Pages

Pages

Minggu, 15 Desember 2013

Mandela, Gus Dur, Theys Eluay: Mewariskan Damai di Dunia

YOGYA. TIMIPOTU NEWS. Banyak pemimpin yang berganti-ganti dan akan meninggalkan nilai-nilai tertentu, selanjutnya nilai-nilai itu akan dikenang oleh manusia. Di dunia ini, banyak pemimpin yang muncul tetapi belum tentu semua pemimpin akan mewariskan damai diantara sesama manusia tanpa membeda-bedakan ras, agama, suku, bahasa, dan budaya.

Pada akhir-akhir ini, dengan kepergiannya bapak pemimpin anti-apartheid, “Nelson Mandela” membuat banyak petinggi-petinggi negara dari berbagai negara kembali mengungkapkan bela sungkawa. 

Dunia pun berkabung. Berbagai ungkapan bela sungkawa oleh pemimpin dunia terus berdatangan. Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma mengumumkan kematian Mandela itu lewat siaran televisi nasional. "Mari kita tegakkan kembali visinya atas sebuah masyarakat tidak mengeksploitasi satu sama lain, seperti dilansir BBC, Jumat (6/12/2013).

SBY dan Budiono pun kembali mengungkapkan bela sungkawa melalui pidato di istana negara pada, 5 Desember 2013. Mantan presiden “Megawati Soekarno Putri” juga kembali mengungkapkan bela sungkawa dalam minggu yang sama. Saya sangat bela sungkawa terhadap meninggalkan bapak pemimpin Anti-Apartheid, Katanya Megawati.

Memang, Mandela pantas untuk diberikan jempolan karena jasa Mandela telah menghapus diskriminasi dan perbudakan di negaranya. Tidak heran, Mandela bersama Presiden Afrika Selatan Frederik Willem de Klerk pada 1993 menerima Nobel Perdamaian. 

Setelah Mandela wafat, semua manusia kembali dikenang atas jasanya. Satu ungkapan Mandelan dalam perjuangan menghapus rasis adalah "Jika kamu ingin berdamai dengan musuhmu, kamu harus bekerja sama dengan musuhmu dan Mereka kemudian akan menjadi rekan kerjamu." Itulah kata Mandela dalam perjuangan diantara banyak musuh.

Begitu terdengarnya berita duka atas kepergiannya Nelson Mandela, Indonesia kembali teringat atas jasanya bapak pluralisme “GUS DUR. Banyak masyarakat Indonesia mengindentikan Mandela dengan GUS DUR. 

Tidak salah, masyarakat kembali teringat jasanya bapak GUS DUR karena memang Gus Dur kembali mempersatukan ras, kebudayaan, dan agama. Gus Dus tidak pernah membeda-bedakan ras, agama, dan budaya yang ada di Indonesia.

Walaupun kepemimpinan Gus Dur hanya sementara saja, Gus Dur telah mendapatkan sebuah nama khas “bapak pluralisme, bapak kultur, dan bapak pembawah damai dalam berbagai kultur yang ada di Indonesia. Hal itu kembali terlihat ketika orang Papua “RAS MELANESIA” mengatakan, Gus Dur adalah bapak pluralisme dan guru orang Papua. Sementara dari agama juga kembali memberikan sebuah jempolan karena Gus Dur kembali mempersatukan agama-agama yang sebelumnya belum di akui di Indonesia.

Gus Dus lebih menghargai ras, agama, dan Budaya bangsa yang ada. Dalam kepemimpinannya, Gus Dur mengakui orang Papua mempunyai lambang daerah yang kini dikenal dengan “Bintang Kejora” sementara, Aceh juga kembali diakui oleh Gus Dur dengan sebuah nama “GAM”. Itulah Gus Dus adalah bapak budaya bangsa Indonesia.

Semenjak Gus Dur menghembuskan nafas kehidupan terakhir, banyak orang kembali mengungkapkan bela Sungkawa. Orang Papua sangat-sangat merasa kehilangan pemimpin KULTURAL dan ras, orang Cina merasa kehilangan pemimpin pemersatu agama, orang Aceh kembali merasakan kehilangan pemimpin budaya di Indonesia. Itulah nilai-nilai yang mewariskan Gus Dur.

Hal itu sama dengan kepergiannya THEYS H. ElUAY. Begitu terdengarnya berita duka atas penculikan dan pembunuhan terhadap Theys, dunia seakan-akan tergoncang. Theys telah di bunuh oleh KOPASSUS gabungan TNI/POLRI Indonesia pada,10 November 2011 silam.

Theys dikenal sebagai pejuang bangsa Papua yang dilakukan dengan damai. Semua perjuangan Theys selalu dilaksanakan dalam damai, bermartabat dan demokratis. Semua masyarakat Papua maupun non Papua yang ada di bumi Papua tertarik dengan perjuangan damai yang dijalankan Theys demi tanah dan manusia Papua. Perjuangan damai Theys itu menarik perhatian dari berbagai komponen masyarakat baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Theys mengatakan, Hidup adalah perjuangan maka saya akan berjuang dan saya hidup maka saya akan berjuang untuk tanah dan masyarakat Papua yang sama rasnya “Melanesia”. Perjuangan Theys bukan untuk dirinya sendiri tetapi perjuangannya adalah bagi penegakan hak-hak dasar masyarakat Papua, penegakan kebenaran dan keadilan bagi manusia Papua sebagai manusia yang sama dengan manusia-manusia lain di muka bumi ini.

Theys adalah sosok pejuang damai. Mengapa? Salah satu jawaban adalah orang Papua adalah orang yang beradab. Sementara itu, pengaruh Theys yang begitu besar dalam menyadarkan manusia Papua demi mengangkat harkat dan martabat manusia Papua. 

Perjuangan Theys telah menunjukan di publik bahwa bangsa Papua adalah bangsa yang beradab, bangsa yang menghargai kemanusiaan, dan bangsa yang ingin damai dengan siapapun di muka bumi ini. Di tempat lain boleh rusuh tetapi tidak boleh terjadi di Papua. Di ras lain boleh melakukan kejahatan dan membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi orang Papua ras Melanesia tidak seperti itu. Orang Papua Ras Melanesia adalah orang yang memiliki kemanusiaan yang mana harus hidup damai antara sesama manusia. Itulah kata-kata Theys.

Perjuangan damai Theys telah menyerut banyak komentar posisitf. Menurut Pieter Ell, Kordinator Kontras Papua, perjuangan yang dilakukan oleh Theys ini sama persis seperti yang dijalani oleh Mahatma Gandhi dari India, yaitu memakai cara non violence “berjuang tanpa kekerasan”. Sementara itu, pendeta Infandi menilai, Theys sebagai orang yang mempunyai jiwa besar dan bisa menerima semua orang. Theys merupakan orang yang selalu bersandar pada Tuhan. Theys selalu mengatakan bahwa perjuangan ini tidak tergantung pada Indonesia atau negara manapun. Tapi, semua tergantung pada Tuhan.

Banyak kalangan menilai Theys merupakan tokoh pembaharu yang membawa damai di negari Papua. Ia dianggap sebagai tokoh yang punya peran besar dalam stabilitas keamanan di Papua. Rakyat Papua yang sudah sekian lama dan hari demi hari selalu hidup dalam segala bentuk kekerasan dari militer itu, mereka sangat berhadap kepada Theys untuk bisa dibebaskan dari tindakan-tindakan kekerasan militer terhadap diri mereka. Tidak heran, banyak rakyat Papua turun aksi menutupi jalan di kota jayapura dan di seluruh Papua atas kepergiannya Theys. 

Kepergian Theys mendatangkan luka yang mendalam bagi masyarakat Papua. Tidak heran banyak yang mengutuk bahwa tindakan yang dilakukan terhadap Theys adalah tindakan biadab dan diluar prikemanusiaan.

Di akhir tulisan ini, yang menjadi pertanyaan besar adalah “siapa yang akan muncul pemimpin pembawah damai di Indoesia?, siapa yang akan mendamaikan Indonesia yang selalu saja terjadi pelanggaran HAM di Indonesia? Dan siapa yang akan membebaskan wilayah-wilayah yang sedang ditindas, dijajah oleh penguasa negara Indonesia ini? (Bidaipouga Mote)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar