Kadis Bibida, Rufinus Zonggonau, dan Kadis Paniai Timur, Pius Gobay. Foto: Abeth |
Hal tersebut disampaikan secara spontan oleh kedua pemimpin di dua distrik tetangga di wilayah Paniai, karena menurut keduanya jabatan bukan warisan leluhur.
"Kami berdua akan melepaskan Garuda sebagai kepala distrik, kalau masalah penembakan yang menewaskan kami dua punya warga di wilayah kami ini tidak dituntaskan dengan jelas," tegas Pius Gobay dan Rufinus Zonggonau bersama ribuan warga kepada Bupati Paniai di Lapangan Karel Gobay beberapa waktu lalu.
Menurut Gobay, pihaknya akan terus mengawal penyelesaian atas peristiwa tersebut sebab menurutnya, peristiwa brutal tersebut terjadi di wilayahnya.
"Ini yang korban adalah masyarakatku, lagian terjadi di wilayah saya. Apalagi darah mereka tertumpah di depan kantor distrik Paniai Timur, jadi masalah ini harus saya kawal terus. Saya tidak akan biarkan," tegas Gobay.
Tambah dia, usai natal pihaknya akan berupaya untuk memagari lokasi pemakaman yang menjadi korban kekerasan HAM.
"Saya tetap pagari dan pasang papan nama," ucapnya.
Senada diungkapkan rekannya Rufinus Zonggonau. Dirinya mengaku akan berada di garis depan bersama kepala distrik Paniai Timur untuk mengawal kasus tersebut agar secepatnya diketahui publik pelaku di balik penembakan di Paniai.
"Memang kami sudah tahu pelaku, tapi pelakunya kami akan angkat sampai ke permukaan agar diketahui dunia internasional bahwa karakter aparat RI itu begitu," jelas Zonggonau.
Ia menjelaskan, jika kasus ini penyelesaiannya tidak kunjung tiba, maka keputusan terakhirnya siap melepaskan garuda dan bergabung kembali menjadi masyarakat biasa.
"Kalau masalah ini tidak selesai dalam tahun depan, maka saya dan teman Kadis Paniai Timur sudah berkomitmen akan melepaskan Garuda demi kami berdua punya masyarakat. Itu harga mati," tegasnya. (Abeth Abraham You/MS)
Sumber : www.majalahselangkah.com