SPPP HAM Saat Menggelar Jumpa Pers – Jubi/Aprila |
Jayapura, Jubi - Solidaritas Perempuan Papua Pembela Hak Asasi Manusia (SPPP-HAM) mengecam tindakan kekerasan oleh aparat keamanan yang menyebabkan enam korban jiwa.
“Kebrutalan aparat keamanan di Enarotali pada 8 Desember 2014 lalu yang mengakibatkan enam orang tewas dan 17 luka-luka telah menanamkan luka bagi keluarga korban terutama mama-mama korban,” kata Erna Mahuse, salah satu anggota SPPP HAM kepada wartawan di Padangbulan, Jayapura, Papua, pekan lalu.
Lanjut Mahuze, generasi ini lahir dari rahim Perempuan Papua yang sudah menjadi minoritas di Tanah Papua. Orang Papua tidak mengundang mereka untuk membunuh anak-anak Papua. Jadi, jangan seenaknya mengambil dan membunuh anak-anak Papua di atas tanahnya sendiri.
“Sebagai perempuan, ketika melihat generasi penerus kami mati dibantai seperti binatang, bersimbah darah dengan seragam sekolah, kami perempuan Papua turut berduka,” ujar Mahuze lagi.
“Sebagai perempuan, ketika melihat generasi penerus kami mati dibantai seperti binatang, bersimbah darah dengan seragam sekolah, kami perempuan Papua turut berduka,” ujar Mahuze lagi.
Oleh karena itu, pihaknya dengan tegas meminta kepada pemerintah Jokowi untuk segera menyelesaikan kasus ini.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Frederika Korain, salah satu tokoh perempuan Papua pembela HAM, dengan tegas mengatakan, Perempuan Papua tidak mengijinkan Jokowi untuk datang dan merayakan Natal di Papua, alangkah baiknya dana natal bernilai miliaran rupiah tersebut diberikan kepada keluarga korban di Paniai.
Di tempat yang sama, Sandra Mambrasar, anggota SPPP HAM mengatakan pihaknya mendorong penanganan khusus untuk hak-hak perempuan. Beberapa hal diantaranya adalah pencarian fakta dan pendampingan korban dalam hal ini mama-mama dari korban ini.
“Walau bukan korban langsung tetapi perempuan mengalami tekanan psikologis yang luar biasa ketika anaknya meninggal akan menjadi trauma yang berkepanjangan,” kata Mambrasar. (Aprila Wayar)
“Walau bukan korban langsung tetapi perempuan mengalami tekanan psikologis yang luar biasa ketika anaknya meninggal akan menjadi trauma yang berkepanjangan,” kata Mambrasar. (Aprila Wayar)
Sumber : www.tabloidjubi.com