Puluhan mahasiswa Uncen yang duduk
sambil menyanyi lalu berorasi di pinggir
jalan raya perumnas
III Waena (Jubi/Musa)
|
Jayapura, 15/4 – Senin (15/4) sekitar
pukul 10.00 -10.30 WIT, puluhan mahasiswa Universitas Cenderawasih
(Uncen) Jayapura, Papua berunjuk rasa. Puluhan mahasiswa itu meminta,
warga Papua sadar kalau budayanya sudah diambang kepunahan. Tak hanya
itu, pendemo juga meminta perhatian semua pihak atas kasus Tambrauw,
Papua Barat.
Pantauan tabloidjubi.com, puluhan mahasiswa itu duduk sambil
menyanyikan sejumlah lagu-lagu Papua dipinggir jalan raya persis
diputaran taksi perumnas III Waena, Abepura, Kota Jayapura. Pendemo
mengenakan baju alamamater kampusnya berwarna kuning. Sebagian
diantaranya mengenakan pakaian adat Papua.
Sebagian lagi menggenakan
mahkota hiasan ala Papua dikepala.Lagu-lagu khas Papua yang dinyanyikan
diiringi dengan tabuhan tifa dan gitar. Salah satu lirik lagu yang
dinyanyikan adalah ‘Yayun Wambeso’ lagu yang dinyanyikan ‘Black Brothers‘
group ternama di Papua era 1970-an. Mereka (pendemo) memilih putaran
taksi karena merupakan satu-satunya tempat persinggahan sementara taksi
angkutan umum jurusan Abepura-Waena perumnas tiga.
Tempat itu strategis karena taksi yang mengangkut mahasiswa dan dosen
serta staf lainnya yang hendak ke kampus baru perumnas III Waena, harus
turun disitu. Mesti demikian, tidak mengganggu kendaraan yang lalu
lalang di Jalanan.
Aktivitas transportasi lancar seperti biasa. Tak
hanya menyanyi dan duduk, beberapa rekan-rekan dari mereka berdiri dan
berorasi. Sebagian orator menekan kepunahan budaya Papua yang sudah
diambang pintu. Orator lainnya meminta perhatian semua pihak atas wabah
yang menimpa warga di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, pekan lalu.
Yason Ngelia, mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Uncen dalam orasi mengatakan, mahasiswa jangan tinggal diam. Saat ini
banyak kasus di Papua yang perlu disikapi. Diantaranya, wabah yang
mendera sejumlah warga yang diam di Tambrauw, seperti dikabarkan
sejumlah media massa beberapa waktu lalu.
“Banyak korban berjatuhan di
Tambrauw. Jangan kita tiggal diam. Mari kita sikapi,”
tegas Yason dalam
orasinya, Senin (15/4). Selain Yason, Yeni orator lainnya dalam orasinya
mengatakan selain korban yang berjatuhan di Tambrauw, mahasiswa harus
sadar kalau budaya Papua sudah berada diambang kepunahan. Dia mengaku
merasa bangga saat berorasi karena berpakaian adat Papua. “Saya tidak
malu gunakan pakaian adat ini. Rakyat Papua harus sadar kalau pakaian
adatnya serta budaya lainnya sudah diambang kepunahan,” tuturnya.
Hal serupa juga disampaikan pendemo lainnya. Mereka menegaskan, orang
Papua harus sadar kalau budayanya terancam punah. “Orang Papua jangan
diam. Budaya Papua terancam,” tegas orator lainnya. Menurut dia, warga
Papua harus sadar karena budayanya jarang dimasukan dalam kurikulum
sekolah untuk dipelajari. Sementara budaya luar yang sementara ini
dipaksakan untuk dipelajari.
Benyamin Gurik, salah satu pendemo kepada tabloidjubi.com
mengatakan, pendemo akan melanjutkan demo ke Lingkaran Abepura.
Demonstrasi kali ini dikoordinir oleh Yason Ngelia. Sekitar pukul 10.30
WIT, puluhan mahasiswa ini meninggalkan perumnas III lalu berjalan kaki
menuju Lingkaran Abepura. (Jubi/Musa)
Sumber :tabloidjubi.com