Alfred Papare: Polres Tak Akan Izinkan Demo Lagi |
Kapolres
Jayapura Kota AKBP Alfred Papare, SIK ketika dikonfirmasi di ruang
kerjanya, Rabu (15/5) membenarkan pihaknya telah membebaskan enam
aktivis KNPB. Pasalnya, setelah dalam pemeriksaan tak terbukti
melakukan tindakan anarkis ketika aksi demo memprotes kasus dugaan
pelanggaran HAM di Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat
di Kantor Majelis Rakyat Papua (MRP) Senin (13/5). Sementara Ketua
Umum KNPB Victor Yeimo ditangkap disela-sela aksi demo, langsung
digelandang ke Lapas Abepura lantaran yang bersangkutan masih
berstatus Daftar Pencarian Orang (DPO) Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
Papua, karena kabur dari Lapas Abepura setelah terlibat kasus
penghasutan pada 2009 yang divonis selama tiga tahun, tapi baru
menjalami hukuman selama sembilan bulan.
Namun demikian, kata Kapolres, pihaknya masih akan memanggil tiga aktivis KNPB masing-masing Marthen Manggaprouw, Yongky Ulimpa dan Elly Selek untuk kembali dimintai keterangan kasus pelemparan batu yang menyebabkan dua orang anggota Polres Jayapura Kota, masing-masing Kabag Ops Polres Jayapura, Kompol Kiki Kurnia dan Briptu Afandi yang mengalami luka-luka saat mengamankan aksi demo di Lingkaran Perumnas III, Waena.
Terkait hal ini, Kapolres menuturkan, pihaknya tak akan memberikan izin bila aktivis KNPB kembali melakukan demo di wilayah Kota Jayapura. “Peristiwa ini akan dijadikan sebagai pelajaran untuk kedepan, KNPB tidak akan diizinkan melakukan aksi demo di Kota Jayapura,”tundasnya.
KNPB Pertanyakan Alasan Pembatasan Ruang Demo Damai
Sementara itu Sekum KNPB, Ones Suhun mengatakan, penangkapan dan pembubaran paksa yang dilakukan oleh pihak kepolisian pada demo damai tanggal 13 kemarin merupakan trik untuk menutupi pelanggaran yang dilakukan pihak TNI dan POLRI.
Menurut dia, aksi damai yang dilakukan pada beberapa hari lalu yang bertujuan untuk meminta kejelasan dan pertanggung jawaban atas insiden penembakan yang terjadi di beberapa tempat di Papua itu, segaja ditutupi dengan cara bubarkan massa dengan alasan massa melakukan pemukulan dan pelemparan terhadap anggota polisi.
“Polda Papua itu sengajah menutupi kesalahan dia kemarin, kejadian kemarin itu polda Papua mengalihkan isu yang sebenarnya dan paginya kita melihat media, opininya itu beda dengan aksi yang kita lakukan,” ujarnya didampingi Juru Bicara (Jubir) KNPB, Wim Rokcy Medlama, Ketum Garda-P, Bovit Bofra dan AMP se-Jawa dan Bali, Wenas Kobaga, ketika menggelar jumpa pers, di Café Prima Garden Abepura, kemarin sore Rabu (15/5).
Hal itu sangat terbukti karena ketika terjadi konflik pada demo damai, dan sehari kemudian di media yang muncul hanyalah ada korban dari aparat keamanan, sedangkan korban dari masa aksi demo tidak dimuat dalam media, harusnya media independen dapat memuat korban kedua belah pihak. Kata dia, pihaknya mempunyai foto ronsen dari korban aniaya dari kepolisian yang mana rahang anggota demo patah dan juga seorangnya lagi mengalami patah tulang tangan.
“Polisi bilang mereka terluka, kami minta bukti kalau memang benar. Kami punya massa aksi ada yang korban ini buktinya,”kata dia sambil menunjukan hasil ronsen kedua temannya kepada wartawan.
Dirinya pun menambahkan bahwa selama ini pihaknya melihat KNPB selalu digiring ke criminal. Padahal,kata dia perjuangan KNPB itu perjuangan murni.
“Aksi kemarin itu bukan hanya dilakukan oleh KNPB, dilakukan oleh semua solidaritas, tapi yang muncul di media itu nama KNPBnya nah ini kami melihat ada scenario yang dibangun untuk menghancurkan KNPB,”kata dia.
Katanya, kapolda segera bertanggung jawab terhadap penembakan yang terjadi pada tanggal 1 Mei kemarin, dan jug terhadap masa demo damai pada tanggal 1 kemarin. “Kalau dia merasa disana itu bukan pelanggaran HAM, kenapa mesti di hadang? Ini ada apa,? “ujarnya. (mdc/mir/don/l03/
Sumber : http://bintangpapua.com)