Pages

Pages

Selasa, 25 Maret 2014

KELUARGA DESAK POLISI SEGERA UNGKAP KASUS MAMBERAMO RAYA

Regina Mabuay, Kaka Ishak Mabuay, Salah Satu Korban Hilang. (Jubi/Arjuna)
Jayapura, 24/3 (Jubi) – Keluarga salah satu dari 17 orang hilang dalam perjalan laut menggunakan speedboat dari Kabupaten Kepulaun Yapen menuju Mamberamo Raya, Papua, 3 Maret 2009 lalu meminta polisi segera mengungkap keberadaan keluarga mereka.

Regina Mabuay, kaka dari Ishak Petrus Mabuay yang kala itu menjabat Kepala Bagian (Kabag) Umum Kabuten Mamberamo Raya yang juga salah satu korban hilang mengatakan, lima tahun telah berlalu, namun hingga kini belum ada titik terang keberadaan adiknya.

“Selama ini kami sudah melakukan berbagai upaya, tapi hingga kini belum ada kejelasan dimana sudara kami berada. Kami harap polisi segera mengungkap kasus hilangnya rombongan itu. Kami juga melihat ada indiksi jaringan yang cukup kuat agar kasus ini tak terungkap,” kata Regina, Senin (24/3).

Menurutnya, dua tahun pasca hilangnya rombongan tersebut, keluarga Mabuay mendapat info dari salah satu anggota polisi yang menyebut jika 17 orang yang hilang tersebut masih hidup.

“Tapi saya tidak bisa sebutkan anggota siapa yang bicara. Beberapa lama kemudian, salah satu korban penyanderaan dalam kasus Kodeko 12 Juni 2012 yang berhasil lolos juga mengatakan hal yang sama. Dia juga menyebut posisi mereka dimana. Tapi saya juga tidak bisa bilang itu,” ujarnya.

Dikatakan, beberapa waktu lalu, keluarga korban juga telah bertemu Kapolda Papua, Inspektur Polisi Tito Karnavian dan yang bersangkutan merespon dengan baik.

“Tapi kami sudah tunggu enam bulan belum ada hasil. Kami mau buka karena ada konspirasi yang dibangun sehingga terlihat ada tarik ulur. Banyak pihak yang cari keuntungan. Ini kasus kemanusian yang luar biasa, tapi tidak ditangani serius,” katanya.

Sementara Kabid Humas Polda Papua, Komisaris Besar Polisi, Sulistyo Pudjo mengatakan, hingga kini kasus tersebut masih dalam penyelidikan.

“Ya masih dalam penyelidikan. Jadi kita belum bisa memastikan apakah 17 orang itu diculik ataukah seperti apa,” kata Pudjo.

Kasus hilangnya, 17 penumpang speedboat yang berlayar  dari Pelabuhan Serui, Kabupeten Kepulauan Yapen menuju  Memberamo Raya memunculakn berbagai spekulasi. Ada beberapa isu yang berkembang sebagai akibat dari tidak adanya kejelasan dalam penyelidikan peristiwa tersebut. Perampokan, Persaingan Calon Kepala Daerah dalam Pemilukada Kabupaten Mamberamo hingga Permintaan Tebusan oleh Kelompok Bersenjata yang kala itu pernah menguasai Lapter Kapeso.

Peristiwa naas itu ramai disebut sebagai peristiwa perampokan oleh masyarakat karena konon speedboat bernama Saweri Sunun Aing Uhupa yang digunakan juga membawa sebuah coolbox yang berisi uang sekitar Rp. 8 milyar.

Isu lain yang berkembang di tengah masyarakat adalah persaingan Calon Kepala Daerah Kabupaten Mamberamo. Konon kabarnya, Isak Petrus Muabay disebut-sebut sebagai figur yang kuat jika dia maju menjadi kandidat bupati atau wakil bupati setempat. Isu yang berkembang, untuk mengganjal langkah Isak Muabay, skenario ‘menghilangkan speedboat’ itu merupakan salah satu cara yang dilakukan lawan politiknya.

Tak hanya itu, rumor yang paling santer lagi adalah bahwa ke-17 orang tersebut akan dilepas setelah terpilihnya Bupati definitif Kabupaten Mamberamo Raya. Namun dibalik santernya dugaan isu politik ini belum diketahui  siapa lawan Politik Kabag Keuangan itu.

Selain itu soal juga ada isu penyanderaan yang dilakukan oleh OPM terkait tragedi berdarah di Lapter Kapeso. Diduga ke-17 penumpang speedboat tersebut disandera oleh kelompok pimpinan Dicky Imbiri yang menguasai Lapter Kapeso. Kelompok ini disebut-sebut mengetahui jadwal keberangkatan rombongan naas tersebut. Dari isu ini merembet pula pada peristiwa kematian seorang Pendeta Klasis Poeway dan Anggota KPU. Konon, karena Pendeta Poeway diduga mengetahui keberadaan rombongan setelah dinyatakan hilang, maka pendeta tersebut dibunuh oleh kelompok penyandera. (Jubi/Arjuna) 

Sumber : www.tabloidjubi.com