Jayapura, – Ribuan rakyat Papua Barat di
Jayapura kembali melakukan aksi turun jalan, mimbar bebas dan ibadah di
Lapangan Kampung Harapan. Massa menyatakan menolak pendudukan Indonesia
dan meminta hak penentuan nasib sendiri. Mereka juga mendukung Pembukaan
Kantor Free West Papua Campaign di Oxford London, dan meminta
negara-negara Melanesia mendaftarkan West Papua di MSG.
Dari pantauan media ini, sekitar pukul 09.15, rakyat Papua melakukan
demonstrasi. Di Lingkaran Abepura, Martinus Yohami yang merupakan ketua
KNPB wilayah sorong ditangkap petugas saat sedang melakukan orasi-orasi.
Sedangkan di Perumnas 3 Waena, gabungan TNI/Polri mencoba membubarkan
massa aksi dibawah pimpinan Agus Kosay.
Di Sentani, massa yang melakukan aksi jalan kaki dibubarkan polisi
tepat di mata jalan Pos 7. Ketua KNPB Wilayah Sentani, Alen memimpin
massa untuk menuju ke tempat ibadah.
Setelah tawar menawar, massa dibawah pimpinan Ketua KNPB, Victor
Yeimo akhirnya melakukan pawai jalan menuju ke Sentani dengan meneriakan
yel-yel Papua Merdeka. Sekitar pukul 01.00 siang massa diblokade Polisi
di Kampung Harapan, namun mereka tetap menembus dengan yel-yel secara
serentak hingga memasuki lapangan Kingmi di Kampung Harapan Sentani.
Acara mimbar bebas dilakukan dengan membentangkan spanduk-spanduk
tuntutan dan dukungan. Orasi-orasi politik dilakukan oleh Mama Yosepa
Alomang yang mengajar anak negeri agar berjuang untuk mendirikan negara
yang berdiri sendiri. Sementara itu, Usman Yogobi, Tedi Agapa, dan
Turius Wenda ikut menyampaikan orasi-orasi ajakan kepada massa rakyat
West Papua.
Acara yang dipimpin Ketua Umum KNPB, Victor Yeimo ini dilanjutkan
dengan sambutan ketua Parlemen Nasional Papua Barat (PNWP), Buchtar
Tabuni. PNWP dalam sambutannya sekaligus menyampaikan hasil deklarasi
dari sidang Parlemen yang dilakukan selama 1 minggu, yang mana sidang
itu memutuskan dan mendeklarasikan “Wilayah West Papua sebaga Zona
Penegakan Hak Asasi Manusia”.
Acara dilanjutkan dengan ibadah singkat yang dipimpin Selphy Yeimo.
Pengohotbah mengajak rakyat untuk memperingati 50 tahun penindasan ini
bersama kekuatan Yesus. “Ini saatnya perjuangan harus mengutamakan dan
menempatkan Yesus di depan”, kata penghotbah.
Suasana acara di Lapangan ini dilakukan dibawah teror oleh intervensi
dari TNI/Polri yang memaksa masuk dalam acara ibadah yang sedang
berlangsung.
Foto-Foto