Regina Mabuay, Kaka Ishak Mabuay, Salah Satu Korban Hilang. (Jubi/Arjuna) |
Jayapura, 24/3 (Jubi) – Keluarga salah satu dari 17 orang hilang
dalam perjalan laut menggunakan speedboat dari Kabupaten Kepulaun Yapen
menuju Mamberamo Raya, Papua, 3 Maret 2009 lalu meminta polisi segera
mengungkap keberadaan keluarga mereka.
Regina Mabuay, kaka dari Ishak Petrus Mabuay yang kala itu menjabat
Kepala Bagian (Kabag) Umum Kabuten Mamberamo Raya yang juga salah satu
korban hilang mengatakan, lima tahun telah berlalu, namun hingga kini
belum ada titik terang keberadaan adiknya.
“Selama ini kami sudah melakukan berbagai upaya, tapi hingga kini
belum ada kejelasan dimana sudara kami berada. Kami harap polisi segera
mengungkap kasus hilangnya rombongan itu. Kami juga melihat ada indiksi
jaringan yang cukup kuat agar kasus ini tak terungkap,” kata Regina,
Senin (24/3).
Menurutnya, dua tahun pasca hilangnya rombongan tersebut, keluarga Mabuay mendapat info dari salah satu anggota polisi yang menyebut jika 17 orang yang hilang tersebut masih hidup.
“Tapi saya tidak bisa sebutkan anggota siapa yang bicara. Beberapa lama
kemudian, salah satu korban penyanderaan dalam kasus Kodeko 12 Juni
2012 yang berhasil lolos juga mengatakan hal yang sama. Dia juga
menyebut posisi mereka dimana. Tapi saya juga tidak bisa bilang itu,”
ujarnya.
Dikatakan, beberapa waktu lalu, keluarga korban juga telah bertemu
Kapolda Papua, Inspektur Polisi Tito Karnavian dan yang bersangkutan
merespon dengan baik.
“Tapi kami sudah tunggu enam bulan belum ada hasil. Kami mau buka
karena ada konspirasi yang dibangun sehingga terlihat ada tarik ulur.
Banyak pihak yang cari keuntungan. Ini kasus kemanusian yang luar biasa, tapi tidak ditangani serius,” katanya.
Sementara Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar Polisi, Sulistyo
Pudjo mengatakan, hingga kini kasus tersebut masih dalam penyelidikan.
“Ya masih dalam penyelidikan. Jadi kita belum bisa memastikan apakah 17 orang itu diculik ataukah seperti apa,” kata Pudjo.
Kasus hilangnya, 17 penumpang speedboat yang berlayar dari Pelabuhan
Serui, Kabupeten Kepulauan Yapen menuju Memberamo Raya memunculakn
berbagai spekulasi. Ada beberapa isu yang berkembang sebagai akibat dari
tidak adanya kejelasan dalam penyelidikan peristiwa tersebut.
Perampokan, Persaingan Calon Kepala Daerah dalam Pemilukada Kabupaten
Mamberamo hingga Permintaan Tebusan oleh Kelompok Bersenjata yang kala
itu pernah menguasai Lapter Kapeso.
Peristiwa naas itu ramai disebut sebagai peristiwa perampokan oleh
masyarakat karena konon speedboat bernama Saweri Sunun Aing Uhupa yang
digunakan juga membawa sebuah coolbox yang berisi uang sekitar Rp. 8
milyar.
Isu lain yang berkembang di tengah masyarakat adalah persaingan Calon
Kepala Daerah Kabupaten Mamberamo. Konon kabarnya, Isak Petrus Muabay
disebut-sebut sebagai figur yang kuat jika dia maju menjadi kandidat
bupati atau wakil bupati setempat. Isu yang berkembang, untuk mengganjal
langkah Isak Muabay, skenario ‘menghilangkan speedboat’ itu merupakan
salah satu cara yang dilakukan lawan politiknya.
Tak hanya itu, rumor yang paling santer lagi adalah bahwa ke-17 orang
tersebut akan dilepas setelah terpilihnya Bupati definitif Kabupaten
Mamberamo Raya. Namun dibalik santernya dugaan isu politik ini belum
diketahui siapa lawan Politik Kabag Keuangan itu.
Selain itu soal juga ada isu penyanderaan yang dilakukan oleh OPM
terkait tragedi berdarah di Lapter Kapeso. Diduga ke-17 penumpang
speedboat tersebut disandera oleh kelompok pimpinan Dicky Imbiri yang
menguasai Lapter Kapeso. Kelompok ini disebut-sebut mengetahui jadwal
keberangkatan rombongan naas tersebut. Dari isu ini merembet pula pada
peristiwa kematian seorang Pendeta Klasis Poeway dan Anggota KPU. Konon,
karena Pendeta Poeway diduga mengetahui keberadaan rombongan setelah
dinyatakan hilang, maka pendeta tersebut dibunuh oleh kelompok
penyandera. (Jubi/Arjuna)
Sumber : www.tabloidjubi.com