Tampak pedagang perempuan asli Papua mengatur jualannya di pinggir jalan di atas tanah di pasar Youtefa, Kota Jayapura, Selasa (20/10) - Jubi/Abeth You |
Jayapura, Jubi – Pedagang perempuan asli Papua yang menjual hasil
kebun dan hutan, seperti sayur-mayur, buah-buahan, umbian-umbian,
pinang, dan ikan, terkesan terpinggirkan karena kalah bersaing di sektor
ekonomi kecil.
Hal itulah yang terjadi dan terlihat di sejumlah pasar di Kota dan
Kabupaten Jayapura, seperti pasar Hamadi, pasar Youtefa Abepura, pasar
lama dan baru Sentani, dan di emperan pertokoan.
Mama Yacoba (42), salah seorang pedagang asli Papua, yang biasa
berjualan di Pasar Youtefa, Abepura. Dia menuturkan dirinya bersama
sejumlah pedagang asli Papua biasa berjualan di atas tanah hanya beralas
potongan karung atau kain, di pinggir jalan.
“Keberadaan kami begini sudah. Semua tempat yang layak sudah penuh.
Jadi, ini mungkin nasib kami. Kami tidak peduli dengan hujan, panasnya
matahari, debu jalanan, dan asap knalpot kendaraan,” kata Mama Yacoba,
kepada Jubi, Selasa (20/10/2015).
Mama Yacoba mengatakan Pemerintah Kota Jayapura tidak menyediakan
tempat jualan khusus bagi mama-mama Papua, sehingga pedagang asli merasa
disingkirkan.
“Kalau anak lihat situasi begini, ini sudah. Pemerintah tidak peduli
dengan kami, padahal kami ini dong (mereka) punya mama. Jadi, kami
jualan itu begini saja,” katanya.
Rekan lainnya, Mama Yohana (33), mengatakan dengan hasil jualan di
atas tanah ini, dirinya bisa menyekolahkan anak-anaknya dan banyak
membantu keluarga.
“Kami semua yang mama-mama jualan ini intinya satu saja, hanya
mencukupi kebutuhan hidup. Itu semua sama. Biaya anak sekolah, tanggung
biaya hidup dengan keluarga di rumah dan lainnya,” kata Mama Yohana. (Abeth You)
http://tabloidjubi.com/2015/10/21/pedagang-perempuan-asli-papua-terpinggirkan/