Mayat Bernadiktus Douw dan Yulianus Pigome |
Timika-KNPBNews, Tadi pagi Jam, 08.30 waktu Timika dua orang dibunuh oleh orang tak kenal (OTK) atas nama Bernadikus Douw,Am.P alias Bosko Douw dan Yulianus Pigome di SP 7 antara SP 9 Distrik Iwaka Kabupaten Mimika. Kejadian pembunuhan ini tidak tahu karena apa? Mungkin karena perang Suku yang
sedang berlangsung dari sejak tanggal 25 Januari 2014 lalu sampai saat
ini sudah 3 (tiga) bulan itu atau dengan alasan lain pihak keluarga
belum tahu. Ribuan TNI/POLRI di Timika, Pemerintah Daerah Mimika dan PT.
Freeport Indonesia di Timika tidak mampu mengamankan perang suku di
Timika. Pelakunya tidak ditangkap, dan dengan sengaja atau tidak sengaja
mereka pelihara perang sampai orang lain yang tidak terlibat jadi
korban.
Kronologis singkat terbunuhnya Bernadikus Douw alias Bosko Douw dan
Yulianus Douw yang disampaikan adiknya adalah sebagai berikut:
Sekitar jam, 08.00 mereka berdua yang adalah ipar mereka pergi
ketempat kerja di SP 9 Distrik Iwaka dari SP 7 dirumah mereka berdua,
untuk menjaga ayam dan memberi makanan ternak, “kami tidak tahu dari
tadi jam 08.00 mereka berdua pergi kerja di SP 9 jadi tidak tahu, siapa
yang bunuh tidak tahu.” Katanya. Menurut adik nya bawa “tadi kami dengar
jam 12.00, kami dengar bahwa mereka berdua di bunuh.” Katanya dengan
menangis yang tidak bisa tahan. Dia juga menambahkan bahwa “Kami tahu
bahwa Jenazah ada di RSUD.” Ungkapnya.
Pantauan KNPBNews bahwa sekitar jam, 03.00 sore, keluarga dan
masyarakat Mee membawa jenazah di kantor DPRD Mimika setelah itu mereka
bahwa di Rumah keluarga. Dan keluarga yang ada di rumah dan sekitar
Timika Indah datang menjemput Jenazah tiba-tiba dihadang oleh TNI/POLRI
dengan mengeluarkan tembakan kearah keluarga yang datang menjemput. Dan
puluhan masyarakat yang ditangkap.
Sampai jam, 4.00 sore Jenazah diantar ke rumah duka dan Pantauan
Media Online ini ditempat kedukaan Kepala Suku Mee, Piet Nawipa
mengarankan dan menyampaikan bahwa kita kembalikan ke keluarga dan
keluarga yang menentukannya. “Kita serahkan ke keluarga saja keluarga
yang menentukannya.” Kata Nawipa
Setelah itu pihak keluarga menyatakan bahwa “Karena Injil Tuhan kita
tidak usah balas, Tuhan bilang jangan membalas.” Kata seorang perwakilan
dari pihak keluarga, dia juga menambahkan bahwa, “Negara ini Negara
hukum kita serahkan ke pihak yang berwajib karena dia di bunuh bukan di
tempat perang tetapi ditempat kerja.” Katanya.
Setelah itu pukul 6.00 sore waktu Timika, Ibadah singkat dipimpin
oleh Pdt. Deserius Adii, S.Th dalam rangka memasukkan kedua mayat dalam
jenazah, Pdt Adii membacakan dua ayat yang terdapat dalam Roma, 12 :
14-21 yaitu bunyi: “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu,
berkatilah dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang
bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis! Hendaklah kamu
sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan
perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada
perkara-perkara yang sederhana.
Janganlah menganggap dirimu pandai!
Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik
bagi semua orang! Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu,
hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang! Saudara-saudaraku yang
kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah
tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah
hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. Tetapi, jika
seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!
Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan
dengan kebaikan!
Dan ayat yang kedua dibacakan dalam 2 Korintus, 5: 10 “Sebab
kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap
orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang
dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat.”
Dalam penekanan dalam khotbahnya menyatakan bahwa “Serahkanlah
segala pembalasan itu kepada Tuhan, karena Tuhan yang berhak membalas
segala perbuatan kita di kursi pengadilan Kristus, kita tidak di beri
mandat untuk baku bunuh dan membunuh, kita tidak diberi hak untuk
mencabut nyawa orang, Tuhan yang berhak mencabut nyawa orang, jadi
didalam pikiran kita dalam hati kita tidak boleh ada dendam, marah dan
membalas apalagi kita mau membunuh, jangan lakukan.” Kata Pdt Adii dalam ajakan khotbahnya. Adii juga menambahkan bahwa, “Kita
tetap jadi dewasa bagi suku-suku lain di Tanah Papua, Jangan belajar
cara-cara anak-anak kecil yang baku balas membalas dan baku bunuh
membunuh dengan tanah sepangkal saja atau dengan barang sekecil saja.” Tutup khotbah.
Berikut Foto-Foto
Sumber : www.knpbnews.com