Pages

Pages

Selasa, 25 Maret 2014

Peringati Hari Korban Internasional, SKP-HAM Gelar Mimbar Bebas

Mama-mama Korban dan saksi hidup peristiwa Biak berdarah (Foto: Agus Pabika/Suara Papua)
PAPUAN, Jayapura - Bertempat di depan Museum Budaya Universitas Cenderawasih (Uncen), Jayapura, Senin (24/3/2014) pagi hingga malam hari, Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia (SKP-HAM) Papua, menggelar mimbas bebas untuk memperingati hari Internasional Untuk Hak atas Kebenaran dan Korban Pelanggaran HAM Berat Se-dunia.

Kordinator SKP-HAM, Peneas Lokbere mmenjelaskan, kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk mencari kebenaran dan keadilan, juga untuk mendorong perjuangan pemenuhan hak‐hak korban pelanggaran HAM berat di Indonesia, lebih khusus di Tanah Papua.

“Peringatan ini selaras dengan seruan Dewan HAM PBB agar setiap tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari raya korban internasional. Dalam peringatan ini, kami menyerukan pertanggung jawaban Negara atas kejahatan kemanusiaan di tanah Papua,” katanya.

Dikatakan, acara mimbar bebas telah berlangsung sejak pagi pukul 08.00 Waktu Papua, hingga malam pukul 07.00 Waktu Papua, dengan menghadirkan para korban pelanggaran HAM, mahasiswa, aktivis HAM, pemuda, dan perempuan Papua.

“Sejak pagi hari telah dilakukan orasi-orasi politik dari para korban pelanggaran HAM, mahasiswa, organ-organ perjuangan, perempuan, hingga aktivis HAM. Ini untuk menolak lupa atas pelanggaran HAM tersebut. Banyak yang menyambut positif acara ini,” katanya.

Ketua Panitia pelaksana, Tinike Rumkabu menambahkan, kebanyakan korban pelanggaran HAM yang hadir merupakan para korban dari peristiwa Biak berdarah di Kabupaten Biak yang terjadi tahun 2000 lalu.

“Mama-mama dan bapak-bapak yang ada kumpul banyak ini merupakan korban-korban pelanggaran HAM yang dating dari Biak. Mereka sudah tunggu penyelenggaraan acara ini selama dua minggu di Jayapura, dan mereka sangat antusias ikut acara ini,” jelas Tinike.

Dikatakan oleh Tinike, penyelenggaraan acara ini juga mendapat dukungan dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh-tokoh adat, agama, mahasiswa dan pemuda di tanah Papua.

“Walaupun tidak banyak yang datang, penyelenggaraan aksi ini mendapat dukungan dari banyak pihak, dan kami menyambut baik dukungan-dukungan itu. Terima kasih juga kepada pihak Uncen yang telah mengijinkan kami untu gunakan tempat ini,” kata Tinike.

Pantauan suarapapua.com, sejumlah poster dan spanduk terkait kejahatan militer Indonesia di pasang tepat di depan Museum Budaya Uncen. Beberapa poster juga ditempel di depan pintu masuk kampus Uncen.

Iringan lagu-lagu Papua dari grup musik mambesak, black brother, dan serta lagu-lagu Papua lainnya turut mengiringi jalannya acara yang diselenggarakan penuh khidmat.

Sebelumnya, sempat digelar juga aara diskusi public, dengan menghadirkan Septer J Manufandu dari JeraT Papua, Olga Helena Hamadi Direktur KontraS Papua, Pdt. Dora Balubun dari pihak Gereja dan Peneas Lokbere mewakili para korban.

OKTOVIANUS POGAU