Kerusuan anak SMK Manokwari West Papua |
PAPUAN, Manokwari — Orang tua para siswa di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Manokwari, Papua Barat, Jumat
(14/3/2013) lalu, telah melaporkan kekerasan dalam bentuk fisik yang
dialami anak mereka, akibat perbuatan dari beberapa oknum kaka kelas di
sekolah tersebut.
“Ketika dengar anak kami dipukul hingga pembuluh darah di mata pecah,
langsung kami buat laporan polisi di Polsek Kota Manokwari,” kata Yuli
Erari, orang tua salah satu korban, saat ditemui suarapapua.com,
beberapa waktu lalu, di Amban, Manokwari.
Dikatakan, kekerasan dalam bentuk fisik yang dialami anak mereka
pernah terjadi sebelumnya, yang juga dilakukan oleh beberapa oknum kakak
kelas, namun tidak mendapat respon dari sekolah.
“Jika dibiarkan terus, maka akan berdampak pada angkatan berikutnya,
jadi harus ditangani sesuai hukum,” jelas Erari kepada wartawan.
Laporan Polisi sendiri telah dibuat tanggal 13 Maret 2013, dan
bersama pihak Kepolisian telah menemui pihak sekolah agar laporan
tersebut dapat segera ditindaklanjuti.
Salah satu korban, Nisa Nauw, yang merupakan murid kelas 1 SMK
Kehutan Manokawari, mengaku kejadian pemukulan yang dialami dirinya
bersama 13 siswa kelas 1 lainnya terjadi pada tangga 9 Maret 2013.
“Satu orang kena 27 tangan dan saya mengalami gangguan ditelinga akibat perbuatan pemukulan itu,” katanya.
Nauw juga menjelaskan, ia dan teman-temanya dipukul oleh senior
mereka di kelas 2, 3, atas perintah dari senior mereka yang duduk di
kelas 4.
Dalam aksi kekersan fisik itu, ada yang ditampar, ada yang ditendang,
dan bahkan membuat pembuluh mata salah satu rekannya pecah, dan saat
ini sedang mendapat perawatan secara intensif.
Ahmad Sihabi, Kepala Sekolah SMK Kehutan Manokwari, membenarkan aksi
kekerasan fisik yang dialami 14 siswanya, akibat perbuatan beberapa
kakak kelas di sekolah tersebut.
“ Kami suda melakukan penaganan dengan mengantar para korban visum
dan juga sudah dilakukan perawatan, kami akan tangani sesuai aturan usai
keputusan rapat peradilan sekolah yang terdiri dari unsur guru, siswa
dan orang tua,” terangnya.
AGUSTA BUNAI