Mahasiswa seusai diskusi bersama di Manokwari (Jubi/Aten Pekei) |
Nabire, Jubi – Ruben Edowai, Mantan Ketua DAP Wilayah Mee-Pago
mengatakan anak adat yang ada di tujuh wilayah Dewan Adat Papua agar
tidak gila dengan Daerah Otonomi Baru (DOB) atau pemekaran wilayah.
Ia mengatakan, dalam 15 tahun terakhir banyak terjadi pemekaran di
Wilayah Adat Papua, namun pemekaran wilayah belum memberikan dampak yang
positif bagi masyarakat adat.
“Jadi, stop sudah urus-urus pemekaran. Pemekaran hanya membawa
malapetaka bagi masyarakat yang ada di tujuh wilayah ada ini,” ujar
Ruben Edowai sembari memberikan dukungan terhadap mahasiswa di Manokwari
yang sedang menolak DOB Mapia Raya, saat ditemui di Wonorejo, Distrik
Nabire, Kabupaten Nabire, Papua, Rabu (8/4/2015).
Rencana pemekaran wilayah Mapia Raya yang sedang diupayakan oleh
segelintir orang, atas nama dewan adat, dengan tegas ditolaknya.
“Cukupkanlah, dan benahilah kabupaten yang ada. Sebab, kabupaten Induk
saja masih semraut,” ujarnya.
Edowai mengimbau agar pemerintah pusat jangan bertindak sepihak dalam
mengakomodir DOB yang sedang diupayakan oleh sekelompok kecil ini.
“Mestinya harus ada studi kelayakan dan harus ada syarat-syarat yang
terpenuhi. Tetapi, pemerintah pusat tidak pernah melakukan studi
kelayakan maupun tidak pernah membuka syarat-syarat DOB,” imbuhnya
Sebelumnya, mahasiswa wilayah Mee-pago yang sedang mengenyam
pendidikan di kota studi Manokwari menolak dengan tegas rencana
pemekaran Daerah Otonomi Daerah (DOB) Mapia Raya.
“Kami mahasiswa Meeuwo dengan tegas menolak pemekaran Mapia Raya.
Sejauh ini kabupaten induk (Kabupaten Dogiyai) pun belum berjalan baik
serta pembangunnya belum terisi penuh. Untuk itu, setidaknya harus
benahi pemekaran induk dulu. Mengapa harus memekarkan Kabupaten Mapia
Raya? Sedangkan instruksi dari Gubernur Papua, Lukas Enembe sendiri pun
ada batasan-batasan pemekaran Mapia Raya sudah dibatasi,” tegas Delian
Dogopia kepada media ini, Senin (6/4/2015). (Madai)
Sumber : www.tabloidjubi.com