YOGYA.
TIMIPOTU NEWS.
Banyak
pemimpin yang berganti-ganti dan akan meninggalkan nilai-nilai
tertentu, selanjutnya nilai-nilai itu akan dikenang oleh manusia. Di
dunia ini, banyak pemimpin yang muncul tetapi belum tentu semua
pemimpin akan mewariskan damai diantara sesama manusia tanpa
membeda-bedakan ras, agama, suku, bahasa, dan budaya.
Pada
akhir-akhir ini, dengan kepergiannya bapak pemimpin anti-apartheid,
“Nelson Mandela” membuat banyak petinggi-petinggi negara dari
berbagai negara kembali mengungkapkan bela sungkawa.
Dunia
pun berkabung. Berbagai ungkapan bela sungkawa oleh pemimpin dunia
terus berdatangan. Presiden Afrika Selatan Jacob
Zuma
mengumumkan
kematian Mandela itu lewat siaran televisi nasional. "Mari kita
tegakkan kembali visinya atas sebuah masyarakat tidak mengeksploitasi
satu sama lain, seperti dilansir BBC, Jumat (6/12/2013).
SBY
dan Budiono pun kembali mengungkapkan bela sungkawa melalui pidato di
istana negara pada, 5 Desember 2013. Mantan presiden “Megawati
Soekarno Putri” juga kembali mengungkapkan bela sungkawa dalam
minggu yang sama. Saya sangat bela sungkawa terhadap meninggalkan
bapak pemimpin Anti-Apartheid, Katanya Megawati.
Memang,
Mandela pantas untuk diberikan jempolan karena jasa Mandela telah
menghapus diskriminasi dan perbudakan di negaranya. Tidak heran,
Mandela bersama Presiden Afrika Selatan Frederik Willem de Klerk pada
1993 menerima Nobel Perdamaian.
Setelah
Mandela wafat, semua manusia kembali dikenang atas jasanya. Satu
ungkapan Mandelan dalam perjuangan menghapus rasis adalah "Jika
kamu ingin berdamai dengan musuhmu, kamu harus bekerja sama dengan
musuhmu dan Mereka kemudian akan menjadi rekan kerjamu." Itulah
kata Mandela dalam perjuangan diantara banyak musuh.
Begitu
terdengarnya berita duka atas kepergiannya Nelson Mandela, Indonesia
kembali teringat atas jasanya bapak pluralisme “GUS DUR. Banyak
masyarakat Indonesia mengindentikan Mandela dengan GUS DUR.
Tidak
salah, masyarakat kembali teringat jasanya bapak GUS DUR karena
memang Gus Dur kembali mempersatukan ras, kebudayaan, dan agama. Gus
Dus tidak pernah membeda-bedakan ras, agama, dan budaya yang ada di
Indonesia.
Walaupun
kepemimpinan Gus Dur hanya sementara saja, Gus Dur telah mendapatkan
sebuah nama khas “bapak pluralisme, bapak kultur, dan bapak
pembawah damai dalam berbagai kultur yang ada di Indonesia. Hal itu
kembali terlihat ketika orang Papua “RAS MELANESIA” mengatakan,
Gus Dur adalah bapak pluralisme dan guru orang Papua. Sementara dari
agama juga kembali memberikan sebuah jempolan karena Gus Dur kembali
mempersatukan agama-agama yang sebelumnya belum di akui di Indonesia.
Gus
Dus lebih menghargai ras, agama, dan Budaya bangsa yang ada. Dalam
kepemimpinannya, Gus Dur mengakui orang Papua mempunyai lambang
daerah yang kini dikenal dengan “Bintang Kejora” sementara, Aceh
juga kembali diakui oleh Gus Dur dengan sebuah nama “GAM”. Itulah
Gus Dus adalah bapak budaya bangsa Indonesia.
Semenjak
Gus Dur menghembuskan nafas kehidupan terakhir, banyak orang kembali
mengungkapkan bela Sungkawa. Orang Papua sangat-sangat merasa
kehilangan pemimpin KULTURAL dan ras, orang Cina merasa kehilangan
pemimpin pemersatu agama, orang Aceh kembali merasakan kehilangan
pemimpin budaya di Indonesia. Itulah
nilai-nilai yang mewariskan Gus Dur.
Hal
itu sama dengan kepergiannya THEYS H. ElUAY. Begitu terdengarnya
berita duka atas penculikan dan pembunuhan terhadap Theys, dunia
seakan-akan tergoncang. Theys telah di bunuh oleh KOPASSUS gabungan
TNI/POLRI Indonesia pada,10 November 2011 silam.
Theys
dikenal sebagai pejuang bangsa Papua yang dilakukan dengan damai.
Semua
perjuangan Theys selalu dilaksanakan dalam damai, bermartabat dan
demokratis. Semua masyarakat Papua maupun non Papua yang ada di bumi
Papua tertarik dengan perjuangan damai yang dijalankan Theys demi
tanah dan manusia Papua. Perjuangan damai Theys itu menarik perhatian
dari berbagai komponen masyarakat baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.
Theys
mengatakan, Hidup
adalah perjuangan maka saya akan berjuang dan saya hidup maka saya
akan berjuang untuk tanah dan masyarakat Papua yang sama rasnya
“Melanesia”.
Perjuangan Theys bukan untuk dirinya sendiri tetapi perjuangannya
adalah bagi penegakan hak-hak dasar masyarakat Papua, penegakan
kebenaran dan keadilan bagi manusia Papua sebagai manusia yang sama
dengan manusia-manusia lain di muka bumi ini.
Theys
adalah sosok pejuang damai. Mengapa? Salah satu jawaban adalah orang
Papua adalah orang yang beradab. Sementara itu, pengaruh Theys yang
begitu besar dalam menyadarkan manusia Papua demi mengangkat harkat
dan martabat manusia Papua.
Perjuangan
Theys telah menunjukan di publik bahwa bangsa Papua adalah bangsa
yang beradab, bangsa yang menghargai kemanusiaan, dan bangsa yang
ingin damai dengan siapapun di muka bumi ini. Di tempat lain boleh
rusuh tetapi tidak boleh terjadi di Papua. Di ras lain boleh
melakukan kejahatan dan membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi
orang Papua ras Melanesia tidak seperti itu. Orang Papua Ras
Melanesia adalah orang yang memiliki kemanusiaan yang mana harus
hidup damai antara sesama manusia. Itulah kata-kata Theys.
Perjuangan
damai Theys telah menyerut banyak komentar posisitf. Menurut Pieter
Ell,
Kordinator Kontras Papua, perjuangan yang dilakukan oleh Theys ini
sama persis seperti yang dijalani oleh Mahatma Gandhi dari India,
yaitu memakai cara non
violence
“berjuang tanpa kekerasan”. Sementara itu, pendeta Infandi
menilai, Theys sebagai orang yang mempunyai jiwa besar dan bisa
menerima semua orang. Theys merupakan orang yang selalu bersandar
pada Tuhan. Theys selalu mengatakan bahwa perjuangan ini tidak
tergantung pada Indonesia atau negara manapun. Tapi, semua tergantung
pada Tuhan.
Banyak
kalangan menilai Theys merupakan tokoh pembaharu yang membawa damai
di negari Papua. Ia dianggap sebagai tokoh yang punya peran besar
dalam stabilitas keamanan di Papua. Rakyat Papua yang sudah sekian
lama dan hari demi hari selalu hidup dalam segala bentuk kekerasan
dari militer itu, mereka sangat berhadap kepada Theys untuk bisa
dibebaskan dari tindakan-tindakan kekerasan militer terhadap diri
mereka. Tidak heran, banyak rakyat Papua turun aksi menutupi jalan di
kota jayapura dan di seluruh Papua atas kepergiannya Theys.
Kepergian
Theys mendatangkan luka yang mendalam bagi masyarakat Papua. Tidak
heran banyak yang mengutuk bahwa tindakan yang dilakukan terhadap
Theys adalah tindakan biadab dan diluar prikemanusiaan.
Di
akhir tulisan ini, yang menjadi pertanyaan besar adalah “siapa yang
akan muncul pemimpin pembawah damai di Indoesia?, siapa yang akan
mendamaikan Indonesia yang selalu saja terjadi pelanggaran HAM di
Indonesia? Dan siapa yang akan membebaskan wilayah-wilayah yang
sedang ditindas, dijajah oleh penguasa negara Indonesia ini?
(Bidaipouga
Mote)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar