Ketua AMPTPI wilayah Indonesia Timur, Natan Naftali Tebai – Jubi/Abeth |
Jayapura, Jubi – Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua
se-Indonesia (AMPTPI) meminta kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi
Papua agar meng-update data kematian orang asli Papua (OAP).
“Kami minta kepada Dinas Kesehatan Provinsi Papua agar setiap bulan
memberikan data kematian Orang Asli Papua (OAP). Karena, kami lihat
pelayanan yang buruk mengakibatkan OAP mati banyak di rumah sakit,” kata
Ketua AMPTPI wilayah Indonesia Timur, Natan Naftali Tebai kepada Jubi,
Kamis (28/1/2016) di Jayapura.
Menurut Natan, banyaknya kematian OAP di sejumlah RSUD itu karena
pelayanan yang kurang baik dan tidak profesionalnya petugas. “Jujur,
situasi dan kondisi ini kami menduga ada skenario lain sebagai jalan
untuk membunuh orang asli Papua,” katanya.
Dikatakan Natan, dengan melihat kondisi
ini, masa kini banyak OAP melihat RSUD sebagai tempat atau jalan untuk
membunuh. “Dinkes Provinsi Papua diminta adakan perubahan pendekatan,
pelayanan dan harus berusaha merehabilitasi pikiran kita bahwa RSUD itu
dijadikan tempat untuk selamatkan pasien,” katanya.
“Dalam sehari kami lihat di Merauke itu OAP ada 5 orang meninggal
dunia. Di Nabire 6 orang meninggal dunia, di Wamena 8 orang meninggal,
Biak ada 4 orang meninggal dunia, Sorong 10 orang asli Papua meninggal,
di Fakfak 7 orang meninggal dunia. Semua itu kalau kita kalkulasikan OAP
dalam satu hari 44 orang kali seminggu dan sebulan dan setahun. Lama
kelamaan OAP bisa musnah hanya karena banyak kebijakan yang salah,”
jelasnya.
Serang warga, Christo mengatakan, Gubernur Papua segera evaluasi
perkembangan kebijakan kesehatan di tanah Papua. “Jangan sampai gubernur
juga terlena dengan laporan-laporan di atas kertas tapi realita di
lapangan sangat tidak sesuai dengan laporan,” katanya. (Abeth You)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar