Pages

Pages

Jumat, 23 Oktober 2015

LIDIK Papua: Jokowi Perlu Waspadai Dugaan Konspirasi

Ketua LIDIK Papua, Hendrik Abnil Gwijangge - Jubi/IST
Jayapura, Jubi – Insiden terbakarnya musholla di Tolikara, 17 Juli 2015 dan pembakaran gereja di Kabupaten Singkil Aceh, Provinsi Aceh, 13 Oktober 2015 lalu jadi perhatian Lembaga Investigasi dan Informasi Kemasyarakatan (LIDIK) Papua.

Ketua LIDIK Papua, Hendrik Abnel Gwijangge, via pesan elektroniknya kepada Jubi mengatakan, Presiden Jokowi perlu mewaspadai dugaan adanya konspirasi pihak tertentu yang dengan sengaja berupaya menggiring opini untuk melemahkan pemerintahan Jokowi.

Katanya, bisa saja insiden Tolikara disetting agar semua masyarakat Indonesia, terutama umat muslim bergerak melawan umat nasrani untuk menciptakan intoleransi antar umat beragama yang menggangu kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Kami menduga itu disetting bertepan dengan sholat Idul Fitri. Tujuannya mengiring opini, memprovokasi warga negara agar terjadi ketidak harmonisan antar umat beragama. Namun konspirasi itu tak memberi dampak berarti, kemudian dilakukan lagi ke Aceh. Mereka tahu betul hanya isu agama yang paling sensitif di Indonesia,” kata Gwijangge dalam pesan elektroniknya, Selasa (20/10/2015).

Menurutnya, isu agama juga yang paling efektif memprovokasi warga negara, sehingga mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara yang akan berdampak pada aspek ekonomi dan politik
LIDIK Papua meminta Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso lebih pekah mengelola data informasi intelijen secara akurat, dan mampu memetahkan potensi yang akan mengancam integritas keamanan nasional serta mengganggu kebijakan negara baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

“Konspirasi ini terjadi bukan diluar sistem, tetapi didalam sistem pun kosnpirasi menjatuhkan dan melemahkan kepemimpinan Jokowi kami duga sedang berlangsung. Kedepan, tantangan dan segala kemungkinan perlu ada deteksi dini agar tak terjadi kecolongan informasi lagi,” ucapnya.

Pekan lalu, Ketua Forum Komunikasi antar Umat Beragama (FKUB) Papua, Pendeta Lipus Biniluk mempertanyakan mengapa kejadian berbau SARA hanya terjadi di Papua dan Aceh. Katanya, meski di beberapa wilayah Indonesia lainnya ada tanda-tanda serupa, namun bisa langsung dicegah.
“Apakah ada skenario yang dimainkan pihak ketiga untuk memecah bangsa ini. Ketika tak berhasil di Papua, dialihkan ke Aceh,” kata Biniluk kala itu. (Arjuna Pademme)

http://tabloidjubi.com/2015/10/20/lidik-papua-jokowi-perlu-waspadai-dugaan-konspirasi/