Aktivis Papua Merdeka yang berkampanye di Universitas Oxford (http://oxfordstudent.com) |
Jayapura, 31/10 – Lokasi ujian Universitas Oxford, Inggris
menjadi tempat berunjukrasa aktivis Papua Merdeka di Inggris, Rabu
(30/10).
Aktivis Papua Merdeka ini berunjuk rasa saat kedatangan Wakil
Presiden Indonesia, Budiono, yang diundang oleh Universitas Oxford untuk
berbicara tentang Transformasi Indonesia : Tantangan Pemerintahan Yang
Baik dan Pembangunan Ekonomi. Mereka membawa spanduk dan dan
mengibarkan bendera Bintang Kejora di pintu masuk utama universitas.
Serogo Tabuni, pemimpin para pengunjukrasa ini, seperti dilansir situs http://oxfordstudent.com,
mengatakan, “Indonesia telah secara ilegal diduduki Papua Barat selama
lima puluh tahun, dan pembunuhan, penyiksaan dan intimidasi masih
terjadi sampai hari ini. Tidak ada demokrasi dan tidak ada jurnalisme
yang terbuka di Papua Barat. Bahkan organisasi seperti Palang Merah dan
Amnesty dilarang.”
Serogo menambahkan bahwa orang Papua tidak akan pernah menyerah
melawan kolonialisme Indonesia untuk menentukan nasib sendiri. Para
pengunjukrasa ini mengklaim kampanye mereka telah mendapat dukungan dari
tokoh masyarakat di Oxford termasuk Walikota Oxford dan mantan Uskup
Oxford.
Lauren Horswell, warga Inggris yang mendukung Gerakan Papua Merdeka,
berpendapat sangatlah ironis sementar situasi di Papua Barat
memprihatinkan namun pihak universitas malah mengundang Wakil Presiden
Indonesia untuk berbicara mengenai good governance.
“Mereka (Universitas-red) harus berpikir tentang orang-orang yang
mereka ajak bicara dan pesan-pesan yang mungkin mereka bawa. Dan meminta
mereka untuk mempertimbangkan beberapa perspektif yang berbeda.” lanjut
Horswell, memberikan saran buat Universitas Oxford.
“Saya tidak punya masalah dengan Wakil Presiden yang diberi platform
untuk berbicara, tetapi kampanye seperti ini harus diberikan platform
juga.” tambah Horswell.
Charlie Silver, seorang mahasiswa kimia mengaku tidak tahu apa yang sedang terjadi di Papua.
“Tapi tampaknya ini merupakan sesuatu yang diakui. Ini akan menarik untuk mengetahui lebih banyak dan melihat apakah para pengunjuk rasa memiliki sesuatu yang valid dalam kasus mereka.” kata mahasiswa Oxford ini.
Kuliah Dr Boediono di Universitas Oxford ini merupakan bagian dari
program yang diselenggarakan oleh Universitas Blavatnik School of
Government. (Jubi/Victor Mambor)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar