Lokasi penembakan Arlince Tabuni.
Ditembak dari Arah bawah (Dok. Jubi)
|
Jayapura, 12/07 (Jubi) – Senin, 01 Juli 2013 sekitar pukul 14.00 WIT
di kota Tiom terdengar bunyi tembakan. Diketahui kemudian, tembakan
berasal dari senjata aparat keamanan (TNI).
Tembakan itu berasal dari arah kebun seorang warga Popume, Distrik Mukoni, Kabupaten Lani Jaya. Warga kampung segera berlari menuju asal bunyi tembakan dan mereka menemukan seorang anak perempuan berusia 11 tahun telah tewas akibat tembakan yang mereka dengar sebelumnya. Anak perempuan itu bernama Arlince Tabuni. Dia anak seorang gembala sidang (Pendeta) di Gereja Guneri yang bernama Yuni Tabuni.
“Saya sedang bermain di tempat ibu-ibu jualan di pinggir jalan. Ada mobil yang datang membawa 4 orang anggota TNI, Kopasus dengan persenjataan lengkap dan siaga. Mereka seolah-olah siap menembak. Mereka panggil, lalu kami lari ketemu mereka. Mereka tanya kami, apa di Balingga ini ada gerombolan OPM? Kalau ada, mereka dimana? Kami hanya jawab kami jaga bendera merah putih yang kamu kasih dan buku Alkitab itu saja, sampai saat ini. Lalu mereka berkata, baik, kemudian mereka turun ke bawah, ke arah kebun.” demikian awal kronologis penembakan yang menimpa Arlince Tabuni. Kronologis ini disampaikan oleh seorang saksi mata yang mendengar bunyi tembakan dan melihat tubuh Arlince yang telah tewas tertembak.
Tak lama kemudian, setelah keempat anggota TNI tersebut yang disebutkan oleh saksi mata dari satuan bernama Maleo, terdengar bunyi tembakan sebanyak tiga kali dari arah dimana keempat anggota Kopasus itu berada. Saksi dan beberapa orang lainnya kaget mendengar bunyi tembakan itu. Mereka langsung menuju arah tembakan berasal. Sampai di asal tembakan, mereka langsung berjalan ke arah kebun. Di sanalah mereka menemukan tubuh seorang anak yang terjatuh dan tidak bergerak lagi. Saksi mengatakan sebelum membalikan tubuh anak tersebut, mereka minta ijin dulu kepada anggota TNI yang masih berada di lokasi kejadian. Lalu mereka membalikan tubuh korban untuk mencari tahu siapa korban yang terkena tembakan yang mereka dengar tadi.
Tembakan itu berasal dari arah kebun seorang warga Popume, Distrik Mukoni, Kabupaten Lani Jaya. Warga kampung segera berlari menuju asal bunyi tembakan dan mereka menemukan seorang anak perempuan berusia 11 tahun telah tewas akibat tembakan yang mereka dengar sebelumnya. Anak perempuan itu bernama Arlince Tabuni. Dia anak seorang gembala sidang (Pendeta) di Gereja Guneri yang bernama Yuni Tabuni.
“Saya sedang bermain di tempat ibu-ibu jualan di pinggir jalan. Ada mobil yang datang membawa 4 orang anggota TNI, Kopasus dengan persenjataan lengkap dan siaga. Mereka seolah-olah siap menembak. Mereka panggil, lalu kami lari ketemu mereka. Mereka tanya kami, apa di Balingga ini ada gerombolan OPM? Kalau ada, mereka dimana? Kami hanya jawab kami jaga bendera merah putih yang kamu kasih dan buku Alkitab itu saja, sampai saat ini. Lalu mereka berkata, baik, kemudian mereka turun ke bawah, ke arah kebun.” demikian awal kronologis penembakan yang menimpa Arlince Tabuni. Kronologis ini disampaikan oleh seorang saksi mata yang mendengar bunyi tembakan dan melihat tubuh Arlince yang telah tewas tertembak.
Tak lama kemudian, setelah keempat anggota TNI tersebut yang disebutkan oleh saksi mata dari satuan bernama Maleo, terdengar bunyi tembakan sebanyak tiga kali dari arah dimana keempat anggota Kopasus itu berada. Saksi dan beberapa orang lainnya kaget mendengar bunyi tembakan itu. Mereka langsung menuju arah tembakan berasal. Sampai di asal tembakan, mereka langsung berjalan ke arah kebun. Di sanalah mereka menemukan tubuh seorang anak yang terjatuh dan tidak bergerak lagi. Saksi mengatakan sebelum membalikan tubuh anak tersebut, mereka minta ijin dulu kepada anggota TNI yang masih berada di lokasi kejadian. Lalu mereka membalikan tubuh korban untuk mencari tahu siapa korban yang terkena tembakan yang mereka dengar tadi.
“Kami membalik tubuh korban baru lihat begini, kami tahu bahwa ini anak gembala. Lalu kami katakan mengapa tembak begini, anak kecil tahu apa?” kata Saksi.
Anggota TNI yang tadi melepaskan tembakan, memerintahkan saksi dan kawan-kawannya untuk memanggil orang tua korban. Saat mereka kembali lagi ke lokasi korban ditemukan, mereka kemudian memeriksa tubuh korban. Ternyata, korban tertembak di dada.
“Lalu kami mulai angkat korban dan bawa ke gereja. Saat kami sedang berpikir apa yang harus dilakukan, seorang gembala mengatakan karena ini perintah (TNI-Red) jadi kita bawah ke kota Tiom saja. Lalu kami antar ke rumah sakit umum daerah Tiom. Sekitar pukul 19.00 atau jam 7 malam jenazah diantar ke RSUD Tiom.” kata saksi.
Sehari setelah kejadian (02/07), sekitar pukul 11.00 WP Tim Ketua PGGBP – Direktur Baptis Voice dari Jayapura dan Tim Investigasi TNI dan Polri dari Jayapura tiba di Lani Jaya. Lima jam setelah kedatangan tim investigasi gabungan ini, Tim Investigasi Pembela HAM dari Wamena tiba di Tiom. Namun sebelumnya, sekitar pukul 15.00 WP telah ada kesepakatan bersama antara keluarga korban dan pihak TNI yang disaksikan oleh Polisi. Kesepakatan bersama itu, dimulai dengan kesaksian seorang saksi mata dihadapan Danrem 172 PWY yang sempat membuat keluarga korban menuntut denda sebesar 1 Milyar. Selanjutnya, sebagaimana dilaporkan oleh tim investigasi PGGBP, Dandim 1702 mengatakan siap bertanggungjawab atas perbuatan anak buahnya dan pelaku akan diadili di pengadilan militer.
Sekitar pukul 18.30 WP korban dimakamkan dengan cara bakar mayat di dekat rumah sakit Tiom.
Malky Jigibalom, Direktris RSUD Tiom (Lanny Jaya), mengutuk keras penembakan seorang anak perempuan ini.
“Saya sebagai tokoh perempuan dari Beam sampai Kwiyawage mengutuk keras penembakan terhadap perempuan. Kami masyarakat sendiri sangat menghargai perempuan kok TNI/Kopasus sebagai orang luar Papua datang bisa membunuh perempuan? Yang pertama dan terakhir jangan terulang lagi. Stop pembunuhan terhadap perempuan.” kata Malky.
Perempuan asal Lanny Jaya ini juga mengecam pemberitaan media massa yang menyebutkan pelaku penembakan adalah Orang Tak Dikenal.
“Saya sebagai tokoh perempuan menolak pernyataan TNI di salah satu media massa yang mengatakan pelaku penembakan terhadap Arlince Tabuni, 12 tahun adalah Orang Tak dikenal (OTK). Yang terjadi disini jelas-jelas TNI melakukan penembakan lalu di surat kabar keluarkan lain, kami disini punya saksi lengkap. Penembakan terjadi di sore hari, masyarakat tau semua. Kenapa harus tipu lagi. Jadi saya sebagai tokoh perempuan minta TNI jujur terhadap masyarakat.” tambah Malky.
Menurut Malky, setelah koran diantar oleh masyarakat, pihaknya memeriksa tubuh korban. Ditemukan, ada peluru yang masuk dari depan dan bersarang di dada. “Kami periksa, ada peluru masuk dari dada dan tidak tembus. Tapi peluru masuk hancurkan dada di bagian dalam tubuh. Jadi kami harap TNI bicara jujur.” tegas Malky. (Jubi/Victor Mambor)