemekaran propingsi dan kabupaten baru yang sedang menampungkan atas kekurangan tenaga kerja dan pro kontra dalam pencapaian, atas desakan pusat Jakarta koloni”
Semua pencalonan pada setiap partai “siapa bisa siapa berani” adalah salah satu bagian dari factor efek baik dan buruk dalam sistematika kehidupan rakyat pribumi papua barat. Efek buruk sudah mencapai puncak atas gengsinya jadi DPR sebagai salah satu rudal antar sesama kemanusiaan murni. Efek baik hanya sepele nama DPR dalamnya sudah terkandas dengan tekanan-tekanan gengsi politik kemenangan pemilihan.
Projector politik negara Kolonial Indonesia ke negara papua barat sistematikanya; adalah politik penjajahan liberal yang di permainkan oleh negara Indonesia koloni Jakarta semakin membara diantara rakyat papua.
Rakyat papua siap eksis semua politik penjajhan negara colonial Indonesia, karena semua politik penjajahan mengantarkan ke negara republic papua barat akan tercapai di muka dunia. Rakyat papua bungkam rame-rame kompanye politik begitu terkesan dengan pawai-pawai liberal partai dengan di penuhi ketentuan.
Walaupun rakyat papua eksis politik kepartaiaan, perjuangan Politik kemerdekaan papua barat lebih dari politik itu tidak lama akan tiba diatas tanah papua barat untuk menhapuskan dan geserkan negara colonial Indonesia .
Maka kompanye perjuangan kemerdekaan papua barat perlu dengan semangat situasikan sesuai dengan kompanye-kompanye politik partai colonial Indonesia.
Eksis Kompanye partai politik colonial hanya simbolitaskan; kompanye hati dan pikiran kebangkitan merdeka kebebasan bangsa dan negara republic papua barat 1961 karena berangkat dari dara daging, rambut kriting, kulit hitam, dan pulau, tanah, alam dan udara geografis papua Melanesia )
SETELAH papua barat merdeka menjadi DPR akan kaya raya, kalah dari DPR colonial Indonesia)*
LAWAN dari pena sosialisasikan tekno network
Amoyepai Papuans )**
Hal ini suatu problema yang perlu memecahkan masalah antar sesama bangsa dan antar sesama negara; karena mempunyai sejarah yang bungkam tumpah tindih politik ke politik adu domba berlanjut.
Namun Rakyat papua Eksis dengan politik kepartaian kampanye negara colonial Indonesia mencalonkan diri DPRI, DPRPRO, DPRD, PILPRES semakin rame kompanye di pelosok pulau papua yang begitu membawa atribut sesuai 34 partaian Indonesia. Adalah tawaran projek politik oleh negara Indonesia ke rakyat papua barat sistem “siapa berani siapa bisa” dalam pemilihan dan lobi. Sebagai bagian dari projector politik adu domba antar politik perjuangan kemerdekaan dan politik penjajah, diartikan politik antar negara mempunyai sejarah tahun kemerdekaan 1961 Nieu Guinea papua barat lawan 1945 indonesia.
“Semua politik partai rebutan dewan sebagai bagian dari persiapan diri menjadi perwakilan rakyat yang memenuhi syarat pada pemekaran-pemekaran propingsi dan kabupaten baru yang sedang menampungkan atas kekurangan tenaga kerja dan pro kontra dalam pencapaian, atas desakan pusat Jakarta koloni”
Semua pencalonan pada setiap partai “siapa bisa siapa berani” adalah salah satu bagian dari factor efek baik dan buruk dalam sistematika kehidupan rakyat pribumi papua barat. Efek buruk sudah mencapai puncak atas gengsinya jadi DPR sebagai salah satu rudal antar sesama kemanusiaan murni. Efek baik hanya sepele nama DPR dalamnya sudah terkandas dengan tekanan-tekanan gengsi politik kemenangan pemilihan.
Projector politik negara Kolonial Indonesia ke negara papua barat sistematikanya; adalah politik penjajahan liberal yang di permainkan oleh negara Indonesia koloni Jakarta semakin membara diantara rakyat papua.
Rakyat papua siap eksis semua politik penjajhan negara colonial Indonesia, karena semua politik penjajahan mengantarkan ke negara republic papua barat akan tercapai di muka dunia. Rakyat papua bungkam rame-rame kompanye politik begitu terkesan dengan pawai-pawai liberal partai dengan di penuhi ketentuan.
Walaupun rakyat papua eksis politik kepartaiaan, perjuangan Politik kemerdekaan papua barat lebih dari politik itu tidak lama akan tiba diatas tanah papua barat untuk menhapuskan dan geserkan negara colonial Indonesia .
Maka kompanye perjuangan kemerdekaan papua barat perlu dengan semangat situasikan sesuai dengan kompanye-kompanye politik partai colonial Indonesia.
Eksis Kompanye partai politik colonial hanya simbolitaskan; kompanye hati dan pikiran kebangkitan merdeka kebebasan bangsa dan negara republic papua barat 1961 karena berangkat dari dara daging, rambut kriting, kulit hitam, dan pulau, tanah, alam dan udara geografis papua Melanesia )
SETELAH papua barat merdeka menjadi DPR akan kaya raya, kalah dari DPR colonial Indonesia)*
LAWAN dari pena sosialisasikan tekno network
Amoyepai Papuans )**
Blogger Comment
Facebook Comment