Juru Bicara Nasional KNPB, Bazoka Logo - Jubi/Arnold Belau |
“KNPB tuduh anda (detik.com-red) sebagai agen penguasa kolonial Indonesia yang sengaja dipakai untuk hancurkan gerakan perjuangan bangsa Papua yang didorong oleh KNPB menuju penentuan nasib sendiri. Apa hubungan antara aksi penyanderaan dengan KNPB? Apa yang menjadi bukti bahwa KNPB terlibat? KNPB menilai media detik.com sedang mempublikasikan berita bohong dan sedang melakukan pembohongan publik,” kata Bazoka Logo, juru bicara nasional KNPB Pusat kepada Jubi melalui surat elektornik yang dikirim kepada Jubi dari Jayapura, (15/9/2015).
KNPB menilai dan tidak percaya dengan pemberitaan media-media di Indonesia. Karena selalu menyudutkan orang Papua. Dan ini terbukti sekarang dalam pemberitaan mengenai dua warga yang disandera oleh sekelompok orang tak dikenal di Papua.
“Dalam berita itu desebutkan KNPB ada tahun 2006. Tahun 2006 itu KNPB dari mana. Apakah KNPB yang dibentuk oleh detik.com? Karena dalam sejarahnya, KNPB lahir pada tahun 2008. Bukan tahun 2006. Kalau ada bukti silahkan buktikan kepada publik tentang keberadaan KNPB tahun 2006 di Papua,” tegas Bazoka.
Dia menjelaskan, berita yang dimuat oleh media detik.com menunjukkan bahawa upaya kolonial Indonesia hari ini masih manual. Berikutnya, KNPB melihat ini merupakan upaya Kolonial Indonesia untuk mengalihkan Opini dari Pasifik Island Forum PIF ke kriminalitas terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM).
“KNPB tidak pernah ada di hutan-hutan. KNPB selalu ada di dalam kota wilayah West Papua. KNPB akan tetap mendukung proses perjuangan yang sedang didorong oleh rakyat Papua melalui ULMWP untuk mendapatkan kedamaian di atas tanah leluhur Kami. KNPB tidak tahu dengan issue aksi penyanderaan itu,” tegasnya.
Dalam berita yang ditulis detik.com pada edisi 14 September 2015, detik.com menyebutkan, Jefrison Pagawak yang biasa dipanggil Jeffry lahir di Pengunungan Papua posisi coordinator lapangan demo KPNB Papua . Dia merupakan seorang anti militer sejak 1 Desember 2005 saat berdemo memperingati hari Independence Day di Jayapura. Berikut sejumlah catatannya:
- 23 Januari dan 20 Februari 2006 koordinator Demo menuntut penarikan anggota TNI dari Papua
- 22 Februari 2006 penggerak demo di Universitas Cendrawasih, Abepura, kota Jayapura .
- 23 Februari 2006 bergabung dengan kelompok Pendemo menuntut penutupan perusahaan Freeport
- 27 Februari 2006 pelaku mempersiapkan penghadangan mobil perusahaan di check point Mile 28 Freeport, Timika.
- 16 Maret 2006 salah satu pelaku Uncen berdarah dimana aksi demo Komite Nasional Papua Barat (KNPB) yang menyebabkan 4 anggota Polisi dan satu TNI meninggal dunia, sejak saat itu dia menjadi buronan polisi yang masuk dalam daftar DPO Polda Papua.
“Mereka OPM dari kelompok Gerakan Separatis Papua Bersenjata, kelompoknya Jeffry Pagawak,” kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Endang Sodik kepada wartawan di Jakarta, Senin (14/9/2015).
Jeffrey Pagawak, membantah tuduhan ini. Saat dihubungi Jubi, Selasa (15/09/2015) Jeffrey Pagawak berada di Port Moresby. Ia sudah dua tahun lebih berada di Port Moresby untuk menkonsolidasikan perjuangan diplomasi Papua Barat di Pacific Islands Forum (PIF) yang baru saja berakhir pekan lalu.
“Saya tidak tahu menahu soal penyanderaan itu. Saya bukan anggota Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Pembebasan Papua Barat (TPN-OPM). Sejak saya berdomisili di Papua Nugini, saya bekerja di Port Moresby, mengadvokasi masalah pelanggaran HAM di Papua Barat dan melakukan lobby di PIF.
Perjuangan kami sekarang adalah perjuangan melalui lobby dan advokasi.
Kami berjuang dengan cara damai,” kata Pagawak melalui sambungan telepon. (Arnold Belau)
http://tabloidjubi.com/2015/09/15/detik-com-lakukan-pembohongan-publik-knpb-tak-pernah-ada-di-hutan-hutan/