Socratez Yoman (Jubi) |
Jayapura, 13/1 (Jubi)- “Di Papua tidak ada lagi kebebasan. Rakyat
Papua benar-benar ditindas, benar-benar dijajah, ruang kebebasan
berekspresi untuk orang Papua benar-benar dibungkam, serta martabat
orang Papua dihancurkan dan diinjak-injak oleh pemerintah Indonesia,”
Hal ini ditegaskan oleh Ketua Persekutuam Gereja-gereja Baptis di
Papua (PGBP), Pendeta Socrates Sofyan Yoman saat dihubungi melalui
telepon genggamnya oleh tabloidjubi.com pada Senin (13/1/2013) di Jayapura, Papua.
Dikatakannya, penangkapan terhadap puluhan aktivis Papua oleh aparat
tadi pagi adalah bukti bahwa Indonesia bukan negara demokrasi. “Dari
sisi positif dari penangkapan puluhan aktivis tadi adalah melalui
penangkapan itu Indonesia sudah menunjukkan kebodohannya bahwa Indonesia
bukan lagi negara demokrasi tetapi negara yang menggunakan kekuatan
negara untuk menindas rakyat Papua,” jelasnya.
Sementara itu, Usman Yogobi, aktivis kemanusiaan di Papua saat ditemui tabloidjubi.com
pagi tadi di Taman Imbi, Jayapura, mengatakan bahwa delegasi MSG datang
bukan karena soal kesejahteraan atau hubungan bilateral kedua negara
tetapi karena persoalan politik Papua dan pelanggaran HAM yang terjadi
selama puluhan tahun di Papua Barat. ” Delegasi MSG datang ke papua
bukan karena kesejahteraan tetapi murni karena masalah status politik
Papua Barat yang tidak jelas dan pelanggaran HAM yang terus terjadi dari
tahun ke tahun,” tegasnya.
Penangkapan terhadap Markus Haluk dan puluhan aktivis pro Papua tadi
adalah tindakan pembungkaman dan tindakan yang mempermalukan Indonesia
yang sering menamakan dirinya sebagai negara demokrasi. “Penangkapan
terhadap aktivis Papua yang dilakukan oleh negara melalui aparat itu
adalah tindakan yang mempermalukan Indonesia dimata dunia,” tutur
Yogobi. (Jubi/ Arnold Belau)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar