Abepura, Jubi – Kepala Sekolah SD Batu Putih, Kampung Puai Baru, distrik Sentani Timur, kabupaten Jayapura, Papua mengatakan pemerintah tidak pernah memberikan perhatian serius terhadap SD yang jaraknya tidak jauh dari Kota Jayapura itu.
“Mengapa dorang tidak bisa perhatikan, padahal kita ini pinggiran kota. Kenapa dong yang lain dapat sampai mendapat gedung bertingkat. Sekolah kami yang jaraknya hanya satu kilometer dari kelurahan Heram kota Jayapura ini,”ungkap kepala Sekolah, Yakob Olua kepada Jubi di ruang kerjanya, Senin (27/10).
Minimnya perhatian pemerintah itu sangat terlihat dari sejumlah kekurangan fasilitas yang ada di SD ini yang hanya memilih tiga bilik yang menjadi ruangan untuk kelas satu hingga enam. Kelas satu dan dua gabung di satu ruanga. Kelas dua dan tiga dan kelas lima dan enam di satu rungan.
Dikatakannya, ruang kelas yang sangat terbatas itu sangat mengganggu proses belajar-mengajar. Guru tidak bisa fokus mengajar kelasnya dengan target-target tertentu terhadap siswanya. Guru harus membagi perhatian di dua kelas dalam satu ruangan itu. Sama halnya siswa tidak bisa fokus menerima pelajaran.
“Guru dia merangkap jadi mau jelaskan dengan baik itu sulit. Apa lagi kalau ujian, sangat tergangu,”ungkapnya.
Menurut Olua, bukan hanya ruang kelas, SD ini tidak memiliki kamar mandi dan toilet. Siswa maupun guru kesulitan mencari kamar kecil. Siswa mungkin mengunakan hutan belukar sekitar sekolah untuk buang air, namun guru-guru tidak bisa dapat melakukan itu. Rumah-rumah warga pun jauh dari sekolah. Karena itu, guru-guru terpaksa menghentikan aktivitas mengajar dan pulang ke rumah.
“Sementara mengajar, ada yang mengatakan bapa saya sakit perut mau pulang. Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Saya bilang pulang saja,”ungkapnya serius.
Kalau pulang ke rumah, guru-guru tidak bisa kembali lagi ke sekolah. Rumah para guru tidak di sekitar lingkungan sekolah. Guru-guru tinggal di Yoka, Kota Raja, Dok V, kota Jayapura dan Sentani. Jarak tempuh dari rumah ke sekolah lumayan jauh. Kalau dari dok V ke Puai kurang lebih belasan kilometer, misalnya.
“Kita tidak mempunyai rumah guru dan tidak pernah ada penambahan ruang kelas hinga saat ini. Kalau tidak bisa tambah ruangan, kita minta pemerintah bangun MCK juga tidak pernah ada jawaban hingga hari ini,”katanya.
yang sangat diherankannya, SD yang berdiri berdasarkan aspirasi dan keputusan hukum yang sama, yang ada di kampung Puai Lama mendapat perhatian. sementara, SD yang dipimpinnya tidak pernah mendapat perhatian pemerintah.
“Sekolah ini didirikan bersamaan dengan SD di Yokiwa, di Puai, kan punya bupati Jayapura, Matius Awaitauw. Dia punya enam kelas, kantor guru, perpustakaan. Padahal SD ini jaraknya lebih jauh dari SD batu putih. Jumlah murid pun tidak beda dengan kami. Dan sekarang dengar, ada bangun rumah guru,”ujarnya.
Semua persoalan yang ada selalu diuratakan ke dinas sejak dirinya menjabat kepala sekolah setahun lalu, namun pihak dinas mengatakan pengusulan harus melalui Musrembang kampung.
Tapi menurutnya, pemerintahan kampung tidak pernah memberikan undangan kalau ada Musrembang kampung. “Kalau saya tahu pasti akan bicara tetapi kalau sampai hari ini tidak pernah tahu informasi yang begini saja”.
Guru-guru yang mengabdi di sekolah ini pun mengeluh kekurangan ruangan yang ada memang menjadi kendala dalam mendidik anak murid mereka. Guru-guru merasa serba salah mau mengeluh kepada pemerintah untuk penuhi kekurangan sejumlah fasilitas yang ada.
“Kita mau bilang bangun rumah guru itu sangat jauh karena ruang kelas saja belum ada,”kata Orpa Kowa, Guru kelas kepada Jubi di sela-sela kesibukanya mengajar di kelas dua dan tiga. (Mawel Benny)
Sumber : www.tabloidjubi.com/