Pages

Pages

Kamis, 25 Juli 2013

SIL : 130 Bahasa Ibu Di Papua Yang Masih Aktif

275 Bahasa Ibu di Tanah Papua (Jubi/Alex)

Jayapura - Menurut Summer Institute of Linguistic (SIL) Papua, dari 275 bahasa ibu yang ada di tanah Papua, hanya 130 bahasa yang masih aktif dan digunakan masyarakat di wilayah paling timur di Indinesia ini. Sementara lainnya dalam posisi terancam bahkan sebagian telah punah seiring dengan perkembangan jaman.  

Peneliti dari SIL Papua, Jecklin kepada wartawan, di Jayapura, Selasa (23/7) menjelaskan, beberapa faktor yang menyebabkan bahasa ibu terancam bahkan telah punah adalah karena bahasa Indonesia lebih dominan digunakan oleh masyarakat asli Papua dalam berinteraksi satu dengan yang lain mulai di tingkat kota hingga ke pelosok kampung, perkawinan campur antara satu suku dengan suku yang lain, dan akibat perang suku sehingga bahasa dimusnahkan. 


“Ketahanan bahasa sampai saat ini hanya 130 bahasa yang masih kuat. Sedangkan sisanya ada pada posisi terancam dan bahkan sudah punah. Temuan ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan setiap 10 tahun sekali sejak 1963. Dimana penelitian itu dilakukan berdasarkan demografi dan ketahanan bahasa,” jelasnya. 

Dikatakannya, bahasa yang sudah punah misalnya bahasa Dusnar dan Tandia di wilayah Kabupaten Teluk Wondama Papua Barat, dimana masyarakat asli daerah sana lebih cenderung menggunakan bahasa wandamen dan bahasa melayu atau bahasa Indonesia. Kemudian bahasa Tofanma di wilayah Namla dan bahasa Saponi di wilayah kabupaten Waropen.

“Meski sebagian bahasa tersebut terancam punah namun sebagai bentuk penghargaan SIL Papua tetap memasukkan bahasa-bahasa tersebut kedalam daftar 275 bahasa ibu yang ada di Papua. Bahkan telah dimasukkan dalam kamus ensiklopedia yang dipublikasikan ke seluruh dunia,” katanya. 

Sementara itu, Asisten III Sekda Provinsi Papua Waryoto mengatakan, dengan adanya kerja keras dari SIL bertahun-tahun telah memberikan gambaran kepada kita, kazana budaya yang ada di Papua luar biasa. ”Muda-mudahan dengan adanya hasil dari SIL akan memberikan masukan kepada kita untuk memberikan suatu gambaran kedepan sehingga potensi ini harus kita pertahankan dan digali serta pelihara agar supaya bisa membuat suatu ciri khas Provinsi Papua sendiri,” kata Waryoto. 

Menurut Dia, yang tak kalah penting untuk diingat adalah bahasa pemersatu kita adalah bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar di tanah Papua dan sekolah-sekolah. Karena kalau kita lihat diseluruh provinsi yang ada di Indonesia, bahasa Indonesia yang familier. 

“Kalau kita bandingkan dengan provinsi-provinsi lainya, di Papua lah yang terbaik. Ini kita tidak bisa mengelak. Kita harus akui, bahasa Indonesia penerapannya terbaik. Sebagai contoh ketika kita pergi ke daerah pegunungan pasti ada orang-orang yang bisa berbahasa Indonesia. Jika kita bandingkan dengan daerah lain di luar Papua, seperti Sumatera dan Sulawesi ada daerah-daerah tertentu yang tidak bisa memakai bahasa Indonesia. Inilah kebanggaan kita, suatu potensi dan ini merupakan kazanah budaya Papua yang harus dilestarikan dan pertahankan,” ujarnya.  (Jubi/Alex)

Sumber : www.tabloidjubi.com