Pages

Pages

Senin, 22 Juli 2013

Kapolri Dinilai Berbohong Terkait Pengamanan Pertandingan Tinju di Nabire

Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo. Foto: shnews.co
Nabire, -- Senin, 15 Juli 2013, kompas.com mengutip komentar  Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo terkait "Tragedi Tinju"  di GOR Kota Lama, Nabire, Minggu (14/07/2013) lalu. 
 
Di sana, Kapolri mengatakan, selama acara berlangsung, 250 personel, terdiri dari 150 polisi dan 100 prajurit TNI diturunkan. "Pertandingan tinju kan enggak kayak permainan bola, artinya lebih tertib sehingga pengamanan kurang lebih sekitar 250 personel," kata Kapolri di kompas.com. 

Keluarga korban dan sejumlah saksi mata di Nabire menilai pernyataan Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo ini tidak sesuai dengan kondisi yang mereka saksikan. Nahom Tebay,  ayah dari korban bernama Ice Tebay (19) menilai pernyataan Kapolri tidak sesuai dengan kenyataan. 

"Kami kecewa dengan kerja polisi di Nabire. Mana tupoksi polisi? Pada saat itu, tidak ada keamanan dari Polisi. Tapi kok pimpinan Polisi di Jakarta bilang ada ratusan orang aparat mengamankan di sana," kata Tebay. 

Kata dia, pernyataan Pimpinan tertinggi Polisi ini melukai hati korban yang sedang berduka di Nabire. Karena, biasanya ada kegiatan kecil yang diadakan orang Papua itu polisi pasti datang. Tetapi, kata dia, kegiatan yang melibatkan banyak orang tetapi tidak ada polisi di sana. 

Keluarga besar Rumkorem juga menilai kegiatan besar itu tidak ada pengamanan. "Kami mau polisi harus obyektif dalam kasus ini. Keamanan juga tidak ada pada kegiatan ini,"  kata ayah dari korban bernama Yakob Rumkorem di Nabire.  

Saksi mata yang juga intelektual Papua, Medeks Pakage mengatakan, "Saat kejadian saya ada di dalam ruangan. Saat itu polisi dan TNI tidak lebih dari 10 orang. Ketika salah satu pihak protes dan lempar kursi tidak ada keamanan yang menahan dia. Lalu, orang panik dan keluar ramai-ramai. Banyak orang mati di luar gedung, bukan dalam gedung," kata Pakage.

"Kalau ada polisi banyak, kenapa Bupati dan Istri Bupati kena lemparan. Bahkan, istri bupati sampai sempat kritis, "kata kata Jhon Adii, salah satu intelektual Papua.

Di tempat berbeda, Asisten Bupati Sekretariat Daerah Nabire,  Peter Erari menuturkan, ketika itu ia hadir pada pertandingan bersama Bupati Nabire, Isaias Douw. "Saya hadir bersama Bupati saat malam itu. Jadi, memang keamanan hanya beberapa orang saja. Tidak sampai ratusan, hanya beberapa orang saja," katanya. 

Ketua Panitia Bupati Cub, Paul Mote menjelaskan, pertandingan tinju adalah salah satu dari beberapa cabang olah raga yang digelar di Nabire dalam rangka mencari bibit untuk PON. Dalam kepanitiaannya, Bupati, Dandim, dan Kapolres sebagai penanggung jawab. 

"Ada beberapa cabang olahraga, antara lain sepak bola, renang, silat, bulu tangkis, dan tinju. Dalam panitia besar ini yang menjadi pelindung adalah Bupati, Dandim, dan Kapolres. Seksi keamanan dari Kasat Intel Polres Nabire. Kami sudah memberikan surat izin tetapi belum terbit surat izin gangguan," kata Paul. 

Kata Mote, cabang-cabang olahraga ini dalam pelaksanaannya dibentuk sub panitia. Pelaksanaan teknis tinju diserahkan kepada Pertina. "Jadi, kalau Polisi tidak amankan final Tinju ini dan menganggap tidak ada izin kenapa tidak bubarkan saja pada hari pertama, kedua atau hari ketiga. Kan tidak," kata Paul. 

Ketua Pertina, Hendrik Andoy mengatakan, pihaknya tidak membuat surat izin ke polisi karena secara umum di panitia besar Kapolres sebagai penanggung jawab bersama Bupati dan Dandim. Selain itu, kata dia, pihaknya telah memberi surat kepada Polsek kota dan Koramil untuk meminta keamanan. (GE/KA/MS)

Sumber : www.majalahselangkah.com