Ketua LIDIK Papua, Hendrik Abnil Gwijangge - Jubi/IST |
Jayapura, Jubi – Insiden terbakarnya musholla di Tolikara, 17
Juli 2015 dan pembakaran gereja di Kabupaten Singkil Aceh, Provinsi
Aceh, 13 Oktober 2015 lalu jadi perhatian Lembaga Investigasi dan
Informasi Kemasyarakatan (LIDIK) Papua.
Ketua LIDIK Papua, Hendrik Abnel Gwijangge, via pesan elektroniknya
kepada Jubi mengatakan, Presiden Jokowi perlu mewaspadai dugaan adanya
konspirasi pihak tertentu yang dengan sengaja berupaya menggiring opini
untuk melemahkan pemerintahan Jokowi.
Katanya, bisa saja insiden Tolikara disetting agar semua
masyarakat Indonesia, terutama umat muslim bergerak melawan umat nasrani
untuk menciptakan intoleransi antar umat beragama yang menggangu
kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kami menduga itu disetting bertepan dengan sholat Idul
Fitri. Tujuannya mengiring opini, memprovokasi warga negara agar terjadi
ketidak harmonisan antar umat beragama. Namun konspirasi itu tak
memberi dampak berarti, kemudian dilakukan lagi ke Aceh. Mereka tahu
betul hanya isu agama yang paling sensitif di Indonesia,” kata Gwijangge
dalam pesan elektroniknya, Selasa (20/10/2015).
Menurutnya, isu agama juga yang paling efektif memprovokasi warga
negara, sehingga mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara yang akan
berdampak pada aspek ekonomi dan politik
LIDIK Papua meminta Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso
lebih pekah mengelola data informasi intelijen secara akurat, dan mampu
memetahkan potensi yang akan mengancam integritas keamanan nasional
serta mengganggu kebijakan negara baik jangka pendek, menengah dan
jangka panjang.
“Konspirasi ini terjadi bukan diluar sistem, tetapi didalam sistem
pun kosnpirasi menjatuhkan dan melemahkan kepemimpinan Jokowi kami duga
sedang berlangsung. Kedepan, tantangan dan segala kemungkinan perlu ada
deteksi dini agar tak terjadi kecolongan informasi lagi,” ucapnya.
Pekan lalu, Ketua Forum Komunikasi antar Umat Beragama (FKUB) Papua,
Pendeta Lipus Biniluk mempertanyakan mengapa kejadian berbau SARA hanya
terjadi di Papua dan Aceh. Katanya, meski di beberapa wilayah Indonesia
lainnya ada tanda-tanda serupa, namun bisa langsung dicegah.
“Apakah ada skenario yang dimainkan pihak ketiga untuk memecah bangsa
ini. Ketika tak berhasil di Papua, dialihkan ke Aceh,” kata Biniluk
kala itu. (Arjuna Pademme)
http://tabloidjubi.com/2015/10/20/lidik-papua-jokowi-perlu-waspadai-dugaan-konspirasi/