Kapolsek Kawasan Bandara Sentani Iptu Abraham Soumilena ketika memperlihatkan 8 amunisi yang diamankan dari tas seorang pemuda yang mengaku mahasiswa UKI Jakarta (Jubi/D.Budiman) |
Jayapura 24/3 (Jubi) – Kristianus Delgion Madai, mahasiswa Universitas Kristen Indonesia
(UKI) yang kedapatan membawa 8 butir amunisi senjata api jenis US
Carabin 8,4, di Bandara Sentani, Selasa (4/2) lalu. Hingga kini masih
ditahan di Polres Jayapura.
“Sejak saat itu langsung ditahan, Iya dia sudah tersangka,” kata
Kabid Humas Polda Papua, Kombes (Pol) Sulistyo Pudjo Hartono, di
sela-sela makan siangnya bersama sejumlah wartawan di Ruko Dok II
Jayapura, Senin (24/3) siang tadi.
Menurut Pudjo, kasus tersebut masih tahap pendlaman oleh penyidik di Polres Jayapura, Sentani, Kabupaten Jayapura.
Pudjo mengungkapkan ada beberapa orang yang terlibat di dalam kasus
tersebut. Namun, nama-namanya masih menunggu proses penyidikannya.
“Kami belum bisa sebutkan orangnya, Nanti itu menganggu proses
penyidikan,” tegas Pudjo.
Sebelumnya, Kristianus Delgion Madai, mahasiswa Universitas Kristen
Indonesia (UKI) yang kedapatan membawa 8 butir amunisi senjata api
jenis US Carabin 8,4, di Bandara Sentani, Selasa (4/2) lalu. Madai
mengatakan bahwa dirinya tidak tahu-menahu dengan temuan amunisi dalam
tasnya. Karena ia tak pernah mengisi amunisi tersebut dalam tas yang
dibawanya.
“Saya kaget ketika kedapatan peluru amunisi ini, karena sejak masih di Jakarta tidak terdeteksi di X-Ray,” ungkap Kristian D. Madai, di Polres Doyo Baru Sentani, Kamis (6/2).
Kristianus mengaku, dirinya berangkat dari Jakarta menuju Jayapura menggunakan pesawat Lion Air JT794, dengan tujuan akhir di Bandara Nabire. Namun, ketika ia transit di Bandara Sentani, ia terdeteksi membawa amunisi.
“Saya tidak percaya. Saya pikir ini sebuah sandiwara jadi saya suruh
petugas untuk periksa tas kedua kalinya melalui X-Ray,” ujar lelaki yang
sedang menyelesaikan program studi Hubungan Internasional (HI) di
kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta ini.
Mengingat waktu untuk berangkat sangat terbatas, lanjut Madai,
dirinya menyerahkan amunisi kepada petugas dan langsung menuju ke ruang
tunggu untuk transit.
“Ketika saya sedang tunggu pesawat di ruang transit, polisi tiba-tiba
datang dan mendesak saya agar ke pos polisi terdekat untuk selesaikan
masalah. Mengingat waktu berangkatnya dua jam saja jadi saya menolak
permintaan ini. Tapi, polisi masih ‘ngotot’ untuk jalan ke pos polisi.
Dengan terpaksa saya jalan,” lanjutnya.
Madai menuturkan, di Bandara Soekarno-Hatta, ia menjalani dua kali
pemeriksaan melalui X-Ray. Pertama ketika masuk di ruang untuk lapor
tiket. Kedua ketika masuk ke ruang tunggu untuk naik ke pesawat. “Dua
kali pemeriksaan tidak terdeteksi,” ujarnya.
Ketika naik pesawat, kata Madai, dirinya duduk di bangku nomor 23 C.
Di nomor 23 A dan 23 B juga ada dua orang yang duduk. Menurut Madai,
kedua orang yang duduk di samping dia dan ia tidak mengenalnya.
“Saya tidak kenal dua orang yang di samping saya. Tapi, dalam
perjalanan, penumpang yang duduk di nomor 23B sempat tanya saya tujuan
saya. Saya menjawab, saya tujuannya ke Nabire tapi transit di Jayapura.
Penumpang yang duduk di nomor 23B tersebut menuturkan, dia akan menuju
ke Wamena,” tuturnya. (Jubi/Indrayadi TH)
Sumber : www.tabloidjubi.com