Pages

Pages

Minggu, 07 Desember 2014

Era Globalisasi: Kaum Muda Diminta Pertahankan Nilai dan Fungsi Noken Papua

Perempuan Papua Peduli Noken. 
Tampak pemateri Ice Adii (tengah belakang) 
dengan pakaian batik Papua warna emas kombinasi
 hijau berpose usai seminar. Foto: Isline Tabuni
Yogyakarta, MAJALAH SELANGKAH -- Pergeseran terhadap nilai-nilai noken kini semakin nampak terlihat, sehingga kaum muda terutama mahasiswa memunyai peran penting dalam melestarikan nilai dan fungsi dari noken sebagai identitas bangsa Papua.

Ice Adii dalam materinya "Melestarikan Budaya Noken Sebagai Identitas Bangsa Papua" pada seminar yang diselenggarakan Kelompok Perempuan Papua Peduli Noken di bawah payung Ikatan Pelajar dan Mahasiswa (IPMAPA) Yogyakarta, mengatakan Noken erat kaitannya dengan perempuan Papua pada umumnya. 

"Noken dirajut oleh jemari perempuan selain sebagai lambang kehidupan, kesuburan dalam diri perempuan, Ia juga merupakan identitas perempuan Papua," kata Ice Adii di hadapan puluhan mahasiswa Papua yang hadir di Aula Asrama Papua, Sabtu (06/12/2014) sore.

"Di era globalisasi ini kaum perempuan Papua, terutama kita mahasiswa ditantang untuk melestarikan noken sebagai identitas orang Papua," tambah Ice
Pada kesempatan itu, Adii lebih banyak menyoroti perubahan dan pergeseran terhadap noken akibat tuntutan era globalisasi yang dimanjakan.

Kata dia, masa kini merajut noken lebih instan dan dimanjakan. Berbeda dengan nenek moyang pada masa lalu yang melewati beberapa proses tahapan dimulai dari mengambil bahan dari alam sebelum menjadikannya menjadi sebuah noken.

"Di sini kita ditantang untuk melestarikan identitas kita sebagai bangsa Papua pada era globalisasi sebagaimana dilakukan nenek moyang kita," kata Adii mengajak.

Orang Papua mesti berbesar hati, merasa gagah karena kita adalah bagian dari noken dan tak dapat dipisahkan. Selain itu, kata dia, mengembalikan noken menjadi budaya Papua yang sesungguhnya perlu dilakukan melalui sekolah, LPK, dan lain-lain.

"Kita sebagai orang Papua mesti bangga dengan noken yang sudah mendunia sehingga perlu juga mewujudkan noken dijadikan sebagai sesuatu yang bernilai ekonomis bagi kelangsungan hidup orang Papua," jelasnya.

Paskalina Daby, kordinator seminar Perempuan Papua Peduli Noken berharap usai seminar peserta termotivasi untuk lebih mencintai noken sebagai identitas bangsa Papua yang harus dilindungi maknanya. 

"Awalnya ini merupakan ide pribadi, kemudian saya kumpulkan teman-teman perempuan untuk melakukan sesuatu kegiatan. Syukurlah, kegiatan seminar ini berlangsung dengan baik," ujarnya kepada majalahselangkah.com

"Perjuangan untuk melestarikan noken ini tidak harus berhenti di sini, kami ingin melakukan kegiatan lain lagi dengan cara yang lain tapi pada konteks yang sama," sambung mahasiswi Universitas Sanata Dharma ini.

Presiden Mahasiswa Papua di Yogyakarta, Aris Yeimo menyambut baik kegiatan perempuan Papua Peduli Noken. Kata dia, IPMAPA DIY siap memfasilitasi kegiatan yang akan membawa perubahan untuk tanah Papua ke depan. 

"Kami pengurus IPMAPA bangga dengan kegiatan semacam ini, kami siap memfasilitasi kegiatan membangun yang akan membawa dampak positif bagi Papua ke depan," kata Yeimo. 

Selain Ice Adii, ada pemateri lain yaitu Emanuel Gobay. Ia menyajikan materi dengan judul, Peringati Hari Noken, Emanuel Gobay: Perlu Proteksi Atas Noken di Papua. (MC2/MS)