Jayapura, Jubi – Seluruh rakyat Papua terlebih Tentara Pembebasan
Nasional Papua Barat (TPN) telah berduka atas kehilangan sosok pemimpin
kharismatik Brigjen Richard Joweni. Pria bernama lengkap Uria Hans
Joweni ini sebelumnya telah dikabarkan meninggal dunia pada Jumat 16
Oktober 2015, pukul 23.00 WP dalam usia 72 tahun.
Sebelum meninggal, Richard Joweni sempat dibawa ke rumah sakit Vanimo
untuk mendapat pengobatan karena menderita sakit pada saluran
pencernaan dan juga karena kelemahan fisik akibat usia senja. Sebab ia
telah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya atau selama 48 tahun
dengan bergerilya di belantara Papua.
Kepergiannya telah meninggalkan luka yang mendalam, terlebih bagi 3
orang anaknya yang ditinggalkan karena sebelumnya istrinya telah lebih
dahulu meninggal pada tanggal 22 September lalu karena sakit. Dari
riwayat hidupnya, almarhum yang juga pemimpin tertinggi komando Tentara
Revolusioner Pembebasan Papua Barat (TRP PB) ini lahir pada 3 Desember
1943 di sebuah kampung di Teluk Wondama, Papua Barat.
Sebagai pemimpin komando tertinggi TRP PB, ia mengepalai 9 Kodap dan
10 Kodam di beberapa wilayah dan sebagian berada di wilayah Pegunungan
Papua. Joweni juga merupakan ketua Koalisi Nasional Papua Barat untuk
Pembebasan atau West Papua National Coalition for Liberation (WPNCL)
yang tergabung dalam United Liberation Movement for West Papua (ULMWP)
dalam memperjuangkan persoalan Papua Barat lewat cara diplomasi di forum
MSG (Melanesian Spearhead Group) dan Pasific Island Forum (PIF).
Selain bergerilya, sosok Richard Joweni juga dikenal sebagai seorang
diplomat yang pernah melobi sejumlah pimpinan negara-negera Melanesia di
Pasifik Selatan untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Papua Barat.
Atas jasa-jasa perjuangannya dan selaku pimpinan tertinggi Tentara
Revolusioner Pembebasan Papua Barat (TRP PB), ia kemudian dianugerahi
pangkat Jenderal Gerilya (Anumerta) pada saat prosesi pemakaman jenasah
yang berlangsung secara militer di Markas Pusat TRP PB Kampung Endokisi
Yokari, Tanah Merah Kabupaten Jayapura.
Menurut Jonah Wenda selaku juru bicara Dewan Militer TRP PB, selain
sebagai seorang pejuang yang gigih bergerilya di hutan, Richard Joweni
dikenal sebagai sosok kharismatik dalam memimpin perjuangan menuju
pembebasan nasional bangsa Papua Barat. “Ia telah mengajarkan cara-cara
berjuang secara bermartabat, damai dan menghargai orang lain,” kenang
Wenda.
Selanjutnya untuk mengisi kekosongan kepemimpinan sementara di tubuh
TRP PB, kata Wenda, kolonel Amos Serondanya selaku kepala staf Angkatan
Darat telah ditunjuk sementara untuk menggantikan posisi Richard Joweni
hingga ada penentuan pemimpin tertinggi tetap. Penentuan itu akan
dilakukan setelah 14 hari berkabung yang ditandai dengan penaikan
bendera bintang kejora setengah tiang di sejumlah Kodam dan Kodap yang
dikendalikan oleh markas TRP PB.
Upacara pemakaman jenasah almahum Richard Joweni berlangsung dengan
penuh hikmah karena diawali oleh ibadah pelepasan dan kemudian
dilanjutkan dengan prosesi penguburan peti jenasah ke liang lahat secara
militer. Prosesi ini juga ditandai dengan tembakan salvo sebanya 3 kali
ke udara sebagai penghormatan bagi almarhum.
Almarhum Richard Joweni telah bergabung sebagai anggota gerilyawan
OPM pada tahun 1968 saat masih berusia 25 tahun. Sebelumnya ia sempat
bekerja sebagai staf pegawai di masa Pemerintahan Belanda di Papua. Saat
bergerilya di masa kepemimpinan Seth Rumkorem, sejumlah jabatan
strategis pernah disandangnya hingga kemudian ia diberi mandat menjadi
pemimpin tertinggi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN PB)
hingga akhir hayatnya. (J. Howay)
Sumber : www.tabloidjubi.com