Persang Kelompok di TImika (Foto: IST) |
PAPUAN Jayapura— Konflik Timika Adalah Pengulangan
Kekerasan. Hal ini dikatakan Dr. Neles Kebadabi Tebay, Pr seusai acara
pelantikannya menjadi ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar
Timur Jayapura .
“Peristiwa kekerasan antar komunitas di Timika itu bukan hal baru.
Ini hanya semacam pengulangan dari yang sudah pernah terjadi sebelumnya.
Tetapi aktor mungkin berbeda-beda. Orang-orang yang mungkin terlibat
mungkin juga sudah mengalami kekerasan antar komunitas ini dalam waktu
yang lama,” ungkap Pater Neles kepada wartawan di STFT Fajar Timur,
Jayapura, Kamis (13/03/2014).
Menurut Pater Neles, Karena konflik ini sudah belangsung lama sudah
maka seharusnya pihak-pihak yang terkait konflik ini berfikir bagaimana
menghentikan kekerasan yang sedang terjadi dan berfikir juga tentang
bagaimana cara mencegah agar kekerasan seperti ini tidak terjadi di masa
depan.
“Kalau kekerasan dibalas dengan kekerasan, akan menghasilkan
kekerasan baru. Kekerasan baru akan membuat banyak orang akan menjadi
korban,” tutur Ketua STFT yang baru dilantik ini.
“Nah, korban sekarang ini bukan hanya dari pihak masyarakat tetapi
juga dari pihak aparat keamanan. Mungkin nanti, warga sipil yang tidak
ada hubungannya dengan perang ini juga menjadi korban lagi,” kata Pater
Neles lagi.
Koordinator Jaringan Damai Papua ini berharap, Pemda Mimika segera
mengambil inisitif untuk mengundang pihak-pihak terkait dalam hal ini
suku-suku yang sedang bertikaiuntuk duduk dan berbicara lalu bersepakat
untuk mengakhiri perang ini. Juga tokoh agama, tokoh masyarakat dan
tokoh adat. Dengan adanya perang ini orang tidak akan pernah hidup aman
dan nyaman.
Yusak pakage, mantan Tahanan Politik Papua dan aktivis Papua dari
Parlemen Jalanan merasa kesal dengan kondisi Timika yang seakan tidak
berakhir. Menurutnya, hal itu bisa di indikasi permainan pihak-pihak
tertentu. Yusak menghimbau kepada Orang Papua, terutama kepada
mereka-mereka yang bertikai supaya harus sadar diri dan tidak bermusuhan
di atas negerinya sendiri karena Orang Papua sudah hampir punah diatas
tanahnya sendiri.
“Masih ada banyak masalah penting yang harus kita selesasikan, bukan
hanya perang suku itu. Orang Papua dimusnahkan dari satu penyakit ke
penyakit lain. Jadi kalau bisa itu hentikan perang ini.
Perang suku yang sama itu pernah terjadi di Puncak Papua, Nabire.
Saya minta kepada pihak yang menjadi provokator itu harus sadar. Tuhan
marah, Jangan jual Orang Papua,” tegas Pakage.
MIKHA GOBAY
Sumber : www.suarapapua.com