Kepala Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo. Foto: shnews.co |
Nabire, -- Senin, 15 Juli
2013, kompas.com mengutip komentar Kepala
Polri Jenderal (Pol) Timur Pradopo
terkait "Tragedi Tinju" di GOR Kota
Lama, Nabire, Minggu (14/07/2013) lalu.
Di sana, Kapolri
mengatakan, selama acara berlangsung, 250 personel, terdiri dari 150
polisi dan
100 prajurit TNI diturunkan. "Pertandingan tinju kan enggak kayak
permainan bola, artinya lebih tertib sehingga pengamanan kurang lebih
sekitar
250 personel," kata Kapolri di kompas.com.
Keluarga korban
dan sejumlah saksi mata di Nabire menilai pernyataan Kepala Polri
Jenderal
(Pol) Timur Pradopo ini tidak sesuai dengan kondisi yang mereka
saksikan. Nahom
Tebay, ayah dari korban bernama Ice
Tebay (19) menilai pernyataan Kapolri tidak sesuai dengan kenyataan.
"Kami
kecewa dengan kerja polisi di
Nabire. Mana tupoksi polisi? Pada saat itu, tidak ada keamanan dari
Polisi. Tapi
kok pimpinan Polisi di Jakarta bilang ada ratusan orang aparat
mengamankan di
sana," kata Tebay.
Kata dia, pernyataan
Pimpinan
tertinggi Polisi ini melukai hati korban yang sedang berduka di Nabire.
Karena,
biasanya ada kegiatan kecil yang diadakan orang Papua itu polisi pasti
datang.
Tetapi, kata dia, kegiatan yang melibatkan banyak orang tetapi tidak ada
polisi
di sana.
Keluarga
besar Rumkorem juga menilai kegiatan besar
itu tidak ada
pengamanan. "Kami mau polisi harus obyektif dalam kasus ini. Keamanan
juga
tidak ada pada kegiatan ini," kata ayah dari korban bernama Yakob
Rumkorem
di Nabire.
Saksi
mata
yang juga intelektual Papua, Medeks Pakage
mengatakan, "Saat kejadian saya ada di dalam ruangan. Saat itu polisi dan
TNI tidak lebih dari 10 orang. Ketika salah satu pihak protes dan lempar
kursi
tidak ada keamanan yang menahan dia. Lalu, orang panik dan keluar
ramai-ramai. Banyak
orang mati di luar gedung, bukan dalam gedung," kata Pakage.
"Kalau
ada polisi banyak, kenapa Bupati dan Istri Bupati kena lemparan. Bahkan,
istri
bupati sampai sempat kritis, "kata kata Jhon Adii, salah satu
intelektual
Papua.
Di tempat
berbeda, Asisten Bupati Sekretariat Daerah Nabire, Peter
Erari menuturkan, ketika itu ia hadir
pada pertandingan bersama Bupati Nabire, Isaias Douw. "Saya hadir
bersama
Bupati saat malam itu. Jadi, memang keamanan hanya beberapa orang saja.
Tidak
sampai ratusan, hanya beberapa orang saja," katanya.
Ketua
Panitia Bupati Cub, Paul Mote menjelaskan, pertandingan tinju adalah
salah satu
dari beberapa cabang olah raga yang digelar di Nabire dalam rangka
mencari
bibit untuk PON. Dalam kepanitiaannya, Bupati, Dandim, dan Kapolres
sebagai
penanggung jawab.
"Ada
beberapa cabang olahraga, antara lain sepak bola, renang, silat, bulu
tangkis,
dan tinju. Dalam panitia besar ini yang menjadi pelindung adalah Bupati,
Dandim, dan Kapolres. Seksi keamanan dari Kasat Intel Polres Nabire.
Kami sudah
memberikan surat izin tetapi belum terbit surat izin gangguan," kata
Paul.
Kata Mote, cabang-cabang
olahraga ini dalam pelaksanaannya dibentuk sub panitia. Pelaksanaan
teknis tinju
diserahkan kepada Pertina. "Jadi, kalau Polisi tidak amankan final Tinju
ini
dan menganggap tidak ada izin kenapa tidak bubarkan saja pada hari
pertama,
kedua atau hari ketiga. Kan tidak," kata Paul.
Ketua
Pertina, Hendrik Andoy mengatakan, pihaknya tidak membuat surat izin ke
polisi
karena secara umum di panitia besar Kapolres sebagai penanggung jawab
bersama
Bupati dan Dandim. Selain itu, kata dia, pihaknya telah memberi surat
kepada
Polsek kota dan Koramil untuk meminta keamanan. (GE/KA/MS)