Kepala Distrik Waan, Frederikus Buer (Jubi/Ans K) |
Merauke, 24/5 (Jubi) – Kepala Distrik Waan,
Frederikus Buer mengungkapkan kekecewaannya terhadap puluhan guru yang
hengkang secara diam-diam dari tempat tugasnya di distrik tersebut
dengan alasan beras tidak ada. Semestinya, mereka tidak harus mengambil
sikap demikian untuk meninggalkan tempat tugas, karena masih ada
cadangan makanan lain seperti umbi-umbian maupun pisang.
Kekecewaan itu disampaikan Buer ketika ditemui tabloidjubi.com di Kantor Pemerintahan Kampung dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Merauke, Jumat (24/5). “Saya akui jika ada ancaman kelaparan disana terutama hama yang menyerang tanaman masyarakat. Tetapi bahwa yang terserang itu adalah tanaman yang belum jadi. Sementara pada musim sebelum, sudah dipanen dan terdapat stok di masing-masing kampung,” katanya.
Buer juga menilai, pemberitaan berbagai media yang menyoroti tentang ancaman kelaparan di Distrik Waan terlalu berlebihan. “Saya adalah orang asli dari distrik tersebut dan mengetahui akan kehidupan masyarakat setempat. Sehingga akan lebih baik jika rekan-rekan wartawan juga menanyakan kepada saya. Jangan hanya satu orang saja memberikan komentar yang mungkin dalam kenyataan tidak seperti demikian,” tegasnya.
Kekecewaan itu disampaikan Buer ketika ditemui tabloidjubi.com di Kantor Pemerintahan Kampung dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Merauke, Jumat (24/5). “Saya akui jika ada ancaman kelaparan disana terutama hama yang menyerang tanaman masyarakat. Tetapi bahwa yang terserang itu adalah tanaman yang belum jadi. Sementara pada musim sebelum, sudah dipanen dan terdapat stok di masing-masing kampung,” katanya.
Buer juga menilai, pemberitaan berbagai media yang menyoroti tentang ancaman kelaparan di Distrik Waan terlalu berlebihan. “Saya adalah orang asli dari distrik tersebut dan mengetahui akan kehidupan masyarakat setempat. Sehingga akan lebih baik jika rekan-rekan wartawan juga menanyakan kepada saya. Jangan hanya satu orang saja memberikan komentar yang mungkin dalam kenyataan tidak seperti demikian,” tegasnya.
Dia mengaku, jika raskin bagi masyarakat dalam beberapa bulan terakhir, tidak dilakukan pendropingan kesana. Dengan demikian, cadangan pun habis dan masyarakat setempat hanya mengandalkan umbi-umbian maupun ikan. Tetapi tidak berdampak sangat serius hingga sampai kepada ancaman kelaparan. Karena merupakan makanan keseharian juga. Para guru yang bertugas disana, umumnya adalah orang dari luar. Sehingga ketika melihat beras tak ada, diam-diam hengkang ke Kota Merauke.
Semestinya, lanjut Buer, para guru masih bisa mengkonsumi umbi-umbian maupun pisang yang ada sambil menunggu pendropingan raskin. “Memang kesulitan yang kita hadapi adalah transportasi yang tidak rutin ke Distrik Waan, kecuali dicarter. Jika dibandingkan dengan distrik lain, transportasi masih dapat dijangkau dengan darat maupun udara. Tetapi di Waan, tidak ada lapangan terbang dan rute kapal yang tetap,” tuturnya.
“Saya berharap agar dalam waktu dekat, para guru dapat kembali ke tempat tugasnya masing-masing. Karena tentunya kegiatan belajar mengajar, tak berjalan dengan normal. Beberapa hari kedepan juga, 60 ton beras sudah akan didroping ke Distrik Waan, setelah adanya instruksi langsung dari Bupati Merauke, Romanus Mbaraka,” ujarnya. (Jubi/Ans)
Sumber ; www.tabloidjubi.com