Mama-mama Korban dan saksi hidup peristiwa Biak berdarah (Foto: Agus Pabika/Suara Papua) |
PAPUAN, Jayapura - Bertempat di depan Museum Budaya
Universitas Cenderawasih (Uncen), Jayapura, Senin (24/3/2014) pagi
hingga malam hari, Solidaritas Korban Pelanggaran Hak Asasi Manusia
(SKP-HAM) Papua, menggelar mimbas bebas untuk memperingati hari
Internasional Untuk Hak atas Kebenaran dan Korban Pelanggaran HAM Berat
Se-dunia.
Kordinator SKP-HAM, Peneas Lokbere mmenjelaskan, kegiatan yang
dilakukan bertujuan untuk mencari kebenaran dan keadilan, juga untuk
mendorong perjuangan pemenuhan hak‐hak korban pelanggaran HAM berat di Indonesia, lebih khusus di Tanah Papua.
“Peringatan ini selaras dengan seruan Dewan HAM PBB agar setiap
tanggal 24 Maret diperingati sebagai hari raya korban internasional.
Dalam peringatan ini, kami menyerukan pertanggung jawaban Negara atas
kejahatan kemanusiaan di tanah Papua,” katanya.
Dikatakan, acara mimbar bebas telah berlangsung sejak pagi pukul
08.00 Waktu Papua, hingga malam pukul 07.00 Waktu Papua, dengan
menghadirkan para korban pelanggaran HAM, mahasiswa, aktivis HAM,
pemuda, dan perempuan Papua.
“Sejak pagi hari telah dilakukan orasi-orasi politik dari para korban
pelanggaran HAM, mahasiswa, organ-organ perjuangan, perempuan, hingga
aktivis HAM. Ini untuk menolak lupa atas pelanggaran HAM tersebut.
Banyak yang menyambut positif acara ini,” katanya.
Ketua Panitia pelaksana, Tinike Rumkabu menambahkan, kebanyakan
korban pelanggaran HAM yang hadir merupakan para korban dari peristiwa
Biak berdarah di Kabupaten Biak yang terjadi tahun 2000 lalu.
“Mama-mama dan bapak-bapak yang ada kumpul banyak ini merupakan korban-korban pelanggaran HAM yang dating
dari Biak. Mereka sudah tunggu penyelenggaraan acara ini selama dua
minggu di Jayapura, dan mereka sangat antusias ikut acara ini,” jelas
Tinike.
Dikatakan oleh Tinike, penyelenggaraan acara ini juga mendapat
dukungan dari berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), tokoh-tokoh
adat, agama, mahasiswa dan pemuda di tanah Papua.
“Walaupun tidak banyak yang datang, penyelenggaraan aksi ini mendapat
dukungan dari banyak pihak, dan kami menyambut baik dukungan-dukungan
itu. Terima kasih juga kepada pihak Uncen yang telah mengijinkan kami
untu gunakan tempat ini,” kata Tinike.
Pantauan suarapapua.com, sejumlah poster
dan spanduk terkait kejahatan militer Indonesia di pasang tepat di
depan Museum Budaya Uncen. Beberapa poster juga ditempel di depan pintu
masuk kampus Uncen.
Iringan lagu-lagu Papua dari grup musik mambesak, black brother, dan serta lagu-lagu Papua lainnya turut mengiringi jalannya acara yang diselenggarakan penuh khidmat.
Sebelumnya, sempat digelar juga aara diskusi public, dengan menghadirkan Septer J Manufandu dari JeraT Papua, Olga Helena Hamadi Direktur KontraS Papua, Pdt. Dora Balubun dari pihak Gereja dan Peneas Lokbere mewakili para korban.
OKTOVIANUS POGAU
Sumber : www.suarapapua.com