Logo SINODE KINGMI Papua |
Jayapura 21/3 (Jubi) - Menghadapi
pemilu legislatif (pileg) Badan Pengurus Sinode Kingmi (Gereja Kemah
Injil ) mengeluarkan surat gembala kepada seluruh jemaatnya di tanah
Papua.
“Lakukanlah
segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah,
supaya kamu tidak beraib dan bernoda, sebagai anak Allah yang tiada
bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan sesat ini,
sehingga kamu bercahaya di tengah mereka seperti bintang-bintang di dunia,” (Pilipi 2:14-15)
Beberapa
hari dan bulan terakhir ini, gereja menjadi saksi dari sepak terjang
warga gereja yang terlibat dalam kegiatan pemilu yang berpengaruh
terhadap jemaat dan gereja itu sendiri. Kesibukan ini mewarnai kehidupan
atau hubungan masyarakat antar masyarakat, kampung, keluarga dan antar
pribadi sehingga potensi konflik sudah mulai kelihatan.
Menghadapi
kenyataan ini pihak gereja menyampaikan beberapa hal berikut untuk
diperhatikan oleh umat, yakni pemilu ini diadakan di tengah-tengah
kekerasan negara yang terus menewaskan warga gereja kita.
Salah
satu dari konflik itu ialah Perang terkait masalah perebutan tanah di
Timika, Dimana aparat keamanan negara tidak hanya membiarkan perang
terus terjadi, tetapi juga terlibat aktif memperpanjang konflik dengan
menewaskan sejumlah jiwa. Termasuk seorang petugas gereja diduga
tertembak oleh Polisi yang bertugas di Timika, Selasa (11/3) lalu.
Sebagai
orang yang beriman, semua yang ikut dalam Pemilu maupun tidak, mereka
diutus Tuhan ke tengah-tengah kehidupan penuh gejolak seperti itu untuk
menjadi saksi dan berdiri teguh. Mari kita simak, maknai dan taati Firman Tuhan (Pilipi 2:14-15) yang telah kita kutip di atas.
Pertama,
Badan Pengurus Sinode mengajak warga untuk menjadikan kesempatan ini
sebagai saat yang tepat untuk melaksanakan Firman Tuhan tadi. Lebih
lanjut, pihaknya berharap khusus para caleg untuk memahami aturan-aturan
pemerintah yang mendasari dan menjadi bingkai dari kegiatan pemilihan
ini.
Kedua,
Pengamatan Sinode Kingmi menunjukkan jumlah caleg yang maju merebutkan
kursi DPR amat banyak tidak sebanding dengan kursi yang diperebutkan.
Ditambah dengan “budaya membeli suara” semua ini bisa memicu
konflik terbuka antar masyarakat pendukung. Apabila ini terjadi, semua
yang membuat konflik ini adalah menjadi tim sukses para pihak yang
menghendaki Papua terus bergejolak dan berkonflik.
Sehingga
pihaknya menghimbau agar semua pihak memperhatikan rambu-rambu ajaran
Alkitab dan menghindari cara-cara yang licik dan kotor. Semua pihak juga
dihimbau masuk ke dunia itu dengan “kesediaan untuk menerima kemenangan
atau kekalahan” memperhatikan rambu-rambu Firman Tuhan dan adat agar
tidak merampas apa yang menjadi hak orang lain.
Terakhir,
sebagai Gereja Tuhan di Tanah Papua, Sinode Kingmi yang telah
mencanangkan Penginjilan baru pada tanggal 6 April 2012 untuk
mewujudkan Visi Papua Damai Sejahtera (dalam lagu Mars Kingmi) mengutus
saudara – saudara ke dalam dunia sambil mengambil bagian dalam dunia
politik, kami ajak semua umat untuk terus bersama Sinode.
Pihaknya
perjuangkan PI Baru, Pertama gereja yang membaca tanda-tanda jaman
(Matius, 16:2-3). Kedua, menjaga dan melindungi harkat dan martabat,
menjaga agar cahaya Tuhan dalam diri kita masing-masing tetap bersinar
(2 Kor 4:6). Ketiga, membangun keluarga yang utuh. Ke-empat, Pembinaan
anak-anak. Kelima, membangun budaya kerja.
Ke-enam,
melayani Kristus yang hadir ditengah kita dengan melayani orang
miskin, janda – janda, anak yatim piatu (Matius,25:35-dst) dan terakhir
Gereja yang menyangkal diri serta menderita mengikuti jejak kristus
(Pilipi 2:5-8). Hal ini sesuai dengan surat yang diterbitkan Sinode
Kingmi Papua pada tanggal 14 Maret lalu dan ditanda tangani Ketua Badan
Pengurus Sinode Kingmi di tanah Papua Pdt. Benny Giay. (Jubi/Indrayadi TH)
sumber : http://tabloidjubi.com