Pages

Pages

Selasa, 25 Maret 2014

PAPUA KORBAN POLITIK ANAK BAWANG

Marianus Yaung dalam Acara Seminar dan Diskusi Publik oleh AMPTPI(foto Melky)
Jayapura, 24/3 (Jubi) – Sesungguhnya Bangsa Indonesia tidak pernah memiliki kemauan yang tulus dalam membangun Papua selain menguras sumber daya alamnya. Karena yang sedang terjadi saat ini adalah sistem “politik anak bawang”.

Pernyataan itu keluar dari mulut Marianus Yaung, salah satu pemateri dari kalangan akademisi, dalam Seminar Sehari dan Diskusi Publik bertema ”Memperjuangkan Keberpihakan Demokrasi Bagi Rakyat Bangsa Papua, Demi Terciptanya Keadilan dan Perdamaian” di Aula Utama Asrama Mahasiswa Kabupaten Mimika, Jayapura, Sabtu 22/3, kemarin.

Dosen hubungan internasional di Universitas Cendrawasih itu mengatakan, sistem demokrasi Indonesia saat ini rapuh atau tidak stabil karena sedang diimplementasikan secara kombinasi antara kekuasaan sipil dan militer.

Menurutnya, militer masih memiliki pandangan tentang prinsip-prinsip demokrasi yang masih berseberangan dengan pandangan prinsip-prinsip demokrasi universal. Padahal demokrasi sendiri memiliki makna pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Maka dari itu, penerapan demokrasi di Indonesia hanya melahirkan bencana kemanusiaan bagi kaum minoritas terutama Aceh dan Papua,” ujarnya.

Dia juga mengutip pernyataan Prof. Kaushik Basu, dari Cornell University, USA, yakni “biarkan kaum minoritas meyakini bahwa pendapat mereka diperhitungkan, bahwa mereka ikut serta dalam pengambilan keputusan bangsa, padahal mereka tidak termasuk dalam permainan yang sesungguhnya”
Ones Banundi dari perwakilan Dewan Adat Papua (DAP) juga mengakui sistem demokrasi di Indonesia, tidak demokratis

DAP pernah memasukan surat pemberitahuan aksi demo damai ke Polda Papua tetapi ditolak dengan alasan tidak sah”, ujarnya memberi contoh.

Pernyataan ini didukung juga oleh Markus Haluk, Sekjend AMPTPI dalam pemaparan materinya. Menurut Markus, dalam catatannya telah terjadi 15 kali lebih penolakan aksi demo damai di Kota Jayapura kurun 2013. 

Saya mencatat kurang lebih ada 15 kali penolakan aksi demo damai oleh Polda Papua dengan berbagai alasan, di antaranya organisasi illegal, masa demo menganggu ketertiban umum dan sebagainya”.

Haluk yang juga aktivis HAM Papua itni berpesan, orang Papua tidak boleh berdiam diri ketika menyadari bahwa politik anak bawang masih terus saja dilakukan di tanah Papua.

Maka kita harus menyiapkan diri. Banyak cara yang dapat dilakukan, diantaranya belajar yang benar, bekerja yang professional dan fokus, berorganisasi yang produktif, menulis isu-isu Papua lalu dipublikasikan mulai lingkup lokal sampai internasional.

Menurutnya, cara menjadi orang Papua yang sejati, adalah menghidari dari “3 P”, yakni Patipa (Papua tipu Papua), Pabupa (Papua bunuh Papua) dan Pamapa (Papua makan Papua)”.(Jubi/ Melky Wetipo )

Sumber :  www.tabloidjubi.com