Pages

Pages

Jumat, 14 Maret 2014

Konflik Timika Adalah Pengulangan Kekerasan

Persang Kelompok di TImika (Foto: IST)
PAPUAN Jayapura— Konflik  Timika Adalah Pengulangan Kekerasan. Hal ini dikatakan Dr. Neles Kebadabi Tebay, Pr seusai acara pelantikannya menjadi ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Jayapura .
“Peristiwa kekerasan antar komunitas di Timika itu bukan hal baru. Ini hanya semacam pengulangan dari yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Tetapi aktor mungkin berbeda-beda. Orang-orang yang mungkin terlibat mungkin juga sudah mengalami kekerasan antar komunitas ini dalam waktu yang lama,” ungkap Pater Neles kepada wartawan di STFT Fajar Timur, Jayapura, Kamis (13/03/2014).

Menurut Pater Neles, Karena konflik ini sudah belangsung lama sudah maka  seharusnya pihak-pihak yang terkait konflik ini berfikir bagaimana menghentikan kekerasan yang sedang terjadi dan berfikir juga tentang bagaimana cara mencegah agar kekerasan seperti ini tidak terjadi di masa depan.

“Kalau kekerasan dibalas dengan kekerasan, akan menghasilkan kekerasan baru. Kekerasan baru akan membuat banyak orang akan menjadi korban,” tutur Ketua STFT yang baru dilantik ini.

“Nah, korban sekarang ini bukan hanya dari pihak masyarakat tetapi juga dari pihak aparat keamanan. Mungkin nanti, warga sipil yang tidak ada hubungannya dengan perang ini juga menjadi korban lagi,” kata Pater Neles lagi.

Koordinator Jaringan Damai Papua ini berharap, Pemda Mimika segera mengambil inisitif untuk mengundang pihak-pihak terkait dalam hal ini suku-suku yang sedang bertikaiuntuk duduk dan berbicara lalu bersepakat untuk mengakhiri perang ini. Juga tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat. Dengan adanya perang ini orang tidak akan pernah hidup aman dan nyaman.

Yusak pakage, mantan Tahanan Politik Papua dan aktivis Papua dari Parlemen Jalanan merasa kesal dengan kondisi Timika yang seakan tidak berakhir. Menurutnya, hal itu bisa di indikasi permainan pihak-pihak tertentu. Yusak menghimbau kepada Orang Papua, terutama kepada mereka-mereka yang bertikai supaya harus sadar diri dan tidak bermusuhan di atas negerinya sendiri karena Orang Papua sudah hampir punah diatas tanahnya sendiri.

“Masih ada banyak masalah penting yang harus kita selesasikan, bukan hanya perang suku itu. Orang Papua dimusnahkan dari satu penyakit ke penyakit lain. Jadi kalau bisa itu hentikan perang ini.

Perang suku yang sama itu pernah terjadi di Puncak Papua, Nabire. Saya minta kepada pihak yang menjadi provokator itu harus sadar. Tuhan marah, Jangan jual Orang Papua,” tegas Pakage.

MIKHA GOBAY

Sumber :  www.suarapapua.com