Dua warga sipil yang tewas, di
Sorong,
Abner Malagawak (22), dan Thomas
Blesya (22),
dan tiga warga sipil lainnya luka
kritis (Foto: Ist)
|
Sorong — Kehadiran Wakil Kepala
Kepolisian Daerah (Wakapolda) Papua, Brigjen Paulus Waterpau, bersama
sejumlah petinggi Kepolisian Jayapura, Papua, mendapat penolakan keras
dari keluarga korban yang tewas maupun luka-luka, saat peristiwa
penyerangan 30 April 2013, di Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Papua
Barat.
Thomas Daimboa (42), salah satu keluarga korban mengatakan, sejak
awal keluarga korban memang tidak menginginkan kehadiran aparat TNI
maupun Polri di sekitar jenazah, termasuk di TKP tempat berlangsungnya
penyerangan aparat.
“Aparat TNI dan Polri dari awal tidak punya niat baik, kami memang
tidak mengijinkan kehadiran mereka, kami sangat kecewa dengan tindakan
brutal yang mereka lakukan,” ujar Daimbao, ketika dihubung suarapapua.com, sore tadi.
Daimabo juga menyesalkan pernyataan pihak kepolisian yang masih terus
membantah menembak mati dua korban, serta menembak tiga orang lainnya
hingga luka kritis.
“Padahal jelas-jelas ada jenazah, aparat masih juga bantah, kami
sangat kecewa dan sangat sayangkan pernyataan-pernyataan tersebut,” ujar
Daimbao.
Sementara itu, Wakapolda Papua masih terus melakukan negosiasi dengan
pihak keluarga agar di ijinkan melihat korban luka-luka tembak yang
berada di Aimas.
“Kami masih terus berupaya melakukan pendekatan agar dapat diizinkan
melakukan olah TKP,” harap Brigjen Pol Waterpauw, seperti ditulis Metronews.com, siang tadi.
Seperti di tulis media ini, dua korban tewas adalah Abner Malagawak
(22), tertembak di bagian ketiak kiri tembus kanan dan Thomas Blesia
(22) tewas tertembak di kepala bagian belakang tembus depan kepala.
Selain itu, tiga warga lainnya terluka akibat peluru yakni Salomina
Klaivin (37), Herman Lokden (18), dan Andreas Sapisa (32). Ketiga korban
terluka sampai saat ini masih dirawat di Rumah Sakit Seles Besu di
Aimas.
OKTOVIANUS POGAU
Sumber : suarapapua.com