Mahasiswa Papua menggelar aksi damai untuk memprotes keberadaan foto
bertendensi SARA yang diunggah mahasiswa IPB. Foto:Semuel Nawipa
|
Mahasiswa Papua menggelar aksi damai untuk memprotes keberadaan foto bertendensi SARA yang diunggah mahasiswa IPB. Foto:Semuel Nawipa |
Press
Release
AKSI ORASI DAMAI ATAS PELECEHAN BUDAYA KOTEKA
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dengan ratusan
budaya, bahasa dan tradisi. Dalam perspektif wawasan nusantara, nilai – nilai
kekayaan dan keluhuran bangsa ini terletak pada setiap nilai spesifik dan
setiap budaya yang membaur menjadi satu dalam semangat ke – Bhineka-an
membentuk Indonesia Raya.
Karena itu, dalam semangat berbeda – beda namun satu jua,
koteka adalah warisan leluhur bangsa ini
yang memiliki nilai keluhuran tinggi. Sayangnya, keluhuran dari suatu
peninggalan tradisi yang hampir punah dari salah satu suku bangsa negeri ini
dilecehkan.
Bangsa yang begitu besar dan kaya akan suku dan bahasa ini
menghadapi kenyataan bahwa banyak dari anak bangsa negeri ini yang merendahkan
jati dirinya sebagai suatu bangsa dengan meninggalkan tradisi leluhur, bahkan
menjadikan tradisi leluhur, bahkan menjadikan tradisi leluhurnya sebagai
lelucon yang ditawarkan bersama teman-temannya. Salah satu indikasi nyata dari
hal ini adalah peristiwa pelecehan tradisi koteka asal Papua oleh sala – satu
mahasiswa di IPB pada tanggal 8 sampai dengan 12 April 2014, dalam sala – satu
grup jual –beli on line mahasiswa IPB.
Pada awalnya, yang bernama Rachmad Suprianggono mahasiswa
jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan – IPB dengan menggunakan akun facebook
bernama Alex Fahutan 46 memposting gambar yakni seorang bapak yang berbusana koteka
berdiri didepan kotak suara pemilihan legislatif (pileg). Gambar tersebut bukan
masalah, namun kolom komentar itu bertuliskan “Ingat saya sudah coblos ko, nanti kalo Papua tra maju, ko pung Mata
saya coblos pake koteka”. Tanpa memperhatikan etika, Sdr.Alex alias Rachmad
telah menjadikan gambar sosok orang tua yang berpakaian koteka dan sedang
mengisi kotak suara pemilu sebagai bahan lelucon yang ditertawakan bersama teman- temannya melalui beberapa komentar
selama kurang lebih empat hari sejak 8 hingga 12 April 2014.
Gambar ini pertama ditemukan di grub Forum Jual Beli On
Line mahasiswa IPB. Demikian semenjak penemuan gambar tersebut, masalah ini
ditangani oleh Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) Bogor untuk memprotes pemostingan
pelecehan busana adat Papua ini, karena bertentangan dengan tata tertip
perguruan tinggi di IPB yang mana pasal 8 dan 10 merupakan bahan acuan hukumnya. Isi pasal 8 dan 10 yaitu “ pelecahan dan sara dalam kampus”.
Dengan demikian IPB sebagai institusi mengambil tindakan
tegas dan keras terhadap siapa saja yang melecehkan unsur –unsur SARA di
lingkungan Kampus IPB maupun forum – forum kampus lainnya.
Adapun 4 (empat) tuntutan dari Ikatan Mahasiswa Papua
(IMAPA) Bogor diserakan kepada pemimpin IPB lebih khususnya Fakultas
Kehutanan yaitu :
1.
Saudara Rahmat Suprianggono secara personal dan seluruh
mahasiswa IPB membuat pernyataan tertulis diatas materai 6000 dengan menyatakan
permohonan maaf kepada masyarakat Papua dan IMAPA Bogor atas tindakannya.
2.
Kami minta mahasiswa yang bersangkutan diberi sanksi
akademik : Sdr.Rachmad alias Alex di drob out (DO), Tidak diberikan ijazah selama 1 sampai 2 tahun.
3.
Jika bersangkutan tidak diberikan sanksi dari pihak akademi maka pelaku akan kamu
bawahkan di jalur pidana.
4.
Mohon kepada pihak IPB untuk membina tentang keberagaman
budaya di Indonesia.
Demikian surat
tuntutan dari Ikatan Mahasiswa Papua Bogor (IMAPA) kepada pelaku pelecehan
budaya Papua di Indonesia.
Bogor, 21 April 2014
Hormat kami
Koodinator Lapangan
Semuel Nawipa
PELECEHAN BUDAYA PAPUA DI FB |