Pages

Pages

Sabtu, 02 November 2013

BOEDIONO DISAMBUT BINTANG KEJORA DI OXFORD

Aktivis Papua Merdeka yang berkampanye di Universitas Oxford (http://oxfordstudent.com)
Jayapura, 31/10  – Lokasi ujian Universitas Oxford, Inggris menjadi tempat berunjukrasa aktivis Papua Merdeka di Inggris, Rabu (30/10).

Aktivis Papua Merdeka ini berunjuk rasa saat kedatangan Wakil Presiden Indonesia, Budiono, yang diundang oleh Universitas Oxford untuk berbicara tentang  Transformasi Indonesia : Tantangan Pemerintahan Yang Baik dan Pembangunan Ekonomi. Mereka membawa spanduk dan dan mengibarkan bendera Bintang Kejora di pintu masuk utama universitas.

Serogo Tabuni, pemimpin para pengunjukrasa ini, seperti dilansir situs http://oxfordstudent.com, mengatakan, “Indonesia telah secara ilegal diduduki Papua Barat selama lima puluh tahun, dan pembunuhan, penyiksaan dan intimidasi masih terjadi sampai hari ini. Tidak ada demokrasi dan tidak ada jurnalisme yang terbuka di Papua Barat. Bahkan organisasi seperti Palang Merah dan  Amnesty dilarang.”

Serogo menambahkan bahwa orang Papua tidak akan pernah menyerah melawan kolonialisme Indonesia untuk menentukan nasib sendiri. Para pengunjukrasa ini mengklaim kampanye mereka telah mendapat dukungan dari tokoh masyarakat di Oxford termasuk Walikota Oxford dan mantan Uskup Oxford.

Lauren Horswell, warga Inggris yang mendukung Gerakan Papua Merdeka, berpendapat sangatlah ironis sementar situasi di Papua Barat memprihatinkan namun pihak universitas malah mengundang Wakil Presiden Indonesia untuk berbicara mengenai good governance.

“Mereka (Universitas-red) harus berpikir tentang orang-orang yang mereka ajak bicara dan pesan-pesan yang mungkin mereka bawa. Dan meminta mereka untuk mempertimbangkan beberapa perspektif yang berbeda.” lanjut Horswell, memberikan saran buat Universitas Oxford.

“Saya tidak punya masalah dengan Wakil Presiden yang diberi platform untuk berbicara, tetapi kampanye seperti ini harus diberikan platform juga.” tambah Horswell.

Charlie Silver, seorang mahasiswa kimia mengaku tidak tahu apa yang sedang terjadi di Papua.

“Tapi tampaknya ini merupakan sesuatu yang diakui. Ini akan menarik untuk mengetahui lebih banyak dan melihat apakah para pengunjuk rasa memiliki sesuatu yang valid dalam kasus mereka.” kata mahasiswa Oxford ini.

Kuliah Dr Boediono di Universitas Oxford ini merupakan bagian dari program yang diselenggarakan oleh Universitas Blavatnik School of Government. (Jubi/Victor Mambor)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar