Aksi Gempar Sambut MSG (Jubi/Mawel) |
Jayapura,13/1(Jubi)—Massa aktivis Gerakan Mahasiswa,Pemuda dan
Rakyat Papua (Gempar) menggelar demo menyambut delegasi Negara-negara
Ujung Tombak Melanesia (MSG) di gapura Kampus Universitas Cendrawasih,
Abepura,Kota Jayapura,Papua,Senin (13/1) pagi.
Aksi penyambutan itu dilakukan dengan cara menyampaikan orasi secara
bergantian sejak pagi hingga pukul 13:00 WIT siang. Delegasi MSG telah
meninggalkan Kota Jayapura, menuju Bandara Sentani dengan mengunakan
Hellycopter miliki TNI.
Dalam aksi demo tersebut, mahasiswa GempaR membawa sejumlah spanduk yang menyoal kasus-kasus pelanggaran HAM di Tanah Papua.
“Masalah Papua bukan pembangunan, bukan kesejahteraan tapi status politik Papua,” tulis Gempar dalam pamflet yang ditempelkan dalam pintu masuk ke Gapura depan dekat jembatan penyeberangan Kampus Uncen di Abepura.
Menurut GempaR, status politik itu sangat berimplikasi kepada
penerapan demokrasi yang berlangsung di Tanah Papua. Banyak orang
menjadi tahanan politik dan korban nyawa terus berjatuhan.
“MSG harus melihat masalah Papua dengan baik dan benar serta
penegakan HAM dan demokrasi yang tidak berjalan baik terhadap rakyat
Papua.” demikian tertulis di salah satu pamflet GempaR.
Karena implikasi politiknya, rakyat Papua menjadi korban, Gempar meminta delegasi MSG bertemu rakyat Papua.
Namun sayangnya, harapan itu tidak terwujud. Agenda kunjungan MSG
yang sangat terbatas, hanya bertemu Gubernur Provinsi Papua dan juga
DPRP Papua. “Kami sangat sayangkan MSG hanya bertemu Gubernur Papua
kemudian meninggalkan Jayapura,” tutur Alfares Kapisa, kordinator
Lapangan Gempar di depan Pintu Gerbang masuk Kampus Uncen, Senin (13/1).
Kalaupun tidak berhasil bertemu masyarakat Papua, kalau delegasi
datang dengan keprihatinan masalah politik, lanjut dia, MSG bisa
beramsumsi mengapa mereka tidak bisa bertemu rakyat Papua.
“Sementara kelompok perlawanan ini masih eksis. Pasti Indonesia
menyembuyikan fakta,” tutur Marten Manggaprau, aktivist West Papua
Nasional Autority (WPNA).
Karena pemerintah Indonesia telah mengarahkan delegasi agar tidak
bertemu dengan kelompok-kelompok perlawanan,Marthen berharap, MSG tidak
serta merta menjawab aplikasi WPNCL. “MSG harus memberikan ruang khusus
lagi bertemu kelompok perlawanan sebelum ambil keputusan,” katanya.
Kalau MSG mengambil keputusan ber dasarkan kunjungan pertemuan dengan
gubernur dan DPRP lanjut dia sangatlah tidak objektif. “Mereka itu
bukan bagian dari kelompok perlawanan melainkan orang Papua yang pro
Indonesia,” tegas Marthen. (Jubi/Mawel)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar