Anggota TPN/OPM (http://suarabaptis.blogspot.com) |
Jayapura, 29/10 (Jubi) – Beberapa peristiwa penting yang terjadi
di Papua sejak tahun 1990 masih memberikan pengaruh hingga saat ini.
Salah satunya adalah konflik bersenjata antara militer Indonesia dengan
TPN/OPM.
Berikut adalah beberapa peristiwa penting tersebut yang terjadi pada tahun 1991 hingga 1992.
Mei 1991
Sebuah keputusan pengadilan Indonesia ditetapkan kepada seorang pilot Swiss secara in absentia. Pilot ini dihukum enam tahun penjara. Sang pilot diduga mendaratkan pesawat Cessna di daerah perbatasan dengan amunisi dan kamera untuk TPN/OPM. Pilot ini diyakini bersembunyi di hutan atau telah menyelinap ke negara lain melalui PNG .
Sebuah keputusan pengadilan Indonesia ditetapkan kepada seorang pilot Swiss secara in absentia. Pilot ini dihukum enam tahun penjara. Sang pilot diduga mendaratkan pesawat Cessna di daerah perbatasan dengan amunisi dan kamera untuk TPN/OPM. Pilot ini diyakini bersembunyi di hutan atau telah menyelinap ke negara lain melalui PNG .
Agustus 1991
Seorang pemimpin Organisasi Papua Merdeka (OPM), Melkianus Salossa, yang melarikan diri dari penjara pada awal bulan ini, ditemukan tewas di hutan Papua Barat. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan Indonesia pada bulan Maret 1991, setelah ia ditangkap di PNG pada bulan Mei 1990 dan dideportasi ke Indonesia .
Seorang pemimpin Organisasi Papua Merdeka (OPM), Melkianus Salossa, yang melarikan diri dari penjara pada awal bulan ini, ditemukan tewas di hutan Papua Barat. Dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan Indonesia pada bulan Maret 1991, setelah ia ditangkap di PNG pada bulan Mei 1990 dan dideportasi ke Indonesia .
November 1991
Tentara Indonesia membunuh tiga gerilyawan TPN/OPM dalam bentrokan di hutan pedalaman Papua. Pasukan TNI juga mengumpulkan senjata dan amunisi dari para anggota TPN/OPM ini.
Tentara Indonesia membunuh tiga gerilyawan TPN/OPM dalam bentrokan di hutan pedalaman Papua. Pasukan TNI juga mengumpulkan senjata dan amunisi dari para anggota TPN/OPM ini.
Januari 1992
Menteri Luar Negeri PNG Sir Michael Somare menegaskan kembali komitmen negaranya untuk menjaga hubungan erat dan hangat dengan Indonesia. Menteri juga mengulangi penolakan pemerintahnya untuk mendukung perjuangan OPM, dengan memerintahkan mereka kembali ke Indonesia . Indonesia percaya bahwa PNG menawarkan perlindungan kepada para anggota TPN/OPM.
Menteri Luar Negeri PNG Sir Michael Somare menegaskan kembali komitmen negaranya untuk menjaga hubungan erat dan hangat dengan Indonesia. Menteri juga mengulangi penolakan pemerintahnya untuk mendukung perjuangan OPM, dengan memerintahkan mereka kembali ke Indonesia . Indonesia percaya bahwa PNG menawarkan perlindungan kepada para anggota TPN/OPM.
Maret 1992
Pejabat Indonesia dan PNG bertemu untuk membahas masuknya ratusan pengungsi yang melarikan diri ke daerah perbatasan menyusul bentrokan antara TPN/OPM dan pasukan Indonesia. Ada sekitar 6.500 pengungsi di kamp-kamp PBB di daerah perbatasan PNG. Pasukan Indonesia mengklaim bahwa anggota TPN/OPM yang keluar untuk mengganggu pemilihan umum Indonesia saat itu ditahan di tahanan Papua.
Pejabat Indonesia dan PNG bertemu untuk membahas masuknya ratusan pengungsi yang melarikan diri ke daerah perbatasan menyusul bentrokan antara TPN/OPM dan pasukan Indonesia. Ada sekitar 6.500 pengungsi di kamp-kamp PBB di daerah perbatasan PNG. Pasukan Indonesia mengklaim bahwa anggota TPN/OPM yang keluar untuk mengganggu pemilihan umum Indonesia saat itu ditahan di tahanan Papua.
Juli 1992
Pemerintah Indonesia mempromosikan 13 tentara yang terlibat dalam pembunuhan seorang pemimpin TPN/OPM bulan Juni 2013 .
Pemerintah Indonesia mempromosikan 13 tentara yang terlibat dalam pembunuhan seorang pemimpin TPN/OPM bulan Juni 2013 .
Agustus 1992
Indonesia mencapai kesepakatan dengan PNG untuk membuka Konsulat di Vanimo. Pada bulan yang sama, Otoritas Indonesia menjatuhkan hukuman penjara selama delapan tahun kepada Bendahara Yayasan Pendidikan Kristen, yang dinyatakan bersalah melakukan tindakan subversi membantu pemberontak OPM dengan senjata dan makanan. Pemerintah Indonesia mengklaim bahwa 44 pemberontak telah menyerah dalam beberapa bulan terakhir kepada pasukan keamanan Indonesia. Komandan militer Papua (saat itu Irian Jaya) telah mengesampingkan kompromi dengan anggota TPN/OPM.
Indonesia mencapai kesepakatan dengan PNG untuk membuka Konsulat di Vanimo. Pada bulan yang sama, Otoritas Indonesia menjatuhkan hukuman penjara selama delapan tahun kepada Bendahara Yayasan Pendidikan Kristen, yang dinyatakan bersalah melakukan tindakan subversi membantu pemberontak OPM dengan senjata dan makanan. Pemerintah Indonesia mengklaim bahwa 44 pemberontak telah menyerah dalam beberapa bulan terakhir kepada pasukan keamanan Indonesia. Komandan militer Papua (saat itu Irian Jaya) telah mengesampingkan kompromi dengan anggota TPN/OPM.
November 1992
Kepala Angkatan Darat Indonesia, Jenderal Eddi Sudradjat, telah menyerukan untuk mengejar anggota TPN/OPM . Dia mengatakan kepada sekelompok perwira milite, ” Kita harus memberikan perhatian serius untuk mengatasi gangguan keamanan ini, sekali dan untuk seluruhnya.” ( United Press Int’l , 11/17/92 ). (Jubi/Victor Mambor)
Kepala Angkatan Darat Indonesia, Jenderal Eddi Sudradjat, telah menyerukan untuk mengejar anggota TPN/OPM . Dia mengatakan kepada sekelompok perwira milite, ” Kita harus memberikan perhatian serius untuk mengatasi gangguan keamanan ini, sekali dan untuk seluruhnya.” ( United Press Int’l , 11/17/92 ). (Jubi/Victor Mambor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar