Pages

Pages

Minggu, 15 Desember 2013

'Nenek Sihir' dan Reinkarnasinya Kami Tolak!

Oleh, Natalis Iyai*
 
'Nenek Sihir', siapakah itu? OTONOMI KHUSUS, OTSUS PLUS, UU Pembangunan Papua, dan yang lainnya yang tidak sesuai hati nurani rakyat Papua.

Pada tahun 2001 yang silam, datanglah 'Nenek Sihir' ini di bumi cendrawasih sebagai 'ratu yang baik,' yang dikirim langsung dari negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Dia ditugaskan untuk memadamkan isu-isu memanas yang terjadi di belahan bumi Papua. Datang sebagai solusi atas gejolak politik dan ideologi.

Selama ini, 'Nenek Sihir' telah berhasil menyihir sebagian lapisan rakyat Papua yang menguasai rakyat kebanyakan. Terbukti, hingga detik ini, dirinya masih diakui sebagai 'Ratu Penyelamat' oleh minoritas masyarakat Papua pemegang kuasa, untuk memenuhi segala masalah fundamental yang dihadapi oleh seantero rakyat Papua.

Bahkan, 'Nenek Sihir' begitu diagung-agungkan para petinggi sebagai dewa, solusi segala masalah. Sementara dia, 'sang Nenek Sihir' sedang dengan sitematis melingkarkan tali kuat ke leher setiap orang Papua, siap mencekik mereka.

Setelah empat tahun berlansung, Ratu ini diteliti dan dinilai dari berbagai lini seperti kaum intelektual, tokoh masyarakat, aktivis dan masyarakat itu sendiri. Maka munculah ide-ide dari pelbagai lini tersebut bahwa, ternyata Ratu ini tidak seperti yang diharapkan, namun dinilai gagal untuk mensejahterakan rakyat Papua.

Dan pada dasarnya, 'Nenek Sihir' ini adalah solusi 'gado-gado'nya RI meredam apa yang menjadi inti keinginan rakyat Papua: Papua Merdeka.

Maka semua lini ini persatukan ide-ide mereka untuk menolak kembali Ratu ini ke daerah asalnya. Aksi besar-besaran pada tahun 2005.

Namun apa yang terjadi? Setelah penolakan besar-besaran tersebut Ratu ini masih saja dipertahankan pusat dan daerah. Semakin banyak sudah rakyat papua yang menjadi manusia-manusia siap dicekik 'Sang Nenek Sihir.'

Karena eksistensinya terancam, 'Nenek Sihir mencoba merubah sampulnya, mencoba memakai topeng, sehingga menjadi seperti wajah baru, pembawa harapan baru, menjadi solusi jenis baru bagi rakyat Papua.

Otsus Plus. Dia wajah baru dari 'Nenek Sihir.' Bentuknya sama. Cara kerjanya sama. Sumbernya sama. Hanya nama yang berbeda. Berbeda nama karena telah berganti wajah. Dia satu jiwa: meredam keinginan besar rakyat Papua sejak 1961: Papua Merdeka!

Tak ayal lagi, keberadaan 'nenek Sihir' bersama boneka topeng-topengannya, Otsus Plus itu itolak secara mentah-mentah oleh aktivis dan intelek Papua. 'Nenek Sihir' lantas mengganti baju dan topeng. UP4B, itu salah satu namanya. Juga jangan lupa UU Pemerintahan papua. Dia salah satu nama barunya 'Nenek Sihir' itu.

RakyaPapua sadar, itu bukan yang mereka inginkan. Dengan berbagai cara, sampai pada angkat senjata, orang papua bicara: kami bukan minta apa-apa, kami minta dihargai sebagai salah satu bangsa di dunia ini yang berhak merdeka!. Sayangnya, Semua yang dilakukan oleh anak bangsa ini tidak di indahkan satupun oleh pemangku kebijakan daerah maupun pusat.

Pemerintah penghasil obat kepunahan bangsa Papua, juga pengirim 'Nenek Sihir' pembunuh dan pemotong mata rantai kehidupan kami ini harus membuka ruang bebas bersuara (demokrasi), untuk menerima ini hati kami. Itu harus, sebagai sebuah abngsa beradab.

Dan, kami masih terus menolak 'Nenek Sihir' dan reinkarnasinya terus bercokol di tanah air kami. Dia punya sumber yang sama, dia pemain lama, dia punya isi hati ayng sama, ingin meredam keinginan luhur kami sejak dahulu: hidup bebas merdeka di alam kami, menikmati segalanya yang tersedia buat kami.

Natalis Iyai, mahasiswa asal tanah Papua, kuliah di tanah Pasundan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar