Oleh, Natalis Iyai*
'Nenek
Sihir', siapakah itu? OTONOMI KHUSUS, OTSUS PLUS, UU Pembangunan
Papua, dan yang lainnya yang tidak sesuai hati nurani rakyat Papua.
Pada
tahun 2001 yang silam, datanglah 'Nenek Sihir' ini di bumi cendrawasih
sebagai 'ratu yang baik,' yang dikirim langsung dari negara kesatuan
republik Indonesia (NKRI). Dia ditugaskan untuk memadamkan isu-isu
memanas yang terjadi di belahan bumi Papua. Datang sebagai solusi
atas gejolak politik dan ideologi.
Selama
ini, 'Nenek Sihir' telah berhasil menyihir sebagian lapisan rakyat
Papua yang menguasai rakyat kebanyakan. Terbukti, hingga detik ini,
dirinya masih diakui sebagai 'Ratu Penyelamat' oleh minoritas
masyarakat Papua pemegang kuasa, untuk memenuhi segala masalah
fundamental yang dihadapi oleh seantero rakyat Papua.
Bahkan,
'Nenek Sihir' begitu diagung-agungkan para petinggi sebagai dewa,
solusi segala masalah. Sementara dia, 'sang Nenek Sihir' sedang
dengan sitematis melingkarkan tali kuat ke leher setiap orang Papua,
siap mencekik mereka.
Setelah
empat tahun berlansung, Ratu ini diteliti dan dinilai dari berbagai
lini seperti kaum intelektual, tokoh masyarakat, aktivis dan
masyarakat itu sendiri. Maka munculah ide-ide dari pelbagai lini
tersebut bahwa, ternyata Ratu ini tidak seperti yang diharapkan,
namun dinilai gagal untuk mensejahterakan rakyat Papua.
Dan
pada dasarnya, 'Nenek Sihir' ini adalah solusi 'gado-gado'nya RI
meredam apa yang menjadi inti keinginan rakyat Papua: Papua Merdeka.
Maka
semua lini ini persatukan ide-ide mereka untuk menolak kembali Ratu
ini ke daerah asalnya. Aksi besar-besaran pada tahun 2005.
Namun
apa yang terjadi? Setelah penolakan besar-besaran tersebut Ratu ini
masih saja dipertahankan pusat dan daerah. Semakin banyak sudah
rakyat papua yang menjadi manusia-manusia siap dicekik 'Sang Nenek
Sihir.'
Karena
eksistensinya terancam, 'Nenek Sihir mencoba merubah sampulnya,
mencoba memakai topeng, sehingga menjadi seperti wajah baru, pembawa
harapan baru, menjadi solusi jenis baru bagi rakyat Papua.
Otsus
Plus. Dia wajah baru dari 'Nenek Sihir.' Bentuknya sama. Cara
kerjanya sama. Sumbernya sama. Hanya nama yang berbeda. Berbeda nama
karena telah berganti wajah. Dia satu jiwa: meredam keinginan besar
rakyat Papua sejak 1961: Papua Merdeka!
Tak
ayal lagi, keberadaan 'nenek Sihir' bersama boneka
topeng-topengannya, Otsus Plus itu itolak secara mentah-mentah oleh
aktivis dan intelek Papua. 'Nenek Sihir' lantas mengganti baju dan
topeng. UP4B, itu salah satu namanya. Juga jangan lupa UU
Pemerintahan papua. Dia salah satu nama barunya 'Nenek Sihir' itu.
RakyaPapua
sadar, itu bukan yang mereka inginkan. Dengan berbagai cara, sampai
pada angkat senjata, orang papua bicara: kami bukan minta apa-apa,
kami minta dihargai sebagai salah satu bangsa di dunia ini yang
berhak merdeka!. Sayangnya, Semua yang dilakukan oleh anak bangsa ini
tidak di indahkan satupun oleh pemangku kebijakan daerah maupun
pusat.
Pemerintah
penghasil obat kepunahan bangsa Papua, juga pengirim 'Nenek Sihir'
pembunuh dan pemotong mata rantai kehidupan kami ini harus membuka
ruang bebas bersuara (demokrasi), untuk menerima ini hati kami. Itu
harus, sebagai sebuah abngsa beradab.
Dan,
kami masih terus menolak 'Nenek Sihir' dan reinkarnasinya terus
bercokol di tanah air kami. Dia punya sumber yang sama, dia pemain
lama, dia punya isi hati ayng sama, ingin meredam keinginan luhur
kami sejak dahulu: hidup bebas merdeka di alam kami, menikmati
segalanya yang tersedia buat kami.
Natalis
Iyai, mahasiswa asal tanah Papua, kuliah di tanah Pasundan.
Sumber : www.majalahselangkah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar