Pages

Pages

Senin, 27 Januari 2014

Dibunuh, Meninggal, Mayatnya Hilang Tanpa Bekas.

Pembunuhan yang dilakukan oleh Militer Indonesia
di Tanah Papua. (FOTO/Dok)
Sebuah Peristiwa; Pembunuhan terhadap Riky Zonggonau, oleh Militer Indonesia. Di Paniai, Enarotali. Mayatnya hilang, “Tra tau dibuang kemana ?. Banyak peristiwa seperti ini, selalu dibungkam oleh Indonesia
 
 
  Oleh: Jackson Ikomouw*)

PADA 10 Oktober 2010. Waktu itu menggunakan sebuah kendaraan roda dua (Motor scorpions) saya keliling Kota tua peninggalan Belanda. Saat itu gelap gulita menutup jagat raya di Kota yang pernah dihancurkan Japan pasca perang Dunia ke-II itu. Ketika hendak melintasi jalan raya antara Iyaibutu dan Pasar baru, Enagotadi, Ibu Kota Kabupaten Paniai. Tiba-tiba roda dua yang saya mengendarai kehabisan bahan bakar/bensing, kemudian saya bermasud untuk menuju ke sebuah warung kios kecil milik orang butong disamping PLN Enagotadi untuk mengisi bahan bakar. Namun dengan sekuat tenaga saya mendorong motor itu.

   “ Kamu .. sungguh…..! saya dorong motor sangat-sangat capeh sekali, sampe keringan mengguyur di tubuhku.

Sambil mendorong Motor, saya melihat ke arah kanan, ada sekitar empat orang sedang buat keributan. Dari ke empat orang tersebut tiga lainnya ada genggam balok lima-lima di tangan mereka. Namun dua detik kemudian, dengan balok yang mereka pegang memukuli salah satu dari mereka itu “hinggah jatuh di tanah”. Ketika dilihat dari pertikaan jalan masuk pasar baru Enaro,  ketiga orang tersebut ada menggantungkan senjata laras panjang dibelakan  tubuh mereka.  Saat itu mereka mengolok-olok sambil memukul.

Ketika lihat dari dekat. waooo ternyata; Anggota Militer 753 yang melakukan pemukulan itu.  Perasaan saya; sangat ketakutan melihat mereka, namun saya dimintah oleh satu anggota untuk tidak memandang mereka, dan bahkan dimintah secepatnya dorong Motor saya, ini kata Dia, Kamu lihat-lihat kesini untuk apa ? Katanya. Perkataan Dia itu bikin saya sangat ketakutan. Cepat, kata Militer itu, “ko dorong ko punya motor itu, dari pada ko dapat tembak, “Tegas Tentara 753 Pos Enarotali itu secara emosional. Namun, dengan perasaan takut, saya mendorong motor kearah Warung/Kios untuk mengisi bensing ecerang.

Saat mengisi bensing, saya dilayani oleh seorang mama asal Butong. Kemudian saya memandang ke arah peristiwa pemukulan tadi. Ternyata, orang yang mereka pukul ditarik kaiya binatang ke dalam sebuah parit di samping kiri. Hal ini telah disaksikan juga oleh Ibu yang penjual Bensin. Kata Ibu itu, “Astafirulah hallajim, mereka berani sekali, masih jam 8 baru lakukan seperti begitu, “Kata ibu yang melayani saya itu.

 Maka, dari ketiga Militer tersebut; dua orang lainnya langsung pulang lewat jalan raya  dengan menggunakan Motor ke arah Kantor Kehutanan lama. Salah satunya,  menuju kearah saya, menggunakan sebuah kendaraan roda Dua. Warna merah. Nomor Polisi sudah dicopot.  Ketika dilihat dari dekat ternyata; anggota Tentara 753, Ia tugas di Pos Enarotali. Postur tubuh tinggi. Bahkan Ia pun ada gantung senjata dibelakan ditubuhnya. Ia sering main Bola Voly. Namanya Muda D. Asal dari Maluku.

Saat Ia tiba depan saya. Awalnya dia perhatikan motor saya, dan memandang  muka. Merasa sangat ketakutan sampe hati buk bak…buk bak..tra bisa tenang, ingin pulang secepatnya kerumah. Namun. Muna pun, mengisi bensin sekitar empat liter ditempat yang saya isi, akan tetapi Ia tidak membayarnya. Saat itu saya berpikir untuk lebih dahulukan Dia meninggalkan tempat  lalu saya pulang dari belakan, dari pada nanti Dia ikut saya dari belakan.

Seusai itu, saya pun langsung pulang ke rumah melalu jalan yang tadi saya lewat. Saat itu saya punya perasaan untuk melihat kondisi tubuh pada orang yang dipukuli, tetapi merasa sangat ketakutan namun saya langsung pulang ke rumah. Ketika tiba dirumah, kejadian tersebut saya ceritakan kepada adik-adik saya, yang  datang bermalam di rumahKu.


Waoo, Sabarah Didepan Rumah

DUA hari kemudian, Pada 13 Oktober 2010. Sebuah Kendaran roda empat atau sabarah milik kepolisian mendatangi  rumahku, saya kaget ketika kendarahan itu berhenti didepan rumah. Dalam sabarah tersebut ditumpangi enam orang. Dari enam orang tersebut, salah satu adalah teman saya Jhon Kobepa. Saya kenal Jhon saat Kulia, Ia se Kampus dengan saya di Kota Bandung, Jawa Barat.

 Saya tanya, Nogeii, mereka dengan masud apa kesini ? Tanya saya dengan perasaan takut, Ah..Nogeii mengenai Insiden kemarin lalu malam itu.  Karena, kata Jhon, “dari pihak kepolisian mau minta keterangan sebagai saksi, “Ujarnya.

“Nogei, siapa yang bilang saya sebagai saksi, dalam kronologis itu ? Tanya saya.

Kata Jhon; “Nogeii ana-ana yang tinggal di ko punya rumah itu yang kastau, kemarin malam ko ada cerita dengan dorang ka ? Tanya Jhon. Kemudian saya menjawab, “yaa, benar Nogeii kemarin  malam pulang dari PLN saya cerita dengan dorang mengenai peritiwa itu.

Bagimana dengan pertiwa itu ? Tanya saya.

Yang dibunuh itu, Riky Zonggonau. Ia Mahasiswa Akademi Keperawat (AKPER) itu. Sampai saat ini mayatnya  belum ditemukan, “tuturnya. Jadi , lanjut jhon, “Nogei ko jangan takut, kerena ko dipanggil piahk kepolisi hanya untuk diminta data seperti yang  ko saksikan malam kemarin itu. Kemudian Jhon Menambah, Bukan hanya ko saja yang saksi, tetapi ada beberapa ana-ana juga saksi dalam insiden ini.

Kemudian, kami menggunakan Sabarah menuju Kantor Polres Kabupaten Paniai di Kampung  Madi, untuk memberikan keterangan terkait pembuhan terhadap  Riky Zonggonau. Perjalanan yang kami tempu sekitar lima belas menit. Namun kami memasuki ruangan reserse untuk memberikan keterangan.

Walaupun, kami sudah memberikan keterangan terkait pembunuhan, Riky Zonggonau, Mahasiswa Akademi Keperwatan (Akper) sampai dengan saat ini, belum ada proses Hukum terhadap ketiga Anggota Militer Batalion 753 itu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar