Yohan Wambitman kanan menyampaikan orasin (Jubi/Mawel) |
Jayapura,19/2(Jubi)- Handro
Yonathan Lekitoo, dosen Antropologi Universitas Cendrawasih (Uncen)
Jayapura, Papua, mendukung mahasiswa yang mendesak pihak kampus
membentuk panggung Budaya Papua, untuk pementasan budaya dari tujuh
wilayah adat setempat.
“Kami
punya tanggungjawab akademis terhadap konsep-konsep praktis, jadi
sangat tidak salah kalau ada panggung budaya dalam rangka memelihara
nilai-nilai budaya melalui tari-tarian dan juga bahasa daerah,”tuturnya
kepada tabloidjubi.com melalui telepon gengamnya dari Jakarta, Selasa
(18/2).
Menurut penulis buku “Potret Manusia Pohon” ini, fungsi praktis dimaksud lebih tepat jika digelar oleh Majelis Rakyat Papua.
Tetapi
baginya, Uncen pun bisa melakukannya, agar auditorium kampus tidak
hanya sarat acara pernikahan dan wisuda mahasiswa saja.
“Auditorium
itu bisa kita manfaatkan untuk advokasi budaya,”tutur pria yang tengah
menempuh program Doktoral bidang Antropologi di fakultas Ilmu sosial dan
politik (Fisip) Universitas Indonesia itu.
Untuk
itu, menurutnya Uncen tidak bisa bergerak sendiri, butuh kerja sama
dengan instansi terkait; Dinas Kebudayaan; Dewan Adat Papua dan Lembaga
Majelis Rakyat Papua (MRP).
Sebelumnya,
ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Uncen, Yohan Wambitman mendesak
pihak kampus membentuk panggung budaya bagi mahasiswa Papua yang ingin
melestarikan budaya.
“Teman-teman,
kita jangan patah semangat. Uncen jurusan Antropologi bisa bantu kami
buat panggung budaya,”ujar Yohan Kambitman pada massa aksi Koalisi
Mahasiswa Papua Bangkit (KMPB) di gapura kampus itu, Senin (18/2).
Yohan
menyampaikan itu kepada teman-temannya yang kecewa akibat tindakan
pencegatan polisi atas aksi kampanye mencintai budaya Papua itu.(Jubi/Mawel)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar